Ken Dean Lawadinata Tinggalkan Kaskus

Sebelumnya, Ken Dean Lawadinata mengemban tugas sebagai Chairman di forum internet tersebut sejak Januari 2014 sampai Oktober 2016.

oleh Andina Librianty diperbarui 16 Okt 2016, 16:00 WIB
Diterbitkan 16 Okt 2016, 16:00 WIB
Lewat Film, Dua Pendiri Kaskus Sharing Pengalaman Bangun Startup
Pendiri Kaskus Andrew Darwis (kedua kiri) dan Ken Dean Lawadinata (kedua kanan) berfoto dengan pemeran dan sutradara film Sundul Gan: The Story of Kaskus. (Liputan6.com/Agustin Setyo Wardani)

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Chief Executive Officer (CEO) Kaskus, Ken Dean Lawadinata, hengkang dari perusahaan yang telah menaunginya sejak beberapa tahun lalu.

Sebelum hengkang, ia mengemban tugas sebagai Chairman di forum internet tersebut sejak Januari 2014 sampai Oktober 2016.

Dilasir Tech In Asia, Minggu (16/10/2016), Ken mengumumkan kepergiannya kepada teman-teman dan para rekan kerjanya melalui email pada Kamis, 13 Oktober 2016. Ia berterimakasih atas semua yang telah didapatkan bersama Kaskus.

Ken menjelaskan alasan ia keluar dari Kaskus, yang menurutnya cukup sederhana.

"GDP menawarkan untuk membeli saham saya dan Andrew Darwis (pendiri Kaskus) dengan nilai yang kami pikir cukup adil. Jadi kami bernegosiasi dan semuanya diselesaikan dalam waktu dua bulan. Kini saya benar-benar keluar dari Kaskus dan Andrew mempertahankan sejumlah kecil saham di Kaskus sebagai 'kenang-kenangan'," jelasnya.

GDP adalah perusahaan modal ventura yang berasosiasi dengan perusahaan rokok Indonesia, Djarum. GDP pertama kali berinvestasi di Kaskus pada 2011. Sementara Andrew Darwis adalah pendiri awal, Ken bergabung dengan Kaskus pada 2008.

Pasca-hengkang dari Kaskus, Ken saat ini disibukkan menjadi mentor dari dua startup yaitu Smartmama dan Tororo. Namun ia melihat ada peluang menarik di industri berbeda yaitu seperti pertambangan dan komiditas lain.

Singkatnya, Ken saat ini tengah melirik peluang investasi di luar sektor IT. Setidaknya, sampai valuasi mengenai sektor tersebut sedikit lebih masuk akal.

"Saya pikir saat ini pasar IT di Indonesia berada dalam sebuah 'gelembung', karena semua orang membuat valuasi konyol tanpa tanda-tanda keuntungan dalam waktu dekat. Jadi, saya ingin membuat variasi aset dengan uang yang saya punya saat ini ke bidang lain, seperti pertambangan dan komoditas lain," ungkap Ken.

(Din/Isk)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya