Wall Street Loyo Setelah Rilis Data Tenaga Kerja AS Terbaru

Wall street kompak melemah pada perdagangan Rabu, 6 Desember 2023 waktu setempat. Hal ini seiring sejumlah rilis data ekonomi AS.

oleh Agustina Melani diperbarui 07 Des 2023, 06:44 WIB
Diterbitkan 07 Des 2023, 06:44 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan Rabu, 6 Desember 2023. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan Rabu, 6 Desember 2023. Investor menilai data yang menunjukkan penurunan inflasi dan laporan pekerjaan yang semakin dekat.

Dikutip dari CNBC, Kamis (7/12/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melemah 70,13 poin atau 0,19 persen ke posisi 36.054,43. Indeks S&P 500 tergelincir 0,39 persen ke posisi 4.549,34. Indeks Nasdaq susut 0,58 persen ke posisi 14.146,71. Ini ada hari ketiga penurunan bagi indeks Dow Jones dan S&P 500, yang pertama sejak Oktober untuk kedua indeks saham acuan tersebut.

Tiga indeks acuan di wall street melepaskan kenaikan sebelumnya, dengan indeks Dow Jones naik hampir 170 poin pada sesi tertingginya. Ketiga indeks acuan itu diperdagangkan masing-masing di atas dan bawah garis datar pada sesi yang bergejolak.

Pasar awalnya mendapatkan dorongan pada perdagangan Rabu pagi setelah data ekonomi. Penurunan biaya tenaga kerja merupakan pertanda positif terhadap jalur inflasi, sementara lonjakan produktivitas menandakan potensi perekonomian untuk hindari resesi.

Data penggajian swasta pada November dari ADP memberikan indikasi terbaru pasar tenaga kerja yang telah lama dianggap sebagai titik lemah bagi bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) yang sedang mengalami pelonggaran.

"Data penggajian ADP menunjukkan kebijakan anti-inflasi the Fed kini benar-benar mulai berlaku,ujar Global Head of Market Strategy TradeStation, David Russell.

Ia menambahkan, angka-angka tersebut menunjukkan soft landing. Akan tetapi, investor mungkin mulai khawatir terhadap resesi jika kebijakan tetap terlalu hawkish.

Rangkaian Data Ekonomi

Wall Street
Pedagang bekerja di New York Stock Exchange, New York, 10 Agustus 2022. (AP Photo/Seth Wenig, file)

Namun, laporan tenaga kerja versi Automatic Data Purchasing (ADP) pada Rabu pekan ini hanyalah salah satu dari serangkaian rilis data yang fokus pada tenaga kerja yang dipertimbangkan oleh pelaku pasar selama sepekan ini.

Pada Selasa, 5 Desember 2023, Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan lowongan pekerjaan pada Oktober turun ke level terendah sejak Maret 2021. Investor akan memantau klaim pengangguran pada Kamis pekan ini sebelum mengalihkan perhatian ke data nonfarm payrolls pada November 2023, upah, dan tingkat pengganguran, yang rilis Jumat pekan ini.

"Tidak dapat disangkal data pada akhir pekan adalah data yang ditunggu-tunggu oleh semua orang,” ujar Analis Senior Oanda, Craig Erlam.

Biaya tenaga kerja juga turun lebih besar dari perkiraan ekonom. Sementara itu, produktivitas meningkat pada tingkat yang lebih tinggi dari yang diperkirkaan, demikian ditunjukkan data terbaru pemerintah.

Pada Rabu pekan ini menandai sesi penurunan ketiga berturut-turut untuk indeks Dow Jones dan S&P 500. Penurunan tersebut menimbulkan pertanyaan seputar apakah reli pada akhir 2023 terhenti atau apakah pasar telah naik terlalu jauh dan cepat. Namun, tiga indeks acuan telah siap untuk akhiri kuartal IV dan tahun kalender dengan lebih tinggi.

Gerak Saham

Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Sementara itu, saham perusahaan cloud Box anjlok lebih dari 10 persen setelah melaporkan hasil kuartal III yang berada di bawah harapan analis. Di sisi lain, saham Toll Brothers menguat hampir 2 persen setelah melebihi harapan kinerja baik pendapatan dan laba.

Sementara itu, saham Starbucks menguat, dan mengakhiri penurunan beruntun terpanjang yang pernah ada. Saham Starbucks naik 1,5 persen. Jika hal ini, saham Starbucks akan mematahkan rekor negatif selama 12 hari berturut-turut, rekor terpanjang yang pernah dialami saham itu dalam lebih dari tiga dekade di pasar saham.

Koreksi saham Starbucks ini terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran investor terhadap kinerja di China dan kondisi konsumen di AS. Hal ini juga menandai kemunduran menyusul reli yang didukung oleh kinerja laba pada kuartal IV pada bulan lalu. Saham Starbucks turun lebih dari 2 persen pada 2023.

CEO Laxman Narasimhan menuturkan, rantai jaringan tidak pulih sebanyak yang diprediksi sebelumnya di China yang merupakan pasar terbesar kedua perusahaan. Namun, ia menekankan keyakinan terhadap China dalam jangka panjang.

Penutupan Wall Street pada 5 Desember 2023

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan saham Selasa, 5 Desember 2023. Indeks Dow Jones dan S&P 500 melemah seiring reli baru-baru ini di wall street kehilangan tenaga.

Mengutip CNBC, Rabu (6/12/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones merosot 79,88 poin atau 0,22 persen ke posisi 36.124,56. Indeks S&P 500 susut 0,06 persen ke posisi 4.567,18. Indeks Nasdaq bertambah 0,31 persen ke posisi 14.229,91 seiring kinerja saham teknologi yang lebih baik.

Saham GitLab melonjak 11,5 persen setelah kinerja platform pengembangan perangkat lunak ini mengalahkan harapan kinerja keuangan kuartalan dan mengeluarkan panduan yang kuat untuk kuartal saat ini.

Saham Nio naik 1,5 persen setelah produsen kendaraan Listrik China itu melaporkan penurunan kerugian pada kuartal III 2023.

Pergerakan wall street pada Selasa pekan ini mengikuti sesi penurunan pada Senin, 4 Desember 2023 untuk tiga indeks saham acuan. Pergerakan tersebut menimbulkan pertanyaan apakah pasar telah bergerak terlalu cepat. Koreksi saham pada Senin, 4 Desember 2023 terjadi setelah lima minggu berturut-turut positif untuk tiga indeks acuan tersebut.

Di tengah koreksi itu, tiga indeks saham masih mencatat penguatan secara kuartalan dan tahunan. Hal ini menekankan kekuatan reli pasar pada perdagangan pekan ini.

“Hari ini (Selasa, 5 Desember-red) hanyalah sedikit pelepasan dari posisi November. Masih  terlalu dini untuk menarik kesimpulan perdagangan risk-on telah berakhir,” ujar Chief Strategis Spouting Rock, Rhys Williams.

Saham keluar dari posisi terendah pada Selasa pekan ini seiring imbal hasil obligasi Amerika Serikat bertenor 10 tahun turun di bawah level 4,2 persen. Pergerakan wall street ini terjadi karena data menandakan perlambatan di pasar tenaga kerja.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya