Review IHSG Januari: Perkasa di Antara Bursa Asia dan Global

Jika melihat angka prosentase kenaikan di Januari 2014, IHSG lumayan perkasa dibandingkan bursa saham Asia dan bursa global.

oleh Agustina Melani diperbarui 31 Jan 2014, 11:57 WIB
Diterbitkan 31 Jan 2014, 11:57 WIB
ihsg140123b.jpg
Awal tahun 2014, bursa saham Indonesia mampu mencatatkan kenaikan indeks saham sekitar 3,4% secara year to date (Ytd) di bursa saham global dan Asia. Harapan pelaku pasar terhadap data makro ekonomi memberikan sentimen positif untuk pasar modal Indonesia.

Bursa saham Indonesia dan Filipina masing-masing mampu mencatatkan kenaikan pada Januari 2014. Bursa saham Indonesia naik 3,38% dengan menguat tipis ke level 4.418,75 pada perdagangan Kamis (30/1/2014). Sementara itu, bursa saham Filipina naik 2,57% secara year to date.

Sepanjang Januari 2014, sebagian besar bursa saham Asia dan global mengalami penurunan. Indeks saham Jepang merosot mencapai 7,88% pada awal tahun 2014. Padahal indeks saham Nikkei melonjak 57% pada 2013. Demikian mengutip dari data Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (31/1/2014).

Selanjutnya penurunan terdalam dialami indeks saham Hang Seng Hong Kong dengan turun 5,45%. Lalu di posisi ketiga, bursa saham Amerika Serikat (AS) melemah 5,05% pada Januari 2014.

Jika melihat angka prosentase kenaikan di Januari 2014, IHSG lumayan perkasa dibandingkan bursa saham Asia dan bursa global.

IHSG ditutup menguat 53,08 poin atau 1,24% ke level 4.327,26 pada perdagangan saham 2 Januari 2014. Pergerakan indeks saham memang fluktuaktif sepanjang Januari 2014 didorong sentimen eksternal dan internal. Namun pada penutupan perdagangan saham 30 Januari 2014,  IHSG mampu naik tipis 1,4 poin ke level 4.418,75. Sepanjang Januari 2014 IHSG mengalami kenaikan 3,4% dibanding penutupan akhir tahun Desember 2013 di 4.274 menjadi 4.418 di akhir januari 2014.

Analis PT Buana Capital, Alfred Nainggolan menuturkan, bursa saham Indonesia mendapatkan sentimen positif dari data makro ekonomi.  Pada awal tahun, rilis inflasi secara tahunan tercatat sebesar 8,38% , angka ini di bawah prediksi pasar sekitar 9%. Hal itu juga telah memberikan kabar baik untuk bursa saham.

Memang nilai tukar rupiah melemah, neraca perdagangan serta neraca transaksi berjalan masih menjadi kekhawatiran pelaku pasar.
Akan tetapi pernyataan-pernyataan pemerintah mengenai neraca perdagangan masih surplus dan cadangan devisa mencapai US$ 99, 38 miliar per Desember, menurut Alfred, hal itu sedikit memberikan keyakinan terhadap pelaku pasar.

"Sejalan dengan sentimen dalam negeri. Perbaikan ekonomi juga terjadi di luar negeri sehingga pelaku pasar lebih optimistis," ujar Alfred, seperti ditulis Jumat (31/1/2014).

Alfred mengatakan, langkah bank sentral Amerika Serikat (AS) tetap melanjutkan penarikan dana stimulus moneternya (tapering) US$ 10 miliar menjadi US$ 65 miliar membuat persepsi ada perbaikan ekonomi di AS. Memang tapering itu berakibat dana asing keluar dari negara berkembang.

Meski demikian, Indonesia masih akan jadi tempat menarik untuk investor asing. Hal itu dilihat dari tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) 7,5%. Suku bunga acuan ini masih lebih tinggi dibandingkan suku bunga di AS.

"Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih cukup bagus, apalagi tahun politik jadi menimbulkan harapan baru. Pasar saham itu kan dibangun dengan harapan. Hingga kini belum ada sentimen negatif yang menganggu pasar," kata Alfred.

IHSG pun diproyeksikan masih melanjutkan tren menguat pada Februari apabila rilis data makro ekonomi Indonesia masih positif.

"Bila rilis inflasi yang diumumkan Senin nanti bagus, dan neraca perdagangan surplus maka IHSG masih melanjutkan penguatan," ujar Kepala Riset PT Universal Broker Securities, Satrio Utomo. (Ahm/Igw)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya