Resensi Film In The Heights: Musik dan Liriknya Berhasil Bicara, Mahakarya Sutradara Crazy Rich Asians

In The Heights film musikal karya Jon M. Chu, sineas yang dikenal dunia lewat Crazy Rich Asians yang fenomenal.

oleh Wayan Diananto diperbarui 11 Jun 2021, 08:30 WIB
Diterbitkan 11 Jun 2021, 08:30 WIB
Poster film In The Heights. (Foto: Dok. Warner Bros. Pictures/ IMDb)
Poster film In The Heights. (Foto: Dok. Warner Bros. Pictures/ IMDb)

Liputan6.com, Jakarta Menu musim panas di bioskop kala pandemi Covid-19 tak kalah meriah dan beragam. Di samping blockbuster jaminan box office macam A Quiet Place part 2 dan The Conjuring: The Devil Made Me Do It, ada In The Heights, film musikal karya Jon M. Chu.

Nama sineas yang satu ini tak asing di kuping orang Indonesia. Jon M. Chu membuai pencinta sinema lewat box office Crazy Rich Asians yang panen pujian kritikus tahun 2018. Kini, ia ditantang membuat film musikal berbasis buku Quiara Alegria Hudes.

In The Heights diperkuat sejumlah wajah segar yakni Anthony Ramos, Corey Hawkins, Leslie Grace, dan Melissa Barrera. Siapkan diri Anda mengingat durasinya lebih dari dua jam. Berikut resensi film In The Heights.

Romantika Seorang Imigran

Usnavi de la Vega diperankan Anthony Ramos dalam In The Heights. (Foto: Warner Bros. Pictures/ IMDb)
Usnavi de la Vega diperankan Anthony Ramos dalam In The Heights. (Foto: Warner Bros. Pictures/ IMDb)

Usnavi de la Vega (Anthony Ramos), imigran yang tinggal di Washington Heights. Pemuda asli Republik Dominika ini dibesarkan Claudia (Olga Merediz). Sehari-hari, Usnavi yang diam-diam jatuh hati pada Vanessa (Melissa Berrera) mengelola toko kelontong bersama Sonny (Gregory Diaz IV).

Suatu hari, Usnavi mengingat kembali sejumlah foto kedai minuman milik ayahnya yang hancur akibat bencana di Dominika. Ia berjanji kembali ke kampung halaman untuk membangun yang telah hancur.

Di sisi lain, ada Nina Rosario (Leslie Grace) yang diterima di kampus bergengsi namun jadi korban perundungan. Ia dicurigai mencuri kalung mutiara milik teman sekamar hingga digeledah meski tak terbukti.

Titik Yang Mesti Berdendang

Benny diperankan Corey Hawkins dalam In The Heights. (Foto: Warner Bros. Pictures/ IMDb)
Benny diperankan Corey Hawkins dalam In The Heights. (Foto: Warner Bros. Pictures/ IMDb)

Hidupnya di persimpangan, antara berjuang mewujudkan mimpi di kampus atau memilih jalan lain. Nina disukai Benny (Corey Hawkins), pria kulit hitam yang jadi sahabat sekaligus pelanggan toko Usnavi. Tak lama setelah itu, terjadi pemadaman lampu di Washington Heights.

Kesan pertama menyaksikan In The Heights, film ini menempatkan unsur musikal di posisi krusial. Menit awal memperlihatkan bagaimana lirik lagu menjelaskan keseharian karakter utama dari berjalan menuju toko kelontong, melayani pembeli hingga siapa saja yang sering berinteraksi dengannya.

Lin Manuel Miranda, komposer yang menangani lagu-lagu di Moana, Hamilton, dan Mary Poppins tahu persis di titik mana saja In The Heights mesti berbendang.

 

Problem Film Musikal

Vanessa diperankan Melissa Berrera dalam In The Heights. (Foto: Warner Bros. Pictures/ IMDb)
Vanessa diperankan Melissa Berrera dalam In The Heights. (Foto: Warner Bros. Pictures/ IMDb)

Problem film musikal biasanya, memaksakan lagu masuk padahal lirik tak berkontribusi membangun cerita. Artinya, lagu muncul sekadar mengisi kekosongan atau mempercantik. Dalam In The Heights, itu tak terjadi mengingat 17 nomor yang dilantun para tokoh punya fungsi berbeda-beda.

Lirik “Champagne,” menggantikan dialog dua tokoh. “Carnaval Del Barrio” tak sekadar menyambung adegan. Beberapa tokoh pendukung seperti Carla, akhirnya punya kans memperkenalkan diri berikut latar belakang keluarganya di nomor ini.

“Paciencia y Fe” diracik untuk mewakili perjalanan spiritual seorang tokoh yang dieksekusi dalam adegan teaterikal di stasiun kereta api, komplit dengan gerbong dan para penari yang “berkelebatan” di lorong.

Cahaya Terang di Ujung Lorong

Olga Merediz sebagai Abuela Claudia di In The Heights. (Foto: Warner Bros. Pictures/ IMDb)
Olga Merediz sebagai Abuela Claudia di In The Heights. (Foto: Warner Bros. Pictures/ IMDb)

Cahaya terang di ujung lorong dan sang tokoh yang menoleh ke belakang sejenak, adalah titik dramatis sekaligus titik balik bagi seluruh tokoh dalam In The Heights. Bagi yang gemar romansa dan senang gambar nyeni, “When The Sun Goes Down” dengan mudah memenangkan hati Anda.

Dari pemilihan lagu dan bagaimana mereka menjalankan fungsinya saja, kita tahu In The Heights bukan film musikal biasa. Pergerakan kamera yang dinamis dan tampak “berayun-ayun” saat Usnavi mendongeng di depan anak-anak dibuat bukan tanpa alasan.

Ini memperlihatkan betapa In The Heights memiliki konsep matang sejak awal. Maka, secara teknis ia tampak menyatu dengan cerita, roh, dan polah para pelakonnya.

Interaksi Tanpa Notasi

Salah satu adegan musikal di In The Heights. (Foto: Warner Bros. Pictures/ IMDb)
Salah satu adegan musikal di In The Heights. (Foto: Warner Bros. Pictures/ IMDb)

Yang juga spesial, tentu saja penampilan para pemain. Wajah-wajah baru film ini membuat In The Heights terasa fresh. Sejumlah pemain, khususnya kuartet Anthony-Corey-Leslie-Melissa tampil tanpa beban juga natural. Mereka bersenandung seolah lagu telah menjadi bagian hidup.

Interaksi tanpa notasi tak lantas menjadi kaku. Tema yang diusung, yakni kaum imigran plus romantika minoritas tak lantas terasa berat. Pasalnya, dua topik ini dipayungi topik utama yang lebih universal yakni mengejar impian.

Mengingat isu keragaman tengah merebak di AS dan menjalar ke benua lain, In The Heights adalah suguhan berselera yang dihidangkan di saat yang tepat. Sebagian lagu memang terasa kepanjangan, berdampak pada panjangnya durasi film.

96.000

Salah satu adegan film In The Heights. (Foto: Warner Bros. Pictures/ IMDb)
Salah satu adegan film In The Heights. (Foto: Warner Bros. Pictures/ IMDb)

Yang tak terbiasa menonton film musikal akan lelah di tengah jalan. Untung, ada “96.000,” nomor bernuansa festive yang jadi selebrasi jalanan hingga ke kolam renang. Sepintas, ini hanya pesta pora. Perhatikan baik-baik setiap detail propertinya. Itulah kunci menuju titik terang di pengujung kisah.

Hari kedua penayangan In The Heights di Indonesia, jumlah layarnya berkurang drastis. Selain faktor genre, tidak adanya wajah orang terkenal di poster membuat publik di Tanah Air tampak pikir-pikir ke bioskop.

Jika Anda pencinta sinema, beri kesempatan bagi film ini untuk “menjamu” dan menyegarkan hati juga pikiran. Jangan lupa, patuhi protokol kesehatan selama Anda berada di lingkungan bioskop. Dengan demikian, Anda menjaga kesehatan diri dan menghargai keselamatan orang lain. Cus.

 

 

Pemain: Anthony Ramos, Corey Hawkins, Leslie Grace, Melissa Barrera, OIga Merediz, Gregory Diaz IV

Produser: Lin-Manuel Miranda, Quiara Alegria Hudes, Scott Sanders, Anthony Bregman, Mara Jacobs

Sutradara: Jon M. Chu

Penulis: Quiara Alegría Hudes

Produksi: Warner Bros. Pictures

Durasi: 143 menit

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya