Liputan6.com, Jakarta - Menerapkan tatanan hidup normal baru di tengah pandemi COVID-19 dinilai butuh peran pemerintah, tokoh agama dan masyarakat untuk menyiapkan mental masyarakat dalam menerapkannya.
Hal itu seperti disampaikan Ketua Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (FKM Unair), Hario Megatsari.
Hario mengatakan, tatanan hidup normal baru ini membuat perilaku baru karena konsekuensi ada virus corona baru (Sars-CoV-2) yang menyebabkan COVID-19. Tatanan hidup normal baru ini mengubah perilaku karena ada protokol kesehatan. Hario menuturkan, perubahan perilaku tersebut seiring ada protokol seperti memakai masker saat di luar, jaga jarak fisik, menghindari kerumunan.
Advertisement
Baca Juga
Selain itu, untuk menyesuaikan dengan kondisi pandemi COVID-19 juga pentingnya menjaga kesehatan dengan makan makanan bergizi yang meningkatkan imun tubuh, dan olahraga, dan menjaga kebersihan.
"Sebelum ada COVID-19 berinteraksi di suatu acara, misalkan di acara pernikahan berjabat tangan, cipika cipiki, dan selama ada pandemi itu belum bisa dilakukan. Karena ada dalam salah satu protokol (jaga jarak-red), ini perilaku normal yang baru,” ujar Hario saat dihubungi Liputan6.com, ditulis Kamis (21/5/2020).
Lebih lanjut ia menuturkan, dengan tatanan hidup normal baru ini jadi seperti mengantisipasi penyebaran COVID-19, selama vaksin belum ada. Meski demikian, walau ada vaksin, menurut Hario, pola hidup tidak akan sama seperti kondisi dulu.
"New normal ini dengan menggunakan masker, jaga jarak, cuci tangan, ini tindakan memutus rantai penyebaran, suatu tindakan pencegahan untuk memutus rantai (COVID-19),” kata dia.
Untuk menghadapi tatanan hidup baru itu, Hario menilai, masyarakat perlu menyiapkan mental. Hal ini agar tidak tergagap untuk menerapkannya. Apalagi, Hario menuturkan, masih ada warga yang belum dapat menjalankan protokol kesehatan dan menerima tatanan hidup normal baru.
"Kemudian ikuti informasi yang baik dan benar mengenai perilaku tatanan yang baru seperti apa, karena masih menata dan belum ada definitif,” ujar dia.
Untuk menyiapkan mental itu, menurut Hario, butuh peran pemerintah, tokoh agama, masyarakat. Hario mengatakan, peran pemerintah menenangkan masyarakat agar dapat menerapkan tatanan hidup normal baru dengan menjalankan protokol kesehatan.
"Pemerintah harus mulai konsisten dan punya ketegasan. Konsisten itu terhadap protap atau regulasi sehingga publik akan timbulkan trust,” kata dia.
Saksikan Video di Bawah Ini
Gubernur Khofifah Sebut Warga Jatim Harus Siap Sambut Tatanan Hidup Normal Baru
Sebelumnya, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa mengatakan, masyarakat Jawa Timur harus siap menyambut tatanan hidup normal baru (new normal life).
Dia menuturkan, hal ini tidak bisa ditawar mengingat sejak kasus positif COVID-19 terkonfirmasi Maret 2020 lalu, vaksin COVID-19 belum juga ditemukan hingga saat ini.
Momen peringatan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) 20 Mei, Khofifah menuturkan, harus dijadikan motor pendorong Indonesia dan Jatim khususnya untuk segera terbebas dari COVID-19.
"Momen Harkitnas tahun ini berseiring dengan Ramadan dan Idul Fitri. Selayaknya ini bisa menjadi penyemangat kita untuk terus bersatu, bergotong-royong, bahu-membahu, dan menjalin silaturrahim bergotong royong untuk menanggulangi wabah ini," ujar Khofifah, ditulis Rabu, 20 Mei 2020.
Pemerintah, kata Khofifah, tidak bisa menyelesaikan persoalan ini tanpa dukungan penuh masyarakat. Bukan hanya di Indonesia, tapi juga seluruh dunia. Berbagai elemen masyarakat harus bersatu dan punya kesamaan visi agar pandemi ini bisa segera berakhir.
Khofifah memaparkan, new normal life mensyaratkan penyesuaian hidup berdampingan dengan COVID-19 hingga vaksin ditemukan. Artinya, protokol kesehatan ketat harus terus diterapkan.
Advertisement
Adaptif dengan Teknologi
Oleh karena itu, lanjut Khofifah, masyarakat harus lebih adaptif terhadap teknologi digital agar dapat terus produktif menjalani aktivitas, sambil tetap mencegah penularan pandemi lebih luas.
"Di seluruh bidang kehidupan, tidak terkecuali. Indonesia harus siap, Jatim juga harus siap. Yang penting adalah kita tidak menyerah pada keadaan, kita harus tetap menjaga semangat untuk bisa secepatnya lepas dari Covid-19," imbuhnya.
"Intinya kita tetap produktif, tapi juga selalu waspada. Ini yang harus kita persiapkan betul, harus segera move on," tambah Khofifah.