Liputan6.com, Surabaya - Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2022 Kota Surabaya menjadi yang tertinggi di Provinsi Jawa Timur (Jatim). Menurut Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, itu karena pemulihan ekonomi dan sosial di tengah pandemi COVID-19.
"Termasuk pula terhadap meningkatnya seluruh indikator pembentuknya, baik indeks kesehatan, indeks pendidikan, maupun indeks pengeluaran per kapita per tahun yang disesuaikan," kata Cak Eri panggilan lekat Eri Cahyadi di Surabaya, dilansir dari Antara, Minggu (20/11/2022).
Baca Juga
Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencatat bahwa IPM Surabaya mengalami peningkatan. Pada 2020 sebesar 82,23 dan meningkat di 2021 menjadi 82,31. Kemudian pada 2022, IPM Kota Surabaya mencapai 82,74 yang merupakan tertinggi di Jawa Timur.
Advertisement
Nilai IPM tersebut menunjukkan bahwa kualitas pembangunan manusia di Kota Surabaya berada pada kelompok status kategori "Sangat Tinggi" (IPM ≥ 80).
Meski demikian, pencapaian itu tidak membuat Cak Eri bangga sebab masih banyak persoalan di Surabaya yang harus segera diselesaikan.
"Jadi sebenarnya IPM adalah penilaian. Tapi buat saya, sebenarnya masih jauh dan kami harus memperbaiki lebih baik lagi. Karena IPM juga dilihat dari lamanya satu orang ini menempuh jalur pendidikan," kata dia.
Cak Eri menyadari terdapat persoalan dalam dunia pendidikan yang harus segera diselesaikan, seperti masih adanya pelajar SMA sederajat yang terkendala terkait biaya sekolah.
"Bahkan hari ini, adik-adik yang SMA, masih ada yang tidak bisa ikut ujian karena tidak bisa bayar SPP. SMP juga ada yang belum bisa ambil ijazahnya. Ini yang harus kami tuntaskan," ujar dia.
Â
Masih Banyak PR
Oleh sebab itu, Cak Eri meyakini, jika persoalan pendidikan ini dapat diselesaikan, maka IPM Surabaya bisa lebih tinggi dari angka 82,74. Untuk mencapai hal tersebut, Pemkot Surabaya membutuhkan keterlibatan semua elemen.
"Di situlah pemerintah tidak bisa sendiri karena ketika semua elemen ini bergerak, maka kami akan tahu kekurangan-kekurangan dan kelemahan kami di mana," kata Cak Eri.
Bagi Cak Eri, IPM hanya sebagai acuan atau tolak ukur untuk memperbaiki segala kekurangan yang ada pada sebuah kota. Dia pun mengakui, masih banyak pekerjaan rumah (PR) di Kota Pahlawan yang harus segera diselesaikan.
"Masih banyak PR yang harus kami jalankan karena seharusnya bisa jauh lebih tinggi kalau anggaran ini bisa tepat dengan angka-angka (indikator penilaian) IPM, kami sentuh di sana, maka bisa jauh lebih tinggi," kata dia.
Advertisement