Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik bervariasi pada perdagangan Senin, (8/4/2024) jelang keputusan bank sentral pada pekan ini. Selain itu, investor juga menanti data inflasi dari Amerika Serikat (AS) dan China.
Dikutip dari CNBC, The Bank of Korea, the Reserve Bank of New Zealand, the Bank of Thailand, dan Bank Sentral Filipina akan menggelar pertemuan pada pekan ini.
Baca Juga
S&P Global berharap empat bank sentral akan stabil, tetapi memberikan catatan untuk Bank Sentral Korea. Bank Sentral Korea menjadi salah satu bank sentral yang mendekati untuk memangkas suku bunga. “Bank Sentral Korea adalah salah satu bank sentral di Asia yang paling awal menghentikan siklus pengetatan suku bunga pada 2023,” demikian dikutip.
Advertisement
Selain itu, Amerika Serikat (AS) dan China juga akan rilis data inflasi. China juga merilis data perdagangan Maret 2024 pada Jumat pekan ini.
Di bursa saham Asia,indeks Nikkei 225 di Jepang melewati 39.000, dan naik 1,01 persen pada awal sesi perdagangan. Indeks Topix menguat 0,77 persen.
Indeks Kospi Korea Selatan melemah 0,17 persen. Indeks Kosdaq turun 0,76 persen. Di Australia, indeks ASX 200 menguat tipis 0,15 persen. Indeks Hang Seng berjangka di posisi 16.779, lebih kuat dari penutupan sebelumnya 16.723,92.
Di wall street, tiga indeks acuan menguat usai data ekonomi pekerjaan lebih kuat. Data Departemen Tenaga Kerja menunjukkan pekerjaan tumbuh 303.000 pada Maret 2024. Sebelumnya diperkirakan gaji di non sektor pertanian naik 200.000 menurut Dow Jones. Upah bertambah 0,3 persen dan 4,1 persen dari tahun sebelumnya.
Indeks Dow Jones menguat 0,8 persen dan indeks S&P 500 bertambah 1,1 persen. Indeks Nasdaq naik 1,24 persen.
Penutupan Bursa Saham Asia pada 5 April 2024
Sebelumnya diberitakan, Indeks Nikkei 225 di Jepang memimpin koreksi di bursa saham Asia Pasifik pada Jumat, 5 April 2024. Hal ini setelah pejabat bank sentral Amerika Serikat (AS) memicu kekhawatiran penundaan penurunan suku bunga. Sentimen itu juga yang menekan wall street.
Mengutip CNBC, indeks Nikkei 225 di Jepang merosot 1,96 persen ke posisi 38.992,08. Indeks Topix tergelincir 1,08 persen ke posisi 2.702,62. Presiden the Fed Minneapolis Neel Kashkari meragukan bank sentral bakal pangkas suku bung ajika inflasi tetap tinggi.
Di sisi lain, harga minyak dunia menguat. Harga minyak WTI lewati USD 86 per barel. Harga minyak Brent menguat ke posisi 91,18, tertinggi dalam enam bulan.
Dari data ekonomi Asia, belanja rumah tangga di Jepang turun, dan lebih kecil dari yang diharapkan. Belanja rumah tangga turun 0,5 persen year on year (YoY), dibandingkan harapan dari survei Reuters turun 3 persen.
Advertisement
Bank Sentral India Pertahankan Suku Bunga Acuan
Serikat pekerja di Jepang mendapatkan kenaikan gaji besar bagi pekerja dalam negosiasi upah shunto pada Maret yang diperkirakan mendorong belanja konsumen.
Selain itu, S&P juga merilis aktivitas bisnis untuk Hong Kong. Sementara Reserve Bank of India mempertahankan suku bunga acuan 6,5 persen dalam pertemuan ketujuh, dan suku bung aini sejalan dengan harapan.
Indeks ASX 200 di Australia tergelincir 0,56 persen menjadi 7.773 usai turun 2,2 persen. Indeks Kospi di Korea Selatan turun 1,01 persen ke posisi 2.714,21. Indeks Kosdaq merosot 1,2 persen ke posisi 872,29. Level itu terendah sejak 7 Maret.
Sementara itu, indeks Hang Seng menguat 0,18 persen usai libur.
Penutupan Wall Street Pekan Lalu
Sebelumnya diberitakan, pasar saham Amerika Serikat (AS) berakhir menguat dan imbal hasil (yield) obligasi naik pada perdagangan Jumat 5 April 2024. Pelaku pasar Wall Street menyambut baik laporan ketenagakerjaan AS yang menguat dan jauh di atas prediksi.
Pengusaha di AS menambahkan 303.000 pekerja ke dalam daftar gaji mereka pada Maret 2024, menurut laporan pemerintah. Pasar kerja yang kuat telah membantu mendorong pertumbuhan belanja konsumen dan pendapatan dunia usaha, sehingga menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang kuat secara keseluruhan.
Mengutip US News, Sabtu (6/4/2024), Indeks saham S&P 500 naik 1,1%, menutupi sebagian besar kerugian dari hari sebelumnya dan mendekati rekor tertinggi yang dicapai pekan lalu.
Namun, indeks saham acuan tersebut masih membukukan kerugian mingguan pertamanya dalam tiga minggu.
Dow Jones Industrial Average naik 0,8% dan Nasdaq naik 1,2%.
Perusahaan-perusahaan teknologi menyumbang andil besar dalam kenaikan tersebut. Saham raksasa pembuat chip Nvidia naik 2,4% dan perusahaan induk Google, Alphabet, naik 1,3%.
Kenaikannya pun luas, dengan setiap sektor di S&P 500 berakhir di zona hijau.
Secara keseluruhan, S&P 500 naik 57,13 poin menjadi 5.204,34. Dow bertambah 307,06 poin menjadi 38.904,04, dan Nasdaq bertambah 199,44 poin menjadi 16.248,52.
Advertisement
Pasar Obligasi
Namun, kenaikan saham AS pada hari Jumat (5/4) terjadi menyusul kemerosotan saham pada hari Kamis setelah seorang pejabat The Fed meresahkan investor dengan mempertanyakan apakah bank sentral perlu menurunkan suku bunga sepanjang tahun ini di tengah perekonomian yang kuat.
Pasar obligasi memberi sinyal kekhawatiran mengenai suku bunga Federal Reserve yang akan tetap tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama, namun pasar saham tampaknya menerima laporan pekerjaan yang kuat sebagai kabar baik, dengan belanja konsumen dan keuntungan perusahaan tetap penting bagi investor.
"Selama pasar mendapat satu atau dua pemotongan dan The Fed tidak membiarkan suku bunga tidak berubah, itu cukup baik bagi investor ekuitas," kata Chris Zaccarelli, kepala investasi di Independent Advisor Alliance.