Twitter Dijual, Google Jadi Kandidat Pembeli Terkuat?

Beredarnya kabar Twitter akan dijual ternyata membuat saham perusahaan ini terdongkrak

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 24 Sep 2016, 17:03 WIB
Diterbitkan 24 Sep 2016, 17:03 WIB
Ilustrasi Twitter
Ilustrasi Twitter. Kredit: Tech Crunch

Liputan6.com, California - Saham Twitter tiba-tiba melonjak setelah ada kabar bahwa perusahaan tersebut akan dijual. Menurut sumber anonim, beberapa perusahaan disebut telah melakukan pendekatan.

Dikutip dari laman CNBC, Sabtu (24/9/2016), ada perusahaan potensial yang digadang telah melakukan penawaran resmi, yakni Google dan Salesforce.com.

Berhembusnya kabar tersebut membuat saham Twitter pada Jumat waktu setempat sempat melonjak hingga 21 persen. Meskipun masih sebatas rumor, beberapa dewan direksi Twitter kabarnya telah melakukan pembahasan terkait hal ini.

Sumber lain bahkan menyebut dewan direksi tengah menunggu momentum yang tepat untuk mengambil keputusan tersebut. Karenanya, kesepakatan penjualan ini akan dilakukan sebelum akhir tahun.

Lantas berapa nilai Twitter sebenarnya? Menurut seorang sumber, saham situs microblogging itu dapat dijual sekitar US$ 26 per lembarnya. Nilai itu lebih tinggi sekitar US$ 3,50 dari penutupan terakhir.

Namun analis lain menyebut secara keseluruhan Twitter dapat dijual dengan harga US$ 18 sampai 30 miliar.

Kabar serupa pernah muncul tahun lalu. Ketika itu, beredar kabar burung yang menyebut Twitter akan segera dijual. Kontan saham perusahaan itu naik hingga 8 persen.

Perusahaan yang kini dipimpin Jack Dorsey ini pun segera membuat konfirmasi menanggapi kabar tersebut. Awal mula beredarnya kabar itu berasal dari situs Bloomberg palsu yang mencantumkan sebuah laporan bahwa Twitter akan dilego senilai US$ 31 miliar.

Laporan tersebut ternyata menyebar dengan cepat di dunia maya, sehingga sentimen positif turut mempengaruhi pergerakan saham Twitter.

Perusahaan yang identik dengan logo burung biru kini memang tengah menjadi sorotan. Terbaru, Twitter dituntut oleh para investor karena dianggap berbohong soal prospek pertumbuhan bisnis jangka panjang.

(Dam/Ysl)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya