Bursa Saham Asia Beragam di Tengah Sentimen Imbal Hasil Obligasi AS

Bursa saham Asia Pasifik bergejolak pada perdagangan saham Kamis, 16 November 2023 di tengah kenaikan imbal hasil obligasi AS.

oleh Agustina Melani diperbarui 16 Nov 2023, 09:14 WIB
Diterbitkan 16 Nov 2023, 09:14 WIB
Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Bursa saham Asia Pasifik bergejolak dalam rentang yang sempit pada perdagangan saham Kamis (16/11/2023). (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik bergejolak dalam rentang yang sempit pada perdagangan saham Kamis (16/11/2023).

Pergerakan bursa saham Asia itu terjadi di tengah imbal hasil obligasi Amerika Serikat mempertahankan kenaikannya seiring investor mengukur tanda baru ketahanan ekonomi Amerika Serikat (AS).

Mengutip dari Yahoo Finance, Kamis pekan ini, bursa saham Australia melemah pada pembukaan perdagangan. Sedangkan bursa saham Jepang berfluktuasi. Indeks Hang Seng berjangka naik didukung kenaikan golden dragon, yang berisi saham-saham China yang tercatat di Amerika Serikat.

Hal ini mencerminkan laba perusahaan yang menguntungkan dan spekulasi pengetatan kebijakan moneter bank sentral AS atau the Federal Reserve (The Fed) telah mencapai puncaknya.

Imbal hasil obligasi Australia mengurangi kenaikan seiring tingkat pengangguran meningkat pada Oktober 2023. Imbal hasil obligasi sedikit berubah di Asia setelah aksi jual pada perdagangan Rabu pekan ini dengan imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun naik delapan basis poin menjadi di atas 4,5 persen.

Dolar AS stabil di perdagangan Asia setelah menguat terhadap mata uang utama pada perdagangan sesi sebelumnya termasuk yen yang melemah melampaui 151 per dolar AS.

Ketenangan ini tercermin pada indeks VIX yang merupakan ukuran ketakutan wall street yang berada di dekat level terendah dalam dua bulan. Indeks ICE BofA MOVE yang memetakan volatilitas pasar obligasi juga melemah. Pergerakan ini di tengah tanda-tanda kerja sama baru antara Amerika Serikat dan China.

 

Inflasi AS Diprediksi Masih Tinggi

Bursa saham Amerika Serikat atau wall street melemah pada perdagangan Rabu, 3 Mei 2023 setelah the Federal Reserve dongkrak suku bunga. (Foto: Markus Spiske/Unsplash)
Bursa saham Amerika Serikat atau wall street melemah pada perdagangan Rabu, 3 Mei 2023 setelah the Federal Reserve dongkrak suku bunga. (Foto: Markus Spiske/Unsplash)

Selain itu, pergerakan tersebut juga mengikuti data baru yang membantu membangun alasan soft landing. Penjualan ritel melambat pada Oktober dan bulan-bulan sebelumnya direvisi lebih tinggi menunjukkan ada ketahanan menjelang musim liburan. Indeks harga produsen secara tak terduga mengalami penurunan terbesar sejak April 2020.

“Pertumbuhan harga sedang moderat, tetapi dengan permintaan yang kuat. Soft landing mulai terbentuk,” ujar Global Head of Market Strategy TradeStation David Russell.

Meski ada harapan yang semakin besar kalau inflasi Amerika Serikat (AS) akan semakin menurun menuju target the Fed sebesar 2 persen, semakin banyak tokoh di wall street yang mendesak agar berhati-hati.

“Pasar obligasi terlalu berisiko, condong ke arah penurunan suku bunga tahun depan karena masalah inflasi masih jauh dari terselesaikan,” ujar Chief Investment Officer Pacific Investment Management Co, Daniel Ivascyn.

Selain itu, impor di Jepang naik 1,6 persen dari tahun sebelumnya pada Oktober yang melampaui perkiraan kenaikan 1 persen. Sedangkan di China akan merilis harga rumah baru.

Investor juga akan fokus pada Tencent Holdings Ltd menyusul laporan laba yang lebih baik dari perkiraan. Sedangkan grup Alibaba dan NetEase Inc akan merilis laporan laba pada Kamis pekan ini.

Penutupan Wall Street pada 15 November 2023

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Rabu, 15 November 2023. Wall street melanjutkan reli yang kuat dari sesi perdagangan sebelumnya didukung data inflasi yang lebih menggembirakan.

Dikutip dari CNBC, Kamis (16/11/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 naik 0,16 persen ke posisi 4.502,88. Indeks Nasdaq naik tipis 0,07 persen ke posisi 14.103,84. Indeks Dow Jones bertambah 163,61 poin atau 0,47 persen ke posisi 34.991,21.

Imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) bertenor 10 tahun naik 9 basis poin ke posisi 4,537 persen. Kenaikan ini suku bunga turun di bawah ambang batas 4,5 persen.

Indeks harga produsen pada Oktober yang mengukur harga grosir turun 0,5 persen dan menandai penurunan bulanan terbesar sejak April 2020. Namun, tidak semua data ekonomi positif karena penjualan ritel juga menurun.

“Jelas, suku bunga adalah pendorong utama pasar saham ini. Saat ini, suku bunga sedikit lebih tinggi bukan karena Producer Price Index (PPI) tetapi karena penjualan ritel sedikit lebih tinggi dibandingkan ekspektasi,” ujar CEO Infrastructure Capital Advisors, Jay Hatfield.

 

Parlemen Berupaya Hindari Penutupan Pemerintah

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

Wall street memulai sesi perdagangan yang kuat. Indeks S&P 500 dan Nasdaq mencatat kinerja terbaik sejak April. Keuntungan pasar tersebut terjadi setelah indeks harga konsumen tetap mendatar pada Oktober, sedangkan indeks Dow Jones sedikit meningkat.

Di sisi lain, harga saham Target melonjak hampir 18 persen karena hasil kinerja lebih baik dari perkiraan pada kuartal III. Saham perusahaan pakaian V.F Corp naik 14 persen setelah JPMorgan meningkatkan rekomendasi saham menjadi netral dari underweight.

Wall street juga mencermati Washington. Hal ini seiring anggota parlemen berusaha menghindari penutupan pemerintah. Pada Selasa malam, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengesahkan undang-undang yang memerlukan resolusi berkelanjutan yang “berjenjang”.

Keputusan tersebut akan diajukan ke Senat untuk dilakukan pemungutan suara. Jika disahkan oleh anggota parlemen, undang-undang itu akan diserahkan kepada Presiden AS Joe Biden. Tanpa rancangan undang-undang pendanaan, pemerintah federal dijadwalkan akan ditutup pada akhir pekan ini.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya