Liputan6.com, Surabaya - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (Risma) memaparkan alasan dirinya selalu memberikan terbaik untuk perkembangan Kota Surabaya termasuk warganya.
Risma menuturkan, hal itu ibarat memiliki pacar yang ingin berikan terbaik dari diri sendiri kepada seseorang yang disayangi. Demikian juga hal tersebut dilakukan Risma kepada warga Surabaya. Oleh karena itu, dirinya mau bekerja keras untuk pembangunan Kota Surabaya.
"Saya cinta warga saya. Yang terbaik dari saya berikan untuk warga. Kerja mulai jam 4.30 hingga jam 7 malam, 1 karena saya cinta mereka. Akibatnya saya cinta mereka dan mereka cinta kepada saya itu pasti. Take and give," ujar Risma, saat menjadi pembicara di acara Emtek Goes to Campus (EGTC) 2019 di Graha Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Kamis (7/11/2019).
Advertisement
Baca Juga
Oleh karena cinta Risma kepada warga Surabaya, dirinya memilih untuk menyelesaikan jabatan wali kota di periode kedua ini ketimbang memilih menjadi menteri. Sebelumnya dia tawarkan untuk menjadi menteri di kabinet Jokowi. Akan tetapi, ia menolak. Risma menuturkan, ingin menyelesaikan jabatan wali kota sehingga tidak menyesal.
Apalagi kalau target Risma tersebut membantu banyak orang di Surabaya, Jawa Timur. Ia menuturkan, ingin membuat Surabaya maju dan warganya pun dapat menikmati kemajuan tersebut.
"Orang sering ngomong dari wali kota jadi gubernur ke menteri itu naik kelas. Saya bukan begitu. Semakin banyak yang saya tolong, saya naik kelas," tegas Risma.
Risma menuturkan, saat meraih target yang dicapai memang butuh kerja keras sehingga melelahkan dan berat. Namun, ia mengingatkan kalau orang berhasil adalah seseorang yang tidak pernah mengenal kata menyerah. "Orang berhasil tak pernah menyerah sesulit apapun," ujar dia.
Tri Rismaharini menambahkan, kalau anak-anak kecil juga senang bertemu dirinya. Padahal dirinya merupakan sosok yang keras. Ia menceritakan, pernah bertemu dengan anak-anak dan dirinya pura-pura diam di depan mereka. Anak-anak tersebut pun mengira Risma marah.
"Tiba-tiba mereka mengikuti saya dari belakang. Kemana-mana diikutkan. Anak-anak itu mau minta maaf, kalau salah," ujar dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Risma: Ketika Berada di Rumah, Saya Lepas Atribut Jabatan
Sebelumnya, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (Risma) berbagi tips membagi waktu antara keluarga dan kesibukan sebagai wali kota. Ia menyampaikan hal itu saat mengisi acara di Emtek Goes to Campus (EGTC) 2019 di Graha Universitas Negeri Surabaya (Unesa) pada Kamis, 7 November 2019.
Tri Rismaharini menilai kesuksesan sebaiknya harus menyeluruh baik karier dan keluarga. Ketika pertama kali maju menjadi wali kota Surabaya pada 2010, ia memberikan pengertian kepada keluarga.
Apalagi dia juga bersumpah jabatan untuk mendahulukan kepentingan masyarakat di atas kepentingan pribadi dan golongan. Oleh karena itu, ia berusaha untuk membagi waktu tepat antara keluarga dan pekerjaan. Ia pun mendapatkan dukungan dari keluarga.
"Kalau ingin menjadi orang sukses adalah harus sukses semuanya. Tidak boleh mengorbankan keluarga,” ujar Risma.
Risma menuturkan, komunikasi menjadi faktor penting untuk menjaga keluarga. Apalagi saat pertama menjabat wali kota, anaknya masih kuliah. Ia pun berusaha untuk hubungi anaknya sehingga mengetahui kegiatan anak-anaknya.
Selain itu, ia juga mengingatkan pentingnya menempatkan peran. Meski sebagai wali kota, tetapi dirinya melepaskan jabatan itu ketika berada di rumah. Ia menjadi ibu rumah tangga yang menjaga keluarga.
"Kalau kita sedang di rumah, kalau kita di rumah kita menjadi ibu rumah tangga jangan mencari jadi siapa-siapa dan melepas semua atribut jabatan apapun," ujar dia.
Risma juga mengungkapkan kalau dirinya juga selalu menyiapkan pakaian dan sepatu untuk suaminya. Jika sedang bertugas selama tujuh hari ke luar Surabaya, dirinya akan siapkan sepatu dan baju sebanyak tujuh buah untuk suami.
"Yang menyiapkan baju dan sepatu adalah suami saya. Saya menyiapkan sepatu da baju tujuh buah dan suami saya yang memilih untuk saya gunakan,” kata dia.
Tri Rismaharini juga berbagi cerita lucu ketika merayakan Lebaran. Saat itu, ada kompor baru, dan dirinya tidak bisa menyalakan kompor sehingga membuat telepon orang yang bisa menghidupkan kompor.
Advertisement