Liputan6.com, Bandung - Tahun ini, sebagian besar perusahaan di Indonesia akan meningkatkan anggaran belanja teknologi informasi (TI) sekitar 10-80 persen dibandingkan tahun lalu.
Chief Lembaga Riset Telematika Sharing Vision, Dimitri Mahayana mengatakan meski meningkat, anggaran tersebut diprediksi bakal dihabiskan untuk belanja IT yang lebih terjangkau, namun tetap handal.
Advertisement
Baca Juga
Ia juga mengungkapkan bahwa belanja IT global tahun ini hanya naik sekitar 2-3 persen secara tahunan (Year-on-Year). "Itu karena ada disruptive trend, yang murah semakin handal dan berpotensi menggeser yang mahal," ujarnya ditemui Tekno Liputan6.com di Bandung.
Contohnya, kata Dimitri, tren produk high-end server akan bergeser menjadi commodity server, sebagai dampak dari optimalisasi biaya TI. Rata-rata, harga high-end server berkisar di atas US$ 20.000, sedangkan commodity server hanya US$ 1.000-15.000.
"Selain itu, pergeseran tren juga akan terjadi pada branded PC menjadi komputer murah. Misalnya, Raspberry yang harganya sekitar Rp 600.000," ungkapnya.
Riset ini juga juga mencatat software open source akan semakin banyak digunakan perusahaan tahun ini. Sebagai gambaran, pada 2015, pengguna software open source mencapai 60 persen, naik menjadi 65 persen di 2016. Penggunaan software open source tertinggi pada 2016 ada pada area operating system.
Terakhir, 2017 juga diwarnai tren pergeseran dari in-house ke cloud computing. Potensi pasar cloud computing di Indonesia tumbuh rata-rata 36 persen per tahun dan diprediksi mencapai Rp 4,9 triliun, atau naik 22,5 persen dibandingkan 2016 Rp 4 triliun.
"Tingginya pertumbuhan potensi pasar cloud computing ini dipicu adopsi oleh small medium enterprise dan kebutuhan terhadap data center," pungkasnya.
(Msu/Cas)