Optimalkan Produksi Porang dengan Perluas Area Tanam

Guru Besar Faperta IPB, Edi Santosa menuturkan, porang memiliki sejumlah manfaat. Akan tetapi, penanaman porang ini sayang ada dilakukan di lahan pertanian.

oleh Agustina Melani diperbarui 06 Feb 2020, 16:00 WIB
Diterbitkan 06 Feb 2020, 16:00 WIB
(Foto: Dok Kementerian Pertanian)
Tanaman Porang (Foto: Dok Kementerian Pertanian)

Liputan6.com, Jakarta - Penanaman porang yang kini dilakukan di lahan pertanian untuk memaksimalkan produksi oleh para petani dinilai berdampak kurang baik. Hal ini akan mempengaruhi tanaman pangan di lahan pertanian tersebut.

"Lagi ramai tanam porang di lahan pertanian seperti jagung dan padi. Kami tidak mengharapkan seperti itu. Produksi itu memang tinggi tapi berkompetisi dengan tanaman pangan. Jangan masuk lahan pertanian," ujar Guru Besar Faperta IPB, Edi Santosa saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (6/2/2020).

Edi menuturkan, jika ingin mengembangkan porang dalam jumlah besar sebaiknya diterapkan sebagai tanaman sampingan. Selain itu, penanaman porang dilakukan dengan sistem agroforestry.

"Tanah-tanah di pohon sengon, jati, mahoni, jadi banyak lahan yang bisa dioptimalkan. Di lahan itu jadi tumpang sari, dengan lahan kehutanan,” kata Edi.

Edi mengatakan, porang memiliki segudang manfaat. Dari umbi porang dapat diambil glukomanan seperti karbohidrat. Turunan produk dari umbi porang ini dipakai untuk obat pelangsing, penurun kolesterol, pengental minuman, makanan dan sebagainya.  

Manfaat produk umbi porang yang segudang itu membuat sejumlah permintaan dari luar negeri. Edi menuturkan, ekspor produk porang mulai ramai sejak 2005-2006 dan ditujukan ke Jepang, China, dan Korea Selatan. Saat itu, olahan porang masih hanya bentuk keripik. Kini pasar ekspor porang berkembang ke Vietnam.

"Dulu produknya kayak keripik belum bentuk tepung. Sekarang sudah ada dalam bentuk keripik dan tepung. Ada dua perusahaan di Bandung dan Surabaya yang membuat dalam tepung dan glukomanan," kata dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Negara Tujuan Ekspor

Untuk ekspor, produk olahan porang digunakan sebagai bahan baku industri pangan, kosmetik, farmasi dan industri lainnya. Berdasarkan data Kementerian Pertanian, ekspor porang pada 2018 sebanyak 254 ton dengan nilai ekspor Rp 11,31 miliar. Angka ekspor ini pun baru dapat memenuhi 10 persen dari permintaan dunia terhadap komoditas porang.

"Di Jepang disebut konyaku. Produk di Jepang konyaku dan shirataki seperti mie konyaku. Enak tapi memang energinya rendah karena daya cernanya rendah. Kenyang tapi tetap kurus," ujar dia.

Edi menuturkan, untuk mengoptimalkan porang untuk ekspor juga harus memperluas area. Apalagi menurut Edi menanam porang mudah dengan catatan tidak tergenang. Edi mengatakan, porang banyak ditemui di Madiun, Nganjuk, Jawa Timur. Selain itu, di Pati, Pandeglang, NTT, Maros, Kendari, Sulawesi Tenggara.

"Tanaman ini ditanam di daerah yang musim hujan dan keringnya jelas. Jangan yang hujan-hujan terus. Daerah timur lebih cocok, antara lain lain Jawa Tengah, NTT, NTB, Sulawesi,” kata dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya