Saham Emiten Tommy Soeharto Sempat Digembok Bursa, Manajemen HUMI Buka Suara

Gerak saham HUMI saat ini sudah mulai membaik usai suspensi dibuka pada 13 Februari 2024, meski belum kembali pada posisi sebelum pemilu.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 26 Feb 2024, 18:20 WIB
Diterbitkan 26 Feb 2024, 18:20 WIB
PT Humpuss Maritim Internasional (HUMI)
LNG menjadi pilihan tepat dalam transisi energi Indonesia menuju energi bersih mendukung ekonomi Indonesia yang tangguh dan tumbuh. (Dok. PT Humpuss Maritim Internasional)

Liputan6.com, Jakarta - Saham terafiliasi Tommy Suharto, PT Humpuss Maritim Internasional Tbk (HUMI) sempat digembok Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 12 Februari lalu. Penghentian sementara perdagangan saham HUMI sehubungan dengan terjadinya penurunan harga kumulatif secara signifikan.

Secara garis besar, Direktur Utama PT Humpuss Maritim Internasional Tbk, Tirta Hidayat mengatakan penurunan harga saham HUMI saat itu murni karena mekanisme pasar. Namun ia tidak menampik adanya kemungkinan dampak dari sentimen pemilihan umum (pemilu) yang berlangsung pada 14 Februari 2024.

"Kami tidak tahu apa yang terjadi di pasar. Kami melihat sentimen negatif terhadap pemilu yang gonjang-hanjing sehingga (investor) asing terutama, takut dengan perkembangan itu (pemilu) dan melepas saham HUMI," jelas Tirta dalam paparan publik insidentil, Senin (26/2/2024).

Meski begitu, Tirta mengatakan gerak saham HUMI saat ini sudah mulai membaik usai suspensi dibuka pada 13 Februari 2024, meski belum kembali pada posisi sebelum pemilu. Sebagai gambaran, saham HUMI terpantau pada posisi 80 sebelum mengalami penurunan signifikan sejak 5 Februari 2024 hingge ke posisi 57 per lembar pada 7 Februari 2023.

Pada perdagangan hari ini, Senin 26 Februari 2024, saham HUMI ditutup naik 1,43 persen ke posisi 71. Dalam sepekan, harga saham HUMI naik 2,90 persen. Posisi harga saham HUMI saat ini turun 29 persen dari harga IPO 100 per lembar.

Humpuss Maritim Internasional Beli Kapal Tanker USD 6 Juta, untuk Apa?

PT Humpuss Maritim Internasional (HUMI)
LNG menjadi pilihan tepat dalam transisi energi Indonesia menuju energi bersih mendukung ekonomi Indonesia yang tangguh dan tumbuh. (Dok. PT Humpuss Maritim Internasional)

Sebelumnya, emiten milik Tommy Soeharto, PT Humpuss Maritim Internasional Tbk (HUMI) menambah armada. Kali ini, Perseroan membeli kapal Oil & Chemical Tanker yang akan dioptimalkan untuk memenuhi kebutuhan pasar terhadap bahan dasar Biodiesel B35, yakni methanol.

Humpuss Maritim Internasional merealisasikan pembelian 1 unit Oil & Chemical tanker dari 3 unit yang ditargetkan pada belanja modal (capital expenditure/capex) 2023. Kapal dengan 8,821 DWT bernilai USD 6 juta diserahterimakan di Batam pada Rabu, 8 November 2023. 

Direktur Utama Humpuss Maritim Internasional Tirta Hidayat mengatakan, pembelian kapal Oil & Chemical Tanker tersebut merupakan salah satu bentuk strategi ekspansi Perseroan dalam memenuhi kebutuhan methanol yang terus meningkat. 

Peningkatan permintaan terhadap methanol merupakan dampak dari diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2023 terkait konservasi energi.

Pemerintah akan meningkatkan persentase pencampuran bahan bakar nabati dalam Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis minyak solar dari 30% (B30) menjadi 35% (B35). Dengan meningkatnya kebutuhan bahan bakar nabati, methanol sebagai bahan dasarnya pun ikut meningkat.

"Selain itu, bukan hanya methanol yang menjadi 'driver' sektor kimia atau chemical ini. Berkembangnya industri nikel yang akan meningkatkan permintaan terhadap kebutuhan caustic soda dan asam sulfat. Caustic soda dan asam sulfat ini sangat dibutuhkan oleh pabrik smelter dan juga pabrik baterai di Indonesia,” kata Tirta dalam keterangan resminya, Senin (13/11/2023).

 

Punya 6 Kapal

Dengan demikian, PT PCS Internasional (PCSI) selaku anak usaha dari HUMI telah memiliki enam unit kapal chemical yang akan mendorong pertumbuhan bisnis Perseroan. 

Menurut ia, sektor bisnis angkutan petrokimia domestik khususnya angkutan methanol telah mencatatkan kinerja positif selama tiga tahun terakhir karena terjadi lonjakan muatan FAME terkait kebijakan pemerintah terhadap penggunaan Biosolar (B30) yang cukup signifikan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya