Perusahaan Apa yang Paling Banyak Diserang Hacker Pada 2015?

Hanya 47% sektor keuangan yang mengakui bahwa mereka menjadi target utama penyerangan.

oleh Iskandar diperbarui 08 Des 2015, 19:15 WIB
Diterbitkan 08 Des 2015, 19:15 WIB
Hacker
Kawasan Asia Tenggara mulai menjadi pemain ekonomi skala besar sehingga memicu para hacker untuk melakukan penyerangan siber. (Doc: iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Kaspersky Lab dan B2B International melaporkan, 1 dari 4 perusahaan penyedia jasa IT, telekomunikasi, dan keuangan mengalami penyerangan Distributed Denial of Service (DDoS) selama 12 bulan terakhir.

Namun, hanya 47% sektor keuangan yang mengakui bahwa mereka menjadi target utama penyerangan. Sementara perusahaan IT dan telekomunikasi berpikir bahwa mereka tidak berada pada posisi yang lebih berbahaya dibandingkan sektor lainnya. Hal ini tentunya akan membuat mereka lengah terhadap celah keamanan IT.

Hasil studi menunjukkan, secara keseluruhan, sepertiga perusahaan (36%) percaya bahwa mereka kemungkinan menjadi target dari serangan DDoS, sedikit lebih tinggi di sektor IT (40%) dan sektor telekomunikasi (38%).

Satu dari enam (16%) perusahaan yang disurvei bahkan telah mengalami penyerangan, namun angka ini meningkat menjadi satu dari empat bagi perusahaan di sektor IT (21%), jasa keuangan (22%), dan sektor telekomunikasi (24%).

Serangan DDoS merupakan salah satu senjata utama dalam gudang persenjataan para penjahat siber (hacker) yang digunakan untuk melakukan pemerasan, mengganggu sistem operasi atau merusak reputasi, serta untuk mengalihkan perhatian dari serangan siber lainnya yang dilakukan pada saat yang bersamaan.

Hampir 75% seKtor bisnis mengatakan bahwa serangan DDoS pada perusahaan mereka terjadi bersamaan dengan masalah keamanan lainnya. Di sisi lainnya, studi ini juga menunjukkan bahwa masih banyak perusahaan yang kurang memiliki kesadaran akan DDoS serta tidak memahami cara untuk menghentikannya atau setidaknya meminimalisasi dampak yang ditimbulkannya.

Survei Kaspersky Lab

Hanya 52% perusahaan merasa memiliki informasi yang cukup mengenai serangan DDoS dan hanya sekitar 53% mengetahui cara untuk mencegah atau mengurangi serangan tersebut, lebih tinggi 61% untuk bidang jasa keuangan dan telekomunikasi.

“Sebagaimana terungkapnya serangan DDoS terkini pada perusahaan telekomunikasi dan perbankan, terlihat jelas bahwa bisnis di bidang ini menjadi sasaran utama bagi para penyerang DDoS. Dalam beberapa kasus, serangan DDoS menjadi pengalih bagi tindak kriminal pencurian siber atau mengakibatkan tuntutan uang tebusan dalam jumlah besar," kata Evgeny Vigovsky, Kepala Perlindungan DDoS Kaspersky, Kaspersky Lab melalui keterangan resminya, Selasa (8/12/2015). 

"Itulah sebabnya untuk sektor yang dikategorikan rentan perlu lebih berwaspada dalam segi keamanan dan bersiap untuk menghadapi serangan DDoS. Tentunya mereka perlu membangun pemahaman terhadap ancaman tersebut serta memilih sistem proteksi yang terbaik untuk mengatasinya. Masa – masa dimana serangan DDoS merupakan operasional yang cukup membuat frustasi karena mengakibatkan downtime sudah lama berakhir,” sambungnya.

Dalam menghadapi serangan DDoS, Kaspersky DDoS Protection memungkinkan perusahaan untuk mengalihkan, secara sementara, traffic melalui jalur alternatif, menjalankannya melalui sistem pembersih yang menyaring berkas junk serta meneruskan lalu lintas yang sah sebagaimana mestinya.

Hal ini berarti, pengguna dapat memanfaatkan layanan atau situs dengan aman dan dapat diandalkan bahkan ketika serangan yang kuat dan lama sedang berlangsung.

(Isk/Cas)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya