Kemenperin Dorong Pembebasan Cukai Alkohol untuk Produksi Porang

Kemenperin mendorong peningkatan produksi hasil olahan tanaman porang untuk dibawa ke pasar ekspor.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 19 Mei 2021, 18:25 WIB
Diterbitkan 19 Mei 2021, 18:25 WIB
Budidaya Porang
Foto: Ilustrasi

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Abdul Rochim, mendorong peningkatan produksi hasil olahan tanaman porang untuk dibawa ke pasar ekspor.

Guna memuluskan tujuan tersebut, Kemenperin coba meminta adanya pembebasan cukai alkohol yang dipakai dalam proses pemurnian tepung glukomanan dari umbi porang.

"Namun peredaran alkohol dikenakan cukai sehingga biaya produksi glukomanan akan menjadi tinggi, yang menyebabkan belum adanya investasi pada industri tepung glukomanan berskala besar," kata Abdul dalam sesi webinar, Rabu (19/5/2021).

Khusus untuk penyediaan alkohol yang dikenakan cukai, Abdul mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan.

"Kami telah berkoordinasi dengan Dirjen Bea Cukai untuk alkohol pada proses produksi glukomanan perlu adanya pembebasan cukai, dan akan segera ditindaklanjuti. Ini merupakan salah satu untuk meningkatkan daya saing produk glukomanan," tuturnya.

Dengan upaya yang akan dilakukan tersebut, dia berharap produk olahan tanaman porang Indonesia nantinya bisa memenuhi kriteria pasar ekspor.

"Utamanya dalam memenuhi standar keamanan pangan yang berlaku pada negara tujuan ekspor seperti China," ujar Abdul.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Mentan SYL: Porang Bisa Jadi Booster Sektor Pertanian

Kementan
BBPOPT beserta Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan bergerak cepat dengan mengirim tim pestlist OPT porang ke beberapa provinsi. Dok Kementan

Sebelumnya, pemerintah tahun ini akan serius menggarap porang sebagai program super prioritas. Hal ini disampaikan oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo saat bersama jajaran dinas pertanian, industri, ekportir dan petani porang membahas langkah upaya pengembangan komoditas porang di ruang rapat AWR Kementan hari Selasa (11/5).

Tanaman porang, saat ini memang sedang menjadi primadona karena fungsinya yang beragam. Kandungan terbesar berupa glukomanan  dapat digunakan sebagai pangan fungsional untuk diet, anti diabetes dan kolesterol, farmasi, media tanam, kosmetik, dan masih banyak manfaat lainnya.

Bahkan beberapa waktu lalu Presiden Jokowi secara khusus meminta Menteri Pertanian dan Menteri Perdagangan serius mengembangkan porang dan sarang burung wallet. Tidak mengherankan karena nilai ekspornya diakui semakin meningkat.

Pada kesempatan tersebut SYL berharap porang dan sarang burung wallet menjadi booster baru untuk menjadi pendapatan baru sektor pertanian. “Porang ini sebelumnya adalah komoditas di kehutanan dan tahun lalu kita ambil alih menjadi komoditas binaan Kementerian Pertanian. Alhamdulillah setelah kita ambil alih terjadi peningkatan budidayanya, seperti porang ini dari luas tanam semula 19 ribu hektar naik jadi 47 ribu hektar,” ujarnya.

Mentan SYL menyatakan siap kembangkan porang dan sarang burung wallet sebagai penguatan akselerasi pertanian. “Mulai hari ini setiap jajaran dinas pertanian dorong produksi porang dan sarang burung walet. Mumpung harga masih mahal ayo kita tanam cepat-cepat,” sebut SYL.

Ia menambahkan porang  bukanlah tanaman baru, bisa tumbuh dimana saja, tidak terlalu sulit pemeliharaan dan hasilnya tinggi. Maka dari itu Kementan ingin tangani secara serius dari hulu hilir. Modalnya, bibitnya, budidaya, pelatihan, pemeliharaan sampai dengan pasca panennya.

SYL berharap budidaya porang menjadi bentuk kawasan luas. “Saya akan senang jika ada yang konsentrasi sampai 1.000 hektar. Segera akan saya undang Bupati-Bupati yang berminat untuk kita lakukan komitmen bersama membangun porang ini,” tandas SYL. Ia meyakinkan sepanjang skala ekonomi memenuhi maka pemerintah akan mengawal untuk permodalannya.

Arahnya tahun ini konsentrasi ekspor dalam bentuk chip maupun tepung, tahun kedua olah sendiri, tahun ketiga industrinya dibuat sendiri dari dalam negeri. Permintaaan dari 22 negara meledak maka sangat disayangkan jika tidak dimanfaatkan. Mentan kembali menekankan tidak ada ekspor bibit keluar karena itu tanaman asli Indonesia yang harus dijaga kelestariannya.

Di tempat sama Dirjen Tanaman Pangan Suwandi menyebutkan pendekatan membangun porang harus skala kawasan. Sebaran terbesar saat ini  di Jatim, NTT, Sulsel, Jateng dan NTB. “Kami ingin kelompok tani supaya bermitra dengan industri. Harapannya petani tidak menjual basah, bisa ke bentuk chips bahkan tepung,” ujarnya.

Pada kesempatan itu Revie Christianto Gozali Direktur Utama  PT Asia Prima Konjac, salah satu eksportir porang mengatakan siap menampung hasil panen petani porang dari seluruh Indonesia. Dalam setahun pabrik itu baru mendapat sekitar 20 ribu ton dan dinilai masih kurang. “Jadi kami memang pertama di Madiun untuk menampung produksi umbi porang yang makin meningkat kebutuhannya," ujar Direktur Utama PT Asia Prima Konjac, Revie Christianto Gozali.

“Kami selaku perusahaan mengapresiasi upaya pemerintah untuk mendukung peningkatan produksi porang dalam negeri, khususnya bapak Menteri Pertanian”.

Berdasarkan pengalamannya peluang porang saat ini masih sangat besar dan Revi yakin bahwa Porang Indonesia mampu memenuhi pasar dunia. Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh para eksportir yaitu mampu menjaga kualitas produknya.

Revi meminta para eksportir porang untuk dapat memperhatikan kualitas dari porang yang akan diekspor, kasus masa lalu tidak boleh terulang dimana ekspor porang asal Indonesia ditolak masuk ke China dikarenakan tidak memenuhi standar yang dipersyaratkan.

“Dengan menjaga kualitas saya rasa kita mampu memenuhi kebutuhan pasar, karena potensi sumber daya alam dan pemerintahnya mendukung” pungkas revi.

Sebagai gambaran Kementan menargetkan luas tanam porang bisa mencapai 100.000 ha dan ekspor 92,755 ton chip kering. Ekspor saat ini tercatat ke 16 Negara dan terbesar ke China.

Berdasarkan data BPS nilai ekspor produk pertanian naik 15, 54% tahun 2019 sebesar Rp. 390,16 T menjadi Rp. 450,79 T. Khusus untuk porang berkontribusi tahun 2019 sebesar 11, 721 ton dengan nilai Rp. 644 M meningkat pada tahun 2020 menjadi 20.476 ton dengan nilai Rp. 924,3 M.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya