50% Traffic Situs Berita Palsu dan Partisan Berasal dari Facebook

Facebook ternyata menjadi medium bagi situs-situs yang menerbitkan berita palsu dan situs-situs partisan untuk menjangkau pembaca mereka.

oleh M Hidayat diperbarui 02 Des 2016, 09:40 WIB
Diterbitkan 02 Des 2016, 09:40 WIB
Facebook
CEO Facebook Mark Zuckerberg. (Doc: Reuters)

Liputan6.com, Jakarta - Facebook ternyata menjadi medium bagi situs-situs yang menerbitkan berita palsu dan situs-situs partisan untuk menjangkau pembaca mereka. Demikian menurut data yang dikumpulkan oleh perusahaan yang bergerak di bidang analisis pemasaran, Jumpshot.

Perusahaan ini menemukan bahwa beberapa dari situs-situs tersebut meraup lebih dari 70 persen traffic di perangkat desktop melalui perantara Facebook. Sebaliknya, situs-situs berita kredibel, semisal New York Times, hanya mengantongi kurang dari 30 persen traffic di perangkat desktop dari jejaring sosial tersebut.

Dikutip dari Quartz, Jumat (2/12/2016), Jumpshot mengumpulkan data dari lebih dari 20 situs berita palsu, partisan, dan situs berita kredibel selama September hingga November.

Secara keseluruhan, Jumpshot menemukan bahwa situs berita palsu dan situs partisan mendapat 50 persen traffic mereka dari Facebook. Sementara situs berita kredibel hanya meraih 20 persen traffic mereka dari jejaring sosial dengan jumlah pengguna terbanyak di dunia itu.

Fakta lain yang terungkap dari data Jumpshot, berita-berita palsu yang beredar sama-sama populer baik di negara bagian dengan basis partai Republik maupun Partai Demokrat. 

Adapun lembaga nonprofit yang bergerak di bidang jurnalisme Poynter Institute juga pernah merilis data serupa. Data tersebut menyebutkan bahwa Facebook sangat berperan vital bagi persebaran berita palsu.

Sehubungan dengan hal ini, founder dan CEO Facebook Mark Zuckerberg menampik bahwa jejaring sosialnya menjadi medium penyebaran berita palsu dan memengaruhi pemilu. Bahkan, pria yang akrab disapa Zuck ini menyatakan bahwa Facebook mengembangkan tool khusus untuk bisa mengatasi peredaran berita palsu di layanannya. (Why)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya