Koreksi Saham? Jangan Panik, Investor Bisa Lakukan Ini

Perlu diingat dalam investasi saham ada yang namanya koreksi saham. Demikian juga terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

oleh Elga Nurmutia diperbarui 16 Okt 2023, 20:01 WIB
Diterbitkan 16 Okt 2023, 20:01 WIB
Ilustrasi Investasi. Freepik
Saham dinilai menjadi salah satu instrumen investasi yang cukup menggiurkan bagi pemula. (Foto: Freepik)

Liputan6.com, Jakarta - Saham dinilai menjadi salah satu instrumen investasi yang cukup menggiurkan bagi pemula. Ini mengingat, saham merupakan produk investasi yang berpotensi memberikan keuntungan besar bagi para investor.

Meski demikian, perlu diingat dalam investasi saham ada yang namanya koreksi saham. Koreksi saham adalah kondisi ketika harga suatu saham atau Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan sebesar 10 persen hingga 20 persen. Kondisi ini umum terjadi setelah harga saham mengalami kenaikan.

Menarik untuk diketahui, berikut ini Liputan6.com ulas soal koreksi saham dari laman Instagram Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (16/10/2023).

Pada dasarnya harga saham ditentukan oleh mekanisme pasar, yaitu permintaan dan penawaran. Namun ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi koreksi saham. Misalnya, faktor kondisi ekonomi global, pengaruh kebijakan moneter, konflik geopolitik yang mengganggu kelancaran distribusi, knerja perusahaan dan kondisi pasar saham.

Dengan demikian, investor perlu melakukan analisis pasar dan sahamnya sebelum membeli, kemudian membuat rencana keuangan dan strategi investasi yang tepat dan jangan investasikan semua uang dingin, sisihkan sebagian. Berikut ini merupakan hal yang perlu dilakukan investor saat terjadi koreksi saham:

1. Jangan Panik, Cari Tahu Penyebab Koreksi

Jika penyebabnya pengaruh kondisi ekonomi global dan kinerja keuangan, sebaiknya segera lepas saham tersebut. Sementara itu, jika kinerja keuangannya masih dalam tren yang positif, maka Anda bisa hold saham tersebut.

2. Beli Saham yang Terkoreksi Pakai Uang Dingin

Saat terjadi koreksi saham, dana liquid atau uang dingin yang dialokasikan dapat digunakan untuk membeli saham-saham yang fundamentalnya baik, ketika pergerakannya sudah mulai stabil atau ke arah bullish market.

 

 

Jurus Investasi Saham di Tengah Ketidakstabilan Ala Lo Kheng Hong

Investor kawakan, Lo Kheng Hong hadir dalam acara makan malam Sinarmas Sekuritas dengan nasabahnya pada Selasa, 21 Desember 2021. (Foto: Sinarmas Sekuritas)
Investor kawakan, Lo Kheng Hong hadir dalam acara makan malam Sinarmas Sekuritas dengan nasabahnya pada Selasa, 21 Desember 2021. (Foto: Sinarmas Sekuritas)

Sebelumnya diberitakan, investor kawakan Lo Kheng Hong atau biasa disebut Warren Buffett Indonesia membagikan perjalanannya berinvestasi saham di pasar modal. Lantaran, ia berhasil meraih banyak keuntungan atau cuan dari hasil investasi tersebut.

Bahkan, Lo Kheng Hong juga mengaku dirinya kerap kali membeli saham Mercy seharga Bajaj alias membeli saham prospektif dengan valuasi murah. 

"Ketika berinvestasi saham dalam kondisi apapun kita harus membeli perusahaan yang kinerja baik dan valuasi murah,” kata Lo Kheng Hong dalam konferensi pers, Selasa (3/10/2023). 

Lantas, apa saja jurus investasi ala Lo Kheng Hong di tengah kondisi ketidakstabilan? 

Pertama, investor sebaiknya memilih perusahaan dengan kinerja baik, perusahaan yang memiliki tata kelolanya baik, memiliki pengendali direksi komisaris jujur berintegritas bukan yang suka mengambil uang perusahaan untuk memperkaya diri. 

"Yang kedua untuk sektor usahanya di bidang usaha yang bagus (cuannya bagus) bukan yang jelek. Yang ketiga belilah perusahaan yang cuannya besar jangan yang cuannya kecil,” kata dia. 

Keempat, Lo Kheng Hong menyarankan untuk membeli saham perusahaan yang tumbuh. Terakhir, membeli saham perusahaan yang valuasinya murah. 

"Ketika beli mercy harga bajaj risikonya minimal. Yang tidak mengerti mereka bisa beli bajaj harga mercy itu high risk low gain,” ujar dia. 

Dengan demikian, Lo Kheng Hong menyarankan agar para investor ini selalu membaca laporan keuangan perusahaan yang sahamnya akan dibeli. Sebab, dalam laporan keuangan bisa dilihat pendapatan, laba hingga utang perusahaan tersebut. 

Di samping itu, ia juga mencermati masih ada sektor saham yang prospektif alias berpotensi cuan, yakni sektor perbankan dan batu bara. 

 

Investasi Saham di Tengah Koreksi IHSG

IHSG Ditutup Menguat
Karyawan melintasi layar pergerakan IHSG, Jakarta, Rabu (3/8/2022). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia, Rabu (3/08/2022), ditutup di level 7046,63. IHSG menguat 58,47 poin atau 0,0084 persen dari penutupan perdagangan sehari sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, investasi di pasar saham masih menjadi peluang di tengah kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang alami koreksi secara year to date (ytd).

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG turun 1,96 persen ytd ke posisi 6.716 pada Jumat, 7 Juli 2023.Sementara itu, indeks IBPA mencatat tingkat pengembalian mencapai 6,98 persen.

Mengutip riset PT Ashmore Asset Management Indonesia Tbk menyebutkan, imbal hasil obligasi bertenor di atas 5 tahun sebesar 6,7 persen, rata-rata 4,9 persen. Bahkan imbal hasil obligasi bertenor 5 tahun ini lebih tinggi dari imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 10 tahun sebesar 6,25 persen.

“Ini berarti saham relatif undervalued terhadap obligasi. Ini peluang investasi di saham,” tulis Ashmore.

Pada pekan lalu, IHSG naik 0,8 persen menjadi 6.716 yang didukung sektor saham energi dan consumer siklikal. Sektor saham tersebut masing-masing berkontribusi 4,58 persen dan 4,40 persen.

Pada pekan lalu,tingkat inflasi lebih rendah di Indonesia. Ashmore juga melihat manufaktur PMI Indonesia tercatat 52,5 dari sebelumnya 50,3 sehingga menunjukkan ekspansi lebih kuat.

Sementara itu, cadangan devisa melanjutkan tren penurunan menjadi USDD 137,5 miliar karena pembayaran utang luar negeri pemerintah. Namun, level ini tetap di atas standar global dan memadai untuk mendukung stabilitas sistem keuangan.

Sementara itu, dari Amerika Serikat (AS) menunjukkan pasar tenaga kerja tetap tangguh dan kuat dari yang diharapkan. Ashmore menilai, hal tersebut semakin menambah kemungkinan bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) kerek suku bunga lagi pada pertemuan Juli 2023.

 

Potensi Kenaikan Suku Bunga The Fed

Ilustrasi the Federal Reserve (Brandon Mowinkel/Unsplash)
Ilustrasi the Federal Reserve (Brandon Mowinkel/Unsplash)

Saat ini ada kesempatan 90 persen kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin dalam pertemuan FOMC. “Jika demikian, suku bunga the Fed akan mencapai titik tertinggi baru pada 2007 5,25 persen sama dengan suku bunga the Fed saat ini,” tulis Ashmore.

Akan tetapi, hal penting untuk diingat kenaikan suku bunga lebih lanjut mengurangi likuiditas dan efek meredam inflasi. Sementara secara bersamaan meningkatkan risiko gagal bayar dan tekanan di sektor perbankan seperti yang terlihat dalam beberapa bulan terakhir.

Dari makro ekonomi Indonesia, pemilihan umum (pemilu) akan kerek pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pada semester II 2023, peluang belanja lebih besar. Diprediksi aliran dana yang masuk mencapai Rp 270 triliun dalam perekonomian di samping surplus fiskal Rp 128,5 triliun pada kuartal I 2023.

"Kami merekomendasikan untuk tetap investasi dan melakukan diversifikasi di reksadana,” tulis Ashmore.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya