Dosen Unair Minta Warga Tingkatkan Toleransi di Tengah Pandemi COVID-19

Pengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair), Shoim Hidayat menuturkan, kepala daerah hingga tokoh masyarakat harus terus edukasi masyarakat soal COVID-19.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 10 Mei 2020, 08:01 WIB
Diterbitkan 08 Mei 2020, 04:00 WIB
Stigma Negatif Virus Corona
Ilustrasi Pencegahan Covid-19 Credit: pexels.com/cottonbro

Liputan6.com, Surabaya - Dokter Okupasi dengan Profesional di Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sekaligus pengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair), Shoim Hidayat mengatakan, masyarakat harus meningkatkan toleransi di tengah pandemi COVID-19

Masyarakat juga diminta untuk tidak memberikan stigma kepada para pasien yang terpapar virus corona baru (Sars-CoV-2) yang sebabkan COVID-19, termasuk keluarga, tetangga, maupun rekan-rekan di lingkungan kerjanya. 

"Hal ini memang agak sulit dihindari. Oleh karena itu, kami tak pernah bosan-bosannya mengingatkan kalau orang yang terkena COVID-19 tidak boleh disingkirkan dari lingkungannya," kata dia, Kamis, 7 Mei 2020.

Menurut Shoim, munculnya stigma kepada para pasien dan orang-orang terdekatnya karena minimnya informasi akurat yang diperoleh masyarakat mengenai COVID-19. Selain informasi akurat, tingkat toleransi masyarakat dinilai mulai menurun. 

"Kita harus introspeksi, mungkin, karena kurangnya rasa toleransi terhadap sesama dan pengetahuan masyarakat terhadap virus ini juga perlu ditingkatkan," kata dia. 

Contoh stigma yang terjadi baru-baru ini adalah penolakan jenazah yang merupakan pasien COVID-19. Misalnya, seperti yang terjadi di Semarang, Jawa Tengah. 

"Bayangkan, jenazah saja ditolak, sehingga masih sangat mungkin stigma ini terjadi pada korban COVID-19, terutama di kampung-kampung. Jika masyarakat mendengar orang terkena COVID-19, mereka panik, irasional, sehingga korban dikucilkan," terangnya. 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Masyarakat Harus Terus Diberikan Edukasi

Oleh karena itu, Shoim meminta kepada para pemangku kepentingan seperti kepala daerah, tokoh masyarakat, dan media massa untuk membantu memberikan edukasi kepada masyarakat. Jika stigma ini terus berlanjut, akan semakin memperkeruh suasana. 

"Masyarakat harus diberikan edukasi secara terus menerus, para ahli memiliki peran untuk meluruskan pemahaman yang salah, dan media juga harus memberikan informasi yang akurat," ucapnya. 

"Jadi untuk mewujudkan hal tersebut perlu kerja sama antara pemerintah dan semua pemangku kepentingan. Selain itu, kita juga harus menumbuhkan rasa gotong-royong antar sesama. Prioritas kita semua sekarang adalah menjaga kesehatan, sehingga pandemi ini segera berakhir," ia menambahkan.

Shoim juga menekankan kepada masyarakat bahwa untuk mencegah penyebaran COVID-19, maka masyarakat harus menerapkan praktik protokol kesehatan dan kebersihan agar tidak tertular, seperti physical distancing atau jaga jarak dan pakai masker.

"Jika diterapkan dengan baik, itu sudah cukup. Jadi tidak perlu diasingkan, kasihan,” pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya