Liputan6.com, Jakarta - Universitas Airlangga (Unair) telah mengirim surat kepada Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan terkait upaya untuk membantu deteksi Virus Corona.
Koordinator Penanganan Corona Universitas Airlangga (Unair) Prof Soetjipto menuturkan, Unair dan Kobe University bekerjasama dan mendapatkan akses ke GISAID di Jerman. Menurut Soetjipto, mendapatkan akses ke GISAID tersebut tidak mudah.
"Berkat hubungan kerja sama Kobe University mendapatkan izin akses data di GISAID. Data utuh RNA virus corona. Karena kunci alat desain primer,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (6/2/2020).
Advertisement
Ia menambahkan, Unair juga telah mengirim surat kepada Balitbangkes Kementerian Kesehatan untuk siap membantu pemerintah mendeteksi virus corona.
"Ini bentuk tanggung jawab Unair membantu pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan untuk deteksi virus corona,” kata dia.
Ia menambahkan, Unair memiliki Lembaga Penyakit Tropik (LPT) yang siap untuk membantu pemerintah dalam mendeteksi virus corona dengan Teknik Polymerase Chain Reaction (PCR) dan reagen yang dapat identifikasi virus corona. Mengutip Antara, dengan akses Genome Coronavirus, LPT Unair mendapatkan primer spesifik untuk mendeteksi Coronavirus 2019 dengan akurasi 99 persen. "Unair memiliki fasilitas prasarana dan sarana, serta SDM," kata dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Unair dan Kobe University Temukan Reagen Virus Corona
Sebelumnya, Universitas Airlangga (Unair) Surabaya dan Kobe University Jepang menemukan alat pendeteksi atau reagen novel corona virus (2019-nCov) atau virus corona.
"Kami dan Kobe University telah menemukan reagen virus corona. Permasalahan ketersediaan alat pendeteksi yang ada di Indonesia ini sempat menjadi kekhawatiran oleh masyarakat," tutur Rektor Unair Prof Mohammad Nasih di Surabaya, Senin, 3 Februari 2020.
Nasih mengatakan, selain di Unair, reagen ini juga telah dimiliki Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Balitbangkes.
Pria asal Gresik ini menambahkan, reagen temuan Unair dapat mengidentifikasi pasien yang sudah disuspect terjangkit virus corona yang berasal dari Wuhan ini.
"Masyarakat yang ingin kepastian, bisa memanfaatkan lembaga kami untuk mengkonfirmasi ada atau tidaknya virus. Identifikasinya tidak lama, hanya dalam hitungan jam, tetapi mekanisme sudah sesuai dengan standar kesehatan dunia WHO (World Health Organization)," ujar guru besar akuntansi tersebut.
Dengan identifikasi secara spesifik ini, Nasih berharap ke depannya dapat menghasilkan riset penanganan dan pencegahan akan virus corona.
"Sekarang di Indonesia mau menemukan obatnya masih susah karena kami belum mengetahui jenis mutasi virus ini seperti apa," kata dia.
Nasih menyatakan, akurasi reagen ini mencapai 99 persen. Lantaran ada parameter reagen yang berasal dari parameter positif tertular virus.
"Jadi pemeriksaannya dari dahak, kalau memang hasilnya sama dengan parameter yang positif maka akan dilakukan penanganan khusus," tutur dia.
Penanganan khusus ini, dikatakannya termasuk kesediaan tim khusus dan ruang isolasi di RS Unair dan RSUD Dr Soetomo. Jika ada suspect bisa dibawa ke Unair, yang dari RSUD Dr Soetomo sebelumnya juga dibawa ke Unair, meskipun masih memakai reagen yang lama.
Dia mengakui, kemampuan Unair dalam menemukan reagen ini tak lepas dari akses Kobe University dan relasi di Jerman dalam mengakses data dan gen virus corona dari bank virus.
"Bahan untuk membuat reagen ini baru Sabtu pada 1 Februari kemarin datang di Unair, setelah disiapkan di Kobe university. Sebelumnya kami masih memakai kit deteksi yang lama," ujar dia.
Advertisement