Curi 160 Juta Data Kartu Kredit, Hacker Ini Dipenjara 30 Tahun

Hacker Rusia menghadapi 30 tahun hukuman penjara setelah mengaku bersalah telah mencuri 160 juta detail kartu kredit.

oleh M Hidayat diperbarui 19 Sep 2015, 08:15 WIB
Diterbitkan 19 Sep 2015, 08:15 WIB
ilustrasi credit card hacker
ilustrasi credit card hacker. ilustrasi: consumeraffairs.com

Liputan6.com, Jakarta - Vladimir Drinkman, seorang hacker Rusia berusia 34 tahun, mengaku bersalah di Pengadilan Federal Amerika Serikat terkait perannya dalam peretasan (hacking) NASDAQ, JCPenny, 7 Eleven, Dow Jones, JetBlue dan organisasi besar lainnya di Amerika Serikat.  

Menurut informasi yang dihimpun dari Tech Worm dan ditulis Sabtu (19/09/2015), ia dikabarkan mengakui keterlibatannya dalam skema seluruh dunia yang pada akhirnya mengantongi lebih dari 160 juta detail kartu kredit.

Pengacara federal di New Jersey yang menuntut Drinkman dengan tuduhan konspirasi yang melibatkan penipuan dan akses ilegal ke komputer yang dilindungi mengatakan, kasus ini merupakan kasus terbesar yang pernah dituntut di negeri Paman Sam tersebut. Menurutnya, perusahaan-perusahaan Amerika dan sejumlah individu lainnya kehilangan lebih dari US$ 300 juta karena pelanggaran yang dilakukan oleh Drinkman.

Drinkman, yang ditangkap di Belanda pada 2012, dan diekstradisi ke Amerika Serikat awal tahun ini, dijadwalkan akan menjalani hukumannya pada bulan Januari mendatang.

"Tergugat seperti Vladimir Drinkman, yang memiliki kemampuan untuk masuk ke jaringan komputer kami, dan keinginan dia untuk melakukannya, menimbulkan ancaman serius untuk kesejahteraan ekonomi, privasi, dan keamanan nasional kami," kata jaksa Paul J. Fishman dari Distrik New Jersey dalam sebuah pernyataan.

Drinkman dan kelompoknya, yang beberapa di antaranya masih buron, akan memantau target komputer perusahaan dan memindai kerentanan dalam penerapan SQL di komputer tersebut untuk membuat jalan masuk dan akhirnya menjaring data rahasia, lalu menjualnya di forum internet 'bawah tanah'.

Saat ini tiga orang terduga yang merupakan rekannya masih buron. Sementara rekannya yang keempat, Dmitriy Smilianets, 32, dari Moskow, yang diduga menjual informasi yang dicuri, masih dalam tahanan federal.

(why/dew)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya