Wabah Penyakit Lato-Lato Mengintai, Dinas Pertanian Banyuwangi Sebar Ratusan Vaksin

Dinas Pertanian dan Pangan Banyuwangi menyiapkan sekitar 700 vaksin untuk mengantisipasi merebaknya virus Lumpy Skin Disease (LSD) atau penyakit lato-lato.

oleh Hermawan Arifianto diperbarui 30 Mei 2023, 22:03 WIB
Diterbitkan 30 Mei 2023, 22:03 WIB
Ilustrasi sapi terjangkit virus Lumpy Skin Disease (LSD) atau dalam istilah lain penyakit lato-lato (Istimewa)
Ilustrasi sapi terjangkit virus Lumpy Skin Disease (LSD) atau dalam istilah lain penyakit lato-lato (Istimewa)

Liputan6.com, Banyuwangi - Dinas Pertanian dan Pangan Banyuwangi menyiapkan sekitar 700 vaksin untuk mengantisipasi merebaknya virus Lumpy Skin Disease (LSD) atau penyakit lato-lato.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Dinas Pertanian dan Pangan Banyuwangi Nanang Sugoanto mengatakan, hingga saat ini, masih belum ditemukan penyebaran virus LSD di Banyuwangi. Meski demikian 700 vaksin diharapkan bisa mencegah penularan virus yang satu ini.

“Alhamdulillah di Banyuwangi belum terkonfirmasi adanya hewan yang terdeksi penyakit LSD ini. Dan Mudah- mudahan tidak ada, vaksin ini diharapkan bisa mencegah terjadinya penyakit LSD,” ujar Nanang Senin, (29/5/2023).

Kata Nanang, hewan ternak yang terjangkit LSD bisa dilihat nyata dari bentuk fisiknya. Salah satu cirinya yaitu terdapat benjolan keras pada kulit di hampir seluruh bagian tubuh ternak tersebut.

“Meski di Banyuwangi masih belum ditemukan, tapi di Jember sudah ada hewan ternak yang terkena LSD. Ada sekitar 4 ekor sapi di Jember yang terjangkit virus tersebut,” tambahnya.

Menurut Nanang 700 dosis vaksin yang disediakan tersebut akan dibagikan sebagian kepada hewan ternak di Banyuwangi. Terutama pada tiga wilayah yaitu, Kecamatan Licin, Kecamatan Purwoharjo, dan Kecamatan Tegaldelomo.

“Vaksin pertama untuk virus LSD ini kita utamakan untuk hewan ternak sapi perah yang ada di Banyuwangi,” tuturnya.

Menurut Nanang, sapi perah merupakan hewan ternak yang lebih rentan terkena virus dan tidak tahan penyakit. Karena itu, sasaran awal kepada sapi perah.

“Sapi perah itu kan juga menghasilkan susu, sapi perah juga memiliki harga ekonomis yang tinggi,” katanya.

Nanang meminta kepada masyarakat untuk memperhatikan kondisi kebersihan dan keamanan kendang. Pasalnya hal itu sebagai Langkah dasar dalam upaya pencegahan virus LSD yang bisa dilakukan.

Belum Ada Laporan Menyerang Kambing atau Domba

Kemudian, ia juga mengimbau kepada peternak di Banyuwangi, jika mengatahui tanda- tanda virus LSD, agar segera melapor kepada petugas hewan setempat, agar penyakit tersebut dapat dicegah penyebarannya.

“Apabila ada tanda-tanda yang mengarah ke gejala klinis mirip seperti LSD, maka peternak diharapkan segera menghubungi petugas kesehatan hewan setempat,” pungkasnya.

Virus LSD sapi ditandai dengan munculnya sebuah benjolan pada kulit sapi dan kerbau, terutama pada bagian perut, leher serta punggung. Virus LSD pada umumnya  menyerang hewan ternak sapi dan kerbau. Sampai saat ini, belum ada laporan terkait penyakit tersebut menyerang kambing atau domba.

Virus LSD dilaporkan pertama kali di Zambia, Afrika pada 1929. Kemudian penyakit tersebut menyebar di benua Afrika, Eropa dan Asia. Di 2019, LSD dilaporkan di China dan India, lalu setahun setelahnya dilaporkan di Nepal, Myanmar dan Vitenam. Pada tahun 2021, LSD telah dilaporkan keberadaanya di Thailand, Kamboja dan Malaysia.

 

Infografis Manfaat Berjalan Kaki Bagi Kesehatan
Infografis Manfaat Berjalan Kaki Bagi Kesehatan. Source: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya