Risma: Ketika Berada di Rumah, Saya Lepas Atribut Jabatan

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (Risma) berbagi tips membagi waktu antara keluarga dan kesibukan sebagai wali kota.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 07 Nov 2019, 13:39 WIB
Diterbitkan 07 Nov 2019, 13:39 WIB
(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menjadi pembicara di kegiatan EGTC 2019 di Graha Unesa pada Kamis, 7 November 2019. (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Surabaya - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (Risma) berbagi tips membagi waktu antara keluarga dan kesibukan sebagai wali kota. Ia menyampaikan hal itu saat mengisi acara di Emtek Goes to Campus (EGTC) 2019 di Graha Universitas Negeri Surabaya (Unesa) pada Kamis (7/11/2019).

Tri Rismaharini menilai kesuksesan sebaiknya harus menyeluruh baik karier dan keluarga. Ketika pertama kali maju menjadi wali kota Surabaya pada 2010, ia memberikan pengertian kepada keluarga.

Apalagi dia juga bersumpah jabatan untuk mendahulukan kepentingan masyarakat di atas kepentingan pribadi dan golongan. Oleh karena itu, ia berusaha untuk membagi waktu tepat antara keluarga dan pekerjaan. Ia pun mendapatkan dukungan dari keluarga.

"Kalau ingin menjadi orang sukses adalah harus sukses semuanya. Tidak boleh mengorbankan keluarga,” ujar Risma.

Risma menuturkan, komunikasi menjadi faktor penting untuk menjaga keluarga. Apalagi saat pertama menjabat wali kota, anaknya masih kuliah. Ia pun berusaha untuk hubungi anaknya sehingga mengetahui kegiatan anak-anaknya.

Selain itu, ia juga mengingatkan pentingnya menempatkan peran. Meski sebagai wali kota, tetapi dirinya melepaskan jabatan itu ketika berada di rumah. Ia menjadi ibu rumah tangga yang menjaga keluarga.

"Kalau kita sedang di rumah, kalau kita di rumah kita menjadi ibu rumah tangga jangan mencari jadi siapa-siapa dan melepas semua atribut jabatan apapun," ujar dia.

Risma juga mengungkapkan kalau dirinya juga selalu menyiapkan pakaian dan sepatu untuk suaminya. Jika sedang bertugas selama tujuh hari ke luar Surabaya, dirinya akan siapkan sepatu dan baju sebanyak tujuh buah untuk suami.

"Yang menyiapkan baju dan sepatu adalah suami saya. Saya menyiapkan sepatu da baju tujuh buah dan suami saya yang memilih untuk saya gunakan,” kata dia.

Tri Rismaharini juga berbagi cerita lucu ketika merayakan Lebaran. Saat itu, ada kompor baru, dan dirinya tidak bisa menyalakan kompor sehingga membuat telepon orang yang bisa menghidupkan kompor.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Panji Pragiwaksono Berbagi Cerita di EGTC 2019 di Surabaya

(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Kegiatan EGTC 2019 di Universitas Negeri Surabaya pada Kamis,7 November 2019 (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

 Sebelumnya, Panji Pragiwaksono, komika ternama di Indonesia membagikan cerita perjalanan hidup menjadi standup comedy hingga sutradara di Emtek Goes to Campus 2019 (EGTC), di gedung Graha Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Kamis, 7 November 2019.

Panji menceritakan, dirinya mulai dari SMP sudah senang bercanda. Kalau teman-teman di rumah, dia sering bercanda hingga membuat semua orang ketawa. "Hobi melucu itu juga berlangsung hingga mahasiswa dan itu saya niatkan," tutur Panji di acara EGTC 2019. 

Panji juga mengaku, dia sering membaca buku untuk bahan standup comedy, mulai dari buku agama hingga sejarah. "Tapi yang paling banyak bahan atau materi standup comedy saya dapat dari pengalaman," kata dia. 

Saat mendapatkan pertanyaan dari peserta EGTC 2019, mengenai komedian itu didapat dari faktor gen atau bakat, Panji menjawab bakat.

"Bakat ada faktornya, tapi kerja keras itu yang berpengaruh besar, karena kerja keras itu mengalah bakat," ucapnya. 

Pertanyaan selanjutnya adalah apa jurus jitu mempertahankan kompetensi atau kualitas standup comedy di tengah banyaknya komika di Indonesia, Panji mengatakan harus mempunyai personal branding.

"Harus mempertahankan karakter personal branding, apapun pekerjaannya harus mempunyai karakter," ujar dia.

Panji pun menuturkan, kalau komika hanya menghibur. Oleh karena itu, jangan menonton standup comedy karena komika hanya menghibur.

"Tapi di dalam standup comedy juga ada muatan majas seperti hiperbola, personifikasi, dan lain - lain," tutur dia.

 

Alasan Coba Jadi Sutradara

(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Kegiatan EGTC 2019 di Universitas Negeri Surabaya pada Kamis,7 November 2019 (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Ia juga membeberkan alasan memilih mencoba menjadi sutradara setelah mendapat pertanyaan dari peserta EGTC 2019 di Unesa. Panji mengaku, dirinya suka mendongeng sejak dan suka membuat dongeng dan kebetulan ada yang menawari jadi sutradara. 

"Akhirnya saya ambil kesempatan itu karena sekecil apapun peluangnya, selalu saya ambil kesempatan itu," kata dia.

Selain itu, pria kelahiran 1979 ini menuturkan, kalau sutradara bukan cita-citanya sejak kecil. Ia menuturkan, kalau menjajaki profesi sutradara karena melihat teman-teman standup comedy seperti Raditya Dika dan Ernest Prakasa.

"Sebenarnya cita - cita saya sejak dari kecil adalah ingin menjadi astronot karena saya ingin melihat alien," ujar Panji.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya