Bisa Tumbuh di Segala Jenis Tanah
Porang atau bahasa latinnya Amorphophallus muelleri blume merupakan tanaman jenis umbi-umbian. Porang dapat tumbuh pada jenis tanah apa saja di ketinggian 0 sampai 700 mdpl. Tanaman tersebut dapat memungkinkan dibudidayakan di lahan hutan di bawah naungan tegakan tanaman lain. Sementara, pembibitan porang dapat dilakukan dari potongan umbi batang maupun umbinya yang telah memiliki titik tumbuh atau umbi katak (bubil) dan biji (dari bunga) yang ditanam secara langsung.
Manfaat Tanaman Porang
Tanaman porang, seperti halnya dengan tanaman umbi-umbian lain mengandung karbohidrat, mengandung lemak, protein, mineral, vitamin dan serat pangan. Karbohidrat merupakan komponen penting pada umbi porang yang terdiri atas pati, glukomannan, serat kasar dan gula reduksi.
Kandungan glukomannan yang relatif tinggi merupakan ciri spesifik dari umbi porang. Glukomannan dapat dimanfaatkan pada berbagai industri pangan antara lain untuk produk makanan, seperti konnyaku, shirataki (berbentuk mie), sebagai bahan campuran/tambahan pada berbagai produk kue, roti, es krim, permen, jeli, selai, dan bahan pengental pada produk sirup dan sari buah.
Selain itu, Glukomannan dimanfaatkan oleh industri kimia dan farmasi antara lain bahan pengisi dan pengikat tablet, bahan pelapis (coating dan edible film), bahan perekat (lem, cat tembok), pelapis kedap air, penguat tenunan dalam industri tekstil, media pertumbuhan mikrobia, dan bahan pembuatan kertas yang tipis, lemas, dan tahan air.
Perbedaan Warna Porang
Pada setiap warna umbi berbeda kandungan glukomannannya, untuk porang dengan umbi warna kuning (A. oncophyllus) mengandung glukomannan sekitar 55% dalam basis kering, sementara porang dengan umbi warna putih (A. variabilis) sedikit di bawahnya, yakni 44%. Kadar glukomannan dalam ubi sangat ditentukan umur tanaman pada saat panen.
Apabila tanaman dipanen pada satu periode tumbuh, kadar glukomannan dalam ubi berkisar antara 35-39%. Kadar tersebut terus meningkat sejalan dengan umur panen yaitu 46-48%, dan 47-55% masing-masing pada dua dan tiga periode tumbuh.
Namun dimulai saat tanaman mulai berbunga hingga biji mulai masak, kadar glukomannan menurun hingga 32-35%. Oleh karena itu panen ubi sebaiknya dilakukan sebelum tanaman mulai berbunga.
Untuk persyaratan tumbuh, tanaman porang mempunyai sifat khusus yaitu toleran terhadap naungan antara 40%-60%, oleh karena itu dapat ditumpangsarikan dengan tanaman keras (pepohonan).
Di Indonesia, porang banyak tumbuh liar di pekarangan atau di pinggiran hutan, di bawah naungan pepohonan lain. Pada kondisi tumpangsari tersebut jarak tanam yang dianjurkan adalah 90 cm x 90 cm, sehingga populasinya sekitar 5.000-9.000 tanaman/ha, tergantung jarak tanam tanaman pokok dan tingkat penutupan kanopi tanaman.
Porang Diminati Pasar Mancanegara
Sejak Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo melepas ekspor sebanyak 60 ton atau setara 1,2 miliar ke negeri China, nama Porang menjadi tren. Ya porang merupakan tanaman yang kini kian diminati pasar ekspor karena mengandung karbohidrat, lemak, protein, mineral, vitamin, dan serat pangan.
Karbohidrat merupakan komponen penting pada umbi porang yang terdiri atas pati, glukomannan, serat kasar dan gula reduksi. Nah, Sulawesi Selatan termasuk salah satu daerah yang gencar dalam mengembangkan tanaman Porang.
Usai mengunjungi pabrik pengolahan talas satoimo PT Tridanawa Perkasa Indonesia (TPI) Makassar, Ketua Tim Penggerak PKK Sulawesi Selatan, Lies F Nurdin, langsung meninjau pusat pengembangan tanaman porang di Baddoka. Istri orang nomor satu di Sulawesi Selatan ini mengaku tanaman porang akhir akhir ini cukup populer karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
"Tanaman porang sangat bermanfaat, namun sebagian masyarakat belum familiar dengan jenis tanaman ini. Porang ini banyak diminati Cina dan Jepang. Makanan yang low karbohidrat, sehingga sangat bagus untuk penderita diabetes," kata Lies, Selasa (30/6).
Di lokasi yang sama, Kepala Dinas Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Sulsel, Andi Ardin Tjatjo menjelaskan talas satoimo dan porang akan dikembangkan menjadi komoditi ekspor. Selain itu, juga bisa menjadi sumber ketahanan pangan keluarga.
Namun, masih perlu dikembangkan secara lebih luas. Khusus porang, sentranya ada di sepuluh kabupaten. Seperti Bone, Soppeng, Wajo, Pinrang, dan hampir semua daerah di Luwu. "Untuk talas satoimo produksinya belum besar. Baru sekitar 20 hingga 30 hektare per kabupatennya. Sedangkan porang sudah berkembang baik, karena hampir semua kabupaten sudah menanam."
"Harga porang cukup kompetitif. Saat ini sekitar Rp9 ribu per kilogram. Jika populasinya dalam satu hektare, 40 ribu, dan satu tanaman menghasilkan 2 kilogram, maka hasilnya Rp720 juta diperoleh dalam delapan bulan," tambah Andi Ardin.
Direktur PT Satoimo, Arifuddin, selaku pihak yang mengembangkan tanaman porang menilai tanaman ini akan menjadi komoditi primadona. Alasannya, pemeliharaan porang tidak serumit komoditi lain dan harganya cukup bagus. Walaupun masa panennya cukup lama, bisa setahun hingga dua tahun.
Pasarnya saat ini, khusus di Makassar sudah ada empat hingga lima pabrik yang siap membeli porang sehingga tidak perlu ada kekhawatiran mengenai masalah pasar.
"Kami berharap pemerintah bisa membuat produk yang bisa dikonsumsi oleh masyarakat kita sendiri. Jangan hanya di ekspor ke Cina, Korea, dan Jepang. Porang memiliki serat yang sangat tinggi, dan karbohidratnya rendah. Beras porang itu namanya siratake, harganya Rp100 ribu per kilo," bebernya.
Terpisah, Direktur Aneka Kacang dan Umbi Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan), Amiruddin Pohan mengatakan tanaman porang sebenarnya bukan jenis tanaman pangan yang baru di Indonesia. Menurutnya, tanaman porang sebenarnya sudah bertahun-tahun di tanam masyarakat tapi baru kali ini pemerintah hadir untuk meningkatkan produksi karena pasar sudah jelas.
"Porang memiliki potensi sebagai tanaman ekspor, yang sampai saat ini bahan bakunya masih sangat kurang. kran ekspor terhadap porang terbuka lebar saat ini. Untuk sementara, yang diekspor itu berbentuk chips dan tepung. Kami berharap komoditi ini menjadi sumber ekonomi baru bagi petani. Khususnya di Sulsel," ujar Amiruddin.
Sementara itu, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi menjelaskan bahwa ekspor sektor tanaman pangan tahun 2019 mencapai 200 ribu ton, senilai Rp2 triliun. Kacang hijau yang masa tanamnya singkat sekitar dua bulan adalah salah satu komoditas tanaman pangan yang menjadi favorit untuk diekspor, jumlahnya mencapai 33 ribu ton.
"Selain itu ada Porang, jumlahnya mencapai 11 ribu ton. Potensi ekspor dari sektor tanaman pangan masih terbuka dan memiliki ceruk pasar yang besar. Porang salah satu produk Tanaman Pangan yang mempunyai potensi besar dan menjanjikan untuk bisa dikembangkan di pasar internasional. Sesuai dengan arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dengan program Gratieks,"sebutnya.
Berita Terbaru
Mimpi Dibunuh Orang: Makna Tersembunyi dan Interpretasi Psikologis
Total Klaim Dibayarkan BPJS Ketenagakerjaan Sumbagut Sepanjang 2024 Sebesar Rp 3,22 Triliun
Mimpi Digigit Anjing di Kaki: Makna, Tafsir, dan Penjelasan Lengkap
Harga Emas Antam Hari Ini Stabil di Level Segini
Mendag Budi Santoso: Pasokan Kebutuhan Pokok di Medan Aman, Harga Terkendali
Kabar Terbaru 9 Pemeran Anak-Anak di Film Laskar Pelangi, Mahar dan Borek Sudah Meninggal
Harga Kripto 18 Desember 2024: Bitcoin hingga Solana Unggul di Zona Hijau
Ciri Ideologi Tertutup: Pengertian, Karakteristik, dan Perbedaannya dengan Ideologi Terbuka
Wajib Coba, 5 Fitur Baru WhatsApp yang Dirilis Tahun 2024
Ini Aturan Cuti Bersama bagi PNS, Catat!
Daging Babi Halal dalam Kondisi Ini, Penjelasan Ustadz Adi Hidayat
6 Fakta Menarik Gunung Aconcagua di Argentina, Tertinggi Kedua di Dunia Setelah Gunung Everest