Liputan6.com, Jakarta - PT Pemeringkat Efek Indonesia atau Pefindo memperkirakan penerbitan surat utang korporasi pada tahun depan mencapai Rp 169,05 triliun.
Direktur Utama Pefindo, Irmawati Amran menuturkan, angka penerbitan surat utang dapat diprediksi dengan mengacu pada nilai surat utang yang akan jatuh tempo.
Baca Juga
"Total jatuh tempo tahun depan cukup tinggi, sebesar Rp 148,3 triliun. Kita berharap tahun depan penerbitan surat utangnya lebih tinggi karena berdasarkan data historis biasanya penerbitan surat utang baru lebih tinggi dari surat utang jatuh tempo," kata Irmawati dalam Media Forum PEFINDO, Senin (11/12/2023).
Advertisement
Hingga November 2023, nilai surat utang korporasi jatuh tempo mencapai Rp 148,3 triliun. Sektor multifinance mendominasi dengan nilai Rp 26,3 triliun atau setara 17,8 persen dari seluruh nilai surat utang jatuh tempo 2024. Disusul sektor perbankan 16,7 persen atau 24,7 triliun. Telekomunikasi Rp 14,1 triliun, lembaga keuangan khusus Rp 14 triliun, dan pembiayaan non multifinance Rp 12,1 triliun.
"Penerbitan baru surat utang 2024 diperkirakan akan berkisar Rp 148,15-169,05 triliun, dengan titik tengah pada Rp 155,46 triliun," imbuh Ekonom sekaligus Kepala Divisi Riset Ekonomi Pefindo, Suhindarto pada kesempatan yang sama. Beberapa faktor yang menjadi landasan proyeksi penerbitan surat utang tahun depan.
Antara lain kebutuhan refinancing lebih tinggi, terindikasi dari nilai surat utang yang jatuh tempo pada 2024 yang lebih tinggi dibanding 2023. Di sisi lain, aktivitas sektor riil terjaga di dorongan aktivitas kampanye menjelang pemilu serentak. Hal itu membuat permintaan tetap kuat dan stabil, pertumbuhan ekonomi diperkirakan berkisar pada 4,8-5,2 persen dengan inflasi pada rentang 2,0-3,5 persen.
"Kondisi wait and see yang cenderung menurun, seiring kepastian kontestasi pemilu serta program prioritas yang diusung," kata Suhindarto.
Faktor pendorong lain, adaptasi strategi bagi korporasi untuk menghadapi kondisi suku bunga yang higher for longer. Terlihat dari semakin maraknya penerbitan dengan tenor pendek. Likuiditas Lembaga keuangan semakin ketat membuat bunga pinjaman yang ditawarkan menjadi semakin mahal dan mendorong permintaan akan sumber pembiayaan alternatif, salah satunya melalui penerbitan surat utang.
Pefindo Tangani Penerbitan Surat Utang Rp 37,67 Triliun pada Kuartal III 2023
Sebelumnya diberitakan, Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mengungkapkan secara nasional ada sekitar Rp 45,8 triliun penerbitan surat utang di Indonesia hingga kuartal tiga 2023. Dari jumlah tersebut, PEFINDO, telah menangani penerbitan surat utang sebesar Rp 37,67 triliun.
Kepala Divisi Pemeringkatan Non Jasa Keuangan PEFINDO, Niken Indriasih mengatakan sebagian besar penerbitan surat utang dilakukan oleh perusahaan non BUMN.
"Jumlah penerbitan surat utang perusahaan non BUMN Rp 30,2 triliun dan Rp 7,4 triliun untuk perusahaan BUMN,” kata Niken dalam konferensi pers Pefindo, Rabu (25/10/2023).
Niken menambahkan pangsa pasar PEFINDO dalam pemeringkatan penerbitan surat utang hingga kuartal tiga 2023 sebesar 74,9 persen. Tujuan penggunaan dana sebagian besar adalah untuk modal kerja (62,7 persen) dan refinancing (31,9 persen).
Selain itu, PEFINDO juga telah mengantongi mandat pemeringkatan surat utang korporasi sebesar Rp 49,54 triliun hingga kuartal tiga 2023. Perusahaan dari sektor perbankan sebagai sektor dengan penerbitan terbesar mencapai Rp 12,9 triliun, ini berasal dari 3 perusahaan.
Adapun, Niken mengatakan total penerbitan surat utang korporasi hingga kuartal tiga 2023 mencapai Rp 91,8 triliun. Penerbitan obligasi korporasi & sukuk tercatat sebesar Rp 89,3 triliun, turun dibandingkan Rp 127,4 triliun per kuartal tiga 2022.
“Penerbitan efek utang lainnya yaitu sekuritisasi menunjukkan tren peningkatan. Namun, penerbitan MTN hingga kuartal tiga 2023 masih menunjukkan penurunan yaitu mencapai Rp 1,7 triliun dibandingkan Rp 4,7 triliun per kuartal tiga 2022.” pungkas Niken.
Advertisement
Pefindo Kantongi Mandat Penerbitan Surat Utang BUMN Rp 24,67 Triliun Masuk Semester II 2023
Sebelumnya diberitakan, PT Pemeringkat Efek Indonesia atau Pefindo mencatat nilai mandat penerbitan surat utang hingga paruh pertama 2023 sebesar Rp 61,3 triliun per 30 Juni 2023. Jumlah surat utang tersebut terdiri dari 41 perusahaan.
Rinciannya, 18 perusahaan merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan anak perusahaan dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Sisanya 23 perusahaan non-BUMN.
"Non BUMN masih mendominasi, total sekitar 23 perusahaan dengan rencana penerbitan mencapai Rp 36,6 triliun. BUMN dan anak perusahaan termasuk BUMD ada 18 perusahaan dengan rencana nilai penerbitan surat utang sebesar 24,7 triliun," ungkap Kepala Divisi Pemeringkatan Non Jasa Keuangan I Pefindo, Niken Indriarsih dalam konferensi pers, Selasa (18/7/2023).
Hingga paruh pertama tahun ini, penerbitan surat utang nasional mencapai Rp 45,98 triliun. Dari angka tersebut, Pefindo menangani penerbitan surat utang senilai Rp 31,12 triliun atau setara 67,85 persen dari total penerbitan surat utang nasional. Angka tersebut didominasi oleh perusahaan non BUMN yang nilainya mencapai Rp 17,98 triliun.
Terdiri dari obligasi senilai Rp 16,05 triliun dan sukuk Rp 1,93 triliun. Sementara total penerbitan surat utang perusahaan BUMN Grup tercatat sebesar Rp 13,14 triliun. Terdiri dari bond senilai Rp 9,5 triliun, MTN Rp 600 miliar, sekuritisasi Rp 297,7 miliar, dan sukuk Rp 2,74 triliun.
"Secara issuers masih non BUMN yang paling banyak terbitkan surat utang pada semester I yang diperingkat oleh Pefindo, yaitu sekitar hampir Rp 18 triliun. Ini sekitar hampir 58 persen dari total penerbitan surat utang yang diperingkat oleh Pefindo," imbuh Niken.
BEI dan PEFINDO Luncurkan Indeks IDX-PEFINDO Prime Bank
Sebelumnya diberitakan, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) dan PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) meluncurkan indeks sektor perbankan baru yang dinamakan Indeks IDX-PEFINDO Prime Bank pada Rabu, 4 Oktober 2023.
Indeks IDX-PEFINDO Prime Bank mengukur kinerja harga dari 10 saham perbankan yang memiliki peringkat investment grade dengan likuiditas transaksi serta kinerja keuangan yang baik.
Indeks ini mencakup sub-sektor bank yang tercatat di BEI selain indeks Infobank15 yang sebelumnya telah diluncurkan pada 7 November 2012.
Selama lima tahun terakhir, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa industri perbankan di Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang baik.
Meskipun, pandemi Covid-19 sempat menekan aktivitas ekonomi negara, industri perbankan di Indonesia masih tangguh menopang pemulihan ekonomi nasional.
"Perbankan memiliki peran kunci dalam membantu meningkatkan iklim investasi serta menunjang pertumbuhan pasar modal Indonesia," tulis Manajemen BEI dalam keterangan resminya, Rabu (4/10/2023).
Sementara itu, saham perbankan yang tercatat di BEI menguasai 33 persen kapitalisasi pasar modal di Indonesia. Saham perbankan juga dominan di antara saham-saham yang likuid dan kapitalisasi pasar besar.
Hal ini ditunjukkan dari kapitalisasi pasar pada indeks IDX80, LQ45, dan IDX30 dengan porsi saham perbankan lebih dari 45 persen untuk indeks LQ45 dan IDX30.
Kemudian, penentuan konstituen indeks IDX-PEFINDO Prime Bank dilakukan dengan memilih 10 saham sektor perbankan yang memiliki peringkat tertinggi berdasarkan faktor investment rating, likuiditas, total asset, kapitalisasi pasar, valuasi, dan legal.
Metode penghitungan indeks IDX-PEFINDO Prime Bank menggunakan Adjusted Market Capitalization Weighted yang disesuaikan berdasarkan rasio free float dengan menerapkan pembatasan bobot saham (cap) paling tinggi sebesar 35 persen yang disesuaikan pada saat evaluasi. Indeks ini telah dihitung sejak hari dasarnya pada 3 Januari 2017 dengan nilai awal 100.
Advertisement