Larry Ellison, Dulu Diremehkan Kini Mendulang Sukses

Salah satu pendiri Oracle, Larry Ellison, masuk ke dalam daftar 10 orang terkaya di dunia.

oleh Andina Librianty diperbarui 01 Mei 2017, 07:00 WIB
Diterbitkan 01 Mei 2017, 07:00 WIB
Larry Ellison (Reuters / Noah Berger)
Larry Ellison (Reuters / Noah Berger)

Liputan6.com, Jakarta - Nama Larry Ellison di Indonesia mungkin tidak seterkenal Bill Gates. Tapi sepak terjangnya selama ini tak kalah hebat, bahkan ia juga masuk dalam daftar 10 orang terkaya di dunia tahun ini versi Forbes.

Dirangkum tim Tekno Liputan6.com dari berbagai sumber, Kamis (27/4/2017), Ellison adalah seorang pengusaha dan filantropis, yang mendirikan perusahaan teknologi Oracle Corporation.

Perusahaan yang berdiri 39 tahun silam ini fokus mengembangkan dan memasarkan teknologi dan piranti lunak database, sistem rekayasa cloud, serta berbagai produk piranti lunak enterprise. Pada 2015, Oracle menjadi pembuat software terbesar kedua berdasarkan jumlah pendapatan, setelah Microsoft.

Ellison menjabat sebagai Executive Chairman dan Chief Technology Officer (CTO) Oracle. Ia mendirikan Oracle pada 1977 dan menjabat sebagai Chief Executive Officer (CEO) sampai September 2014. Meski tidak lagi menjabat sebagai CEO, uang terus mengalir ke pundi-pundi kakayaannya.

Berdasarkan peringkat The World's Billionaires 2017 Forbes pada Selasa, 11 April 2017, Ellison berada di posisi ketujuh dengan total kekayaan bersih US$ 52,2 miliar atau sekitar Rp 694,5 triliun. Jumlahnya terus bertambah. kekayaan bersihnya secara realtime sebesar US$ 55,1 miliar atau setara Rp 733 triliun.

Apa yang dicapai Ellison saat ini tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ia berjuang keras mengembangkan perusahaannya, meski tidak pernah menamatkan pendidikan di perguruan tinggi.

Perjalanan kesuksesan Larry Ellison

Pria kelahiran 17 Agustus 1944 ini lahir dari seorang perempuan Yahudi, yang tidak pernah menikah. Ibunya menyerahkan Ellison kepada keluarganya untuk diadopsi. Menurut catatan Business Insider pada 14 Mei 2015, Ellison belum pernah bertemu ayah biologisnya.

Saat kecil, ayah angkat Ellison berulang kali mengatakan bahwa ia tidak berguna. Perkataan ayahnya itu terbukti salah. Kenyataannya, kini ia berhasil membuktikan kualitas dirinya dengan kesuksesan Oracle dan kekayaannya yang kian menumpuk.

Sebelum mendirikan Oracle, Ellison tumbuh dalam lingkungan imigran Yahudi di Chicago. "Saya dibesarkan di sisi selatan Chicago. Saya ingat Look Magazine menyebut wilayah itu sebagai Ghetto tertua dan terburuk di Amerika Serikat (AS)," kata Ellison ketika bercerita soal tempat tinggalnya. Ghetto adalah istilah untuk tempat tinggal warga Yahudi.

Ellison pernah dua kali keluar dari perguruan tinggi. Pertama dari University of Illinois, lalu University of Chicago, sebelum akhirnya pindah ke California dan bekerja serabutan.

Ketika ia mendapatkan pekerjaan programming di Ampex Corporation, salah satu tanggungjawabnya adalah membuat sebuah database untuk Central Intelligence Agency (CIA). Proyek itu bernama "Oracle".

Larry Ellison (Reuters / Robert Galbraith)

Pada 1977, ayah dua anak ini mendirikan Software Development Laboratories (SDL) bersama dua rekannya. Perusahaan itu berganti nama menjadi Relational Software Inc pada 1979 dan menjadi Oracle Systems Corporation pada 1982, agar selaras dengan produk flaghsip-nya, Oracle Database. Kemudian pada 1995, Oracle System Corporation mengubah namanya menjadi Oracle Coporation atau kini kerap disebut Oracle.

Meski bergelut di dunia teknologi, Ellison mengaku tidak pernah mempelajari ilmu komputer. "Saya tidak pernah belajar ilmu komputer. Saya mendapatkan pekerjaan sebagai seorang programmer dan sebagai besar saya mempelajarinya secara otodidak. Saya hanya belajar dari buku dan mulai pemrograman," jelas Ellison.

Meski telah mendulang kesuksesan, Ellison mengaku tujuannya bukanlah menjadi seorang miliarder. Bahkan ia menyebut semua yang didapatkannya saat ini seperti sebuah mimpi.

"Ketika saya memulai Oracle, apa yang saya ingin lakukan adalah menciptakan lingkungan dimana saya senang bekerja. Itu adalah tujuan utama saya. Tentu saya juga ingin mencari nafkah. Tapi saya tidak memperkirakan akan menjadi kaya, bahkan kaya seperti sekarang," ungkapnya.

Kini menjelang umur 72 tahun, Ellison memiliki banyak barang mewah termasuk mengoleksi mobil dan jet pribadi. Ia juga memberikan rautusan juta dolar untuk amal, khususnya riset kesehatan dan pendidikan. Bahkan Ellison pernah mengatakan, berencana memberikan lebih banyak lagi untuk amal.

(Din/Cas)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya