Jejak Sukarno di Surabaya, Mulai Rumah hingga Sekolah Peninggalan Belanda

Sukarno lahir pada 6 Juni 1901 di sebuah rumah di Jalan Peneleh, Gang Pandean IV, Surabaya, Jawa Timur.

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Jun 2020, 16:08 WIB
Diterbitkan 14 Jan 2020, 08:00 WIB
Rumah Presiden Sukarno
Rumah Presiden Pertama RI Sukarno di Surabaya. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Jakarta - Siapa yang tak mengenal tokoh proklamator Republik Indonesia Ir Sukarno? Sukarno yang juga Presiden Pertama Indonesia ini memiliki jiwa pemimpin yang mengalir dalam darahnya, menjadi semangat untuk memerdekakan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Berbagai pemikirannya untuk membebaskan Indonesia dengan lantang ia kumandangkan kepada seluruh masyarakat.

Namun, siapa sangka jika tokoh yang besar dan sangat dielu-elukan oleh masyarakat Indonesia itu lahir dan tumbuh di sebuah kampung di Surabaya?

Mempunyai nama asli Kusno Sosro Sukarno, Sukarno lahir dari pasangan Ida Ayu Nyoman Rai Srimben dan Raden Soekemi. Ibunya berasal dari Singaraja, Bali, sedangkan ayahnya dari Probolinggo, Jawa Timur.

Sukarno lahir pada 6 Juni 1901 di sebuah rumah di Jalan Peneleh, Gang Pandean IV, Surabaya, Jawa Timur. Tumbuh dan berkembang menjadi orang penting dalam kemerdekaan Indonesia, membuat Sukarno dikenal dan dikenang oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia. Begitu pun ketika meninggal, Sukarno terus hidup di dalam saksi merdekanya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sukarno wafat pada 21 Juni 1970, walaupun sudah menjelang 50 tahun kepergiannya, namanya tetap besar dan tidak lekang oleh waktu. Salah satu bukti nyatanya adalah rumah yang menjadi tempat kelahirannya banyak dikunjungi. Bahkan, rumah yang ada di Jalan Paneleh itu pun menjadi cagar budaya.

Rumah Sukarno mudah ditemukan karena di depan gapuranya terdapat sebuah prasasti dan baliho bergambarkan Sukarno dengan tulisan “Di sini tempat kelahiran Bapak Bangsa Dr Ir Soekarno, Penyambung lidah rakyat, Proklamator, Presiden Pertama RI, Pemimpin besar Revolusi”.

Tembok-tembok lorong sepanjang Gang Pandean IV pun terdapat banyak lukisan mural, salah satunya terdapat tulisan “Perjuanganku Lebih Mudah Karena Mengusir Penjajah”, “Jasmerah Jangan Sekali-Sekali Meninggalkan Sejarah”, “Di Sini Rumahku dan Tetap Berjuang”.

Tumbuh dan berkembang menjadi orang penting dalam kemerdekaan Indonesia, membuat Sukarno dikenal dan dikenang oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia. Begitu pun ketika meninggal, Sukarno terus hidup di dalam saksi merdekanya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Selanjutnya

Mengutip dari merdeka.com, Sukarno awal bersekolah di Tulung Agung yang kemudian pidah ke Mojokerto mengikuti orang tuanya. Ketika di Mojokerto, Sukarno disekolahkan oleh Ayahnya di Eerste Inlandse School, kemudian pada 1911 Soekarno dipindahkan ke Europeesche Lagere School (ELS) untuk memudahkan jalur masuknya menuju Hoogere Burger School (HBS).

Lulus pada 1915, Sukarno melanjutkan pendidikannya di HBS Surabaya, Jawa Timur. Di sini Sukarno bertemu dengan banyak tokoh dari Sarekat Islam. Sarekat Islam merupakan organisasi yang kala itu dipimpin oleh HOS Tjokroaminoto. Kala itu, Sukarno menumpang di rumah Tjokroaminoto.

Kala Sukarno “kost” di rumah Tjokroaminoto, ia masih berusia 15 tahun. Rumah Tjokroaminoto berada di Gang Paneleh VII No.29-31, tepatnya di tepi Sungai Kalimas, Surabaya.

Tjokroaminoto kala itu berusia 33 tahun dan tidak mempunyai penghasilan selain dari rumah kos yang dihuni 10 orang. Setiap orang yang menempati rumah kos  tersebut membayar Rp 11.

 

(Shafa Tasha Fadhila-Mahasiswa PNJ)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya