NU Jatim Bakal Pantau Hilal di 27 Titik

Ia menjelaskan, dari sudut pandang Ilmu Falak, anak bulan atau hilal sangat mungkin tidak bisa dilihat saat dipantau Selasa.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 11 Mei 2021, 12:16 WIB
Diterbitkan 11 Mei 2021, 12:16 WIB
FOTO: Pantauan Hilal Kanwil Agama DKI Jakarta Terhalang Mendung dan Hujan
Sebuah teropong saat digunakan tim Hisab Rukyat Kanwil Agama Provinsi DKI Jakarta untuk pemantauan hilal awal Ramadan dari atap Gedung Kanwil Agama DKI Jakarta, Cawang, Jakarta, Senin (12/4/2021). Hilal tak dapat terlihat dikarenakan langit terhalang mendung dan hujan. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Surabaya - Ketua PW Lembaga Falakiyah NU Jatim Shofiyullah alias Gus Shofi menyampaikan, pihaknya akan rukyatul hilal untuk menentukan 1 Syawal 1442 Hijriah pada Selasa 11 Mei sore.

Menurutnya, berdasarkan hitungan Ilmu Falak, hilal sangat mungkin tidak akan terpantau karena ketinggiannya minus empat derajat di bawah ufuk. Lembaga Falakiyah NU Jatim juga merupakan bagian dari pelaksanaan rukyatul hilal yang akan dilaksanakan lembaga tersebut di NU pusat.

"Rukyatul hilal kita laksanakan 29 Ramadan, karena memang rukyat itu tanggal 29. Kita melaksanakan di 27 titik di Jawa Timur," ujarnya, Senin (10/5/2021).

Ia menjelaskan, dari sudut pandang Ilmu Falak, anak bulan atau hilal sangat mungkin tidak bisa dilihat saat dipantau Selasa. Alasannya, ijtimak terjadi pada Rabu dini hari, 12 Mei 2021, sekira pukul 02.00 WIB.

"Sementara syarat lahirnya hilal kalau sudah terjadi ijtimak. Jadi, kalau ijtimaknya belum terjadi enggak mungkin lahir hilal," ucapnya.

Di sisi lain, lanjut Gus Shofi, saat pemantauan hilal dilakukan, posisi hilal ialah minus empat derajat di bawa ufuk. Sementara syarat terlihatnya hilal di Indonesia minimal dua derajat di atas ufuk.

Kalau minus itu menunjukkan bahwa hilal sudah terbenam lebih dulu sebelum waktu paling bagus pemantauan dilakukan, yakni saat terbenamnya Matahari.

"Minus itu maksudnya berarti menunjukkan bulan itu saat Maghrib, yang itu saat yang paling bagus untuk melihat hilal, hilal itu sudah terbenam lebih dulu. Jadi kalau sudah terbenam, kita mau melihat apa. Kan, tidak mungkin," ujarnya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Jadi Dasar Ramadan

Kendati begitu, rukyatul hilal tetap dilaksanakan karena ketidakterlihatan hilal menjadi dasar untuk menentukan Ramadlan digenapkan (istikmal) menjadi 30 hari. Artinya, Ramadlan tahun ini dilaksanakan 30 hari, yaitu berakhir pada Rabu, 12 Mei 2021.

"Karena kalender Hijriah itu maksimal 30 hari. Nabi sudah memberikan pedoman bahwa kalender Hijriah itu kalau enggak 29, ya, 30 hari," ucapnya.

Karena 30 hari, maka secara otomatis keesokan harinya adalah tanggal 1 Syawal 1442 Hijriah. Untuk konteks Ramadan tahun ini yang berakhir pada Rabu, maka pada keesokan harinya, Kamis, 13 Mei 2021, masuk tanggal 1 Syawal 1442 Hijriah alias Lebaran. "Kamisnya itu adalah tanggal 1 Syawal," ucapnya.

Dengan begitu, sama dengan tahun lalu, Hari Raya Idul Fitri bagi warga NU kemungkinan besar akan berbarengan dengan warga Muhammadiyah, yang sudah menetapkan 1 Syawal 1442 Hijriah jatuh pada Kamis, 13 Mei 2021, dengan metode Hisab.

Pemerintah sendiri masih akan melaksanakan sidang isbat untuk menentukan 1 Syawal pada Selasa besok setelah rukyatul hilal secara nasional selesai.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya