Demi Memuaskan Investor, Qualcomm Pecat 1.500 Karyawan

Qualcomm akan mengurangi karyawan sebanyak 1.500 orang demi menghemat dan memuaskan para investor.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 20 Apr 2018, 16:30 WIB
Diterbitkan 20 Apr 2018, 16:30 WIB
Logo Qualcomm Snapdragon di CES 2017
Logo Qualcomm Snapdragon di CES 2017. Liputan6.com/Corry Anestia

Liputan6.com, Jakarta - Qualcomm, perusahaan pembuat chip asal Amerika Serikat (AS), bersiap mengurangi karyawannya demi memenuhi komitmennya ke para investor untuk menghemat US$ 1 miliar.

Dilansir Bloomberg, Jumat (20/4/2018), menurut pihak yang mengetahui rencana ini, Qualcomm tidak hanya mengurangi pegawai di California, tetapi juga di beberapa lokasi, baik itu pegawai tetap atau temporer.

"Pertama kami sudah mengevaluasi pengurangan pengeluaran non-pegawai, tapi kami menyimpulkan bahwa pengurangan tenaga kerja dibutuhkan untuk mendukung perkembangan dan kesuksesan jangka panjang yang akan menguntungkan semua stakeholder kami," ungkap Qualcomm dalam pernyataan mereka.

Perusahaan yang bermarkas di San Diego ini memiliki jumlah pegawai sekitar 34 ribu orang di seluruh dunia.

Rencana efisiensi Qualcomm telah terdengar sejak Januari 2018. Mereka memotong pengeluaran US$ 1 miliar untuk meningkatkan pendapatan. Langkah ini juga diambil untuk menghadapi rival mereka, Broadcom Inc.

Sebelumnya, Broadcom Inc. akan mengakuisisi Qualcomm, dan langkah itu disambut baik oleh para stakeholder. Tetapi, pemerintahan Donald Trump melarang akuisisi karena dianggap membahayakan kepentingan kemananan nasional.

Kepada pegawai yang terkena imbas efisiensi, Qualcomm berjanji akan memberikan pesangon.

Ini pun bukan pertama kalinya Qualcomm mengurangi pegawai. Pada 2015 terdapat ribuan pegawai yang dicopot dari pekerjaannya karena ada program restrukturisasi perusahaan.

Intervensi Pemerintahan Trump

Gedung Putih (White House)
Gedung Putih (White House)

Presiden Donald Trump mengeluarkan executive order (perintah eksekutif) untuk mencegah pembelian akuisisi Broadcom Inc. terhadap Qualcomm pada 12 Maret 2018. Dalam isinya, Trump melarang adanya pengambilalihan, merger, akuisisi secara langsung maupun tak langsung.

"Meskipun kami kecewa dengan keputusan ini, Broadcom akan mengikutinya," tulis perusahaan dalam pernyataan resminya.

Dengan demikian, kabar mengenai akuisisi dengan nilai tertinggi di industri teknologi ini resmi tak akan terjadi.

Penolakan ini sekaligus menghentikan ambisi CEO Broadcom, Hock Tan, untuk membangun sebuah kerajaan pembesut chip. Padahal, upaya akuisisi ini sudah mendapat dukungan penuh dari sejumlah investor, meski sebelumnya selalu mendapat penolakan dari Qualcomm.

Adapun keputusan ini tak lepas dari surat yang dikeluarkan oleh komite investasi asing AS. Dalam surat itu disebutkan, ada ancaman keamanan nasional apabila Brodcom melakukan akuisisi terhadap Qualcomm.

Berdasarkan pertimbangan itu, Trump akhirnya menolak tawaran Broadcam untuk mengakuisisi Qualcomm. Keputusan ini sekaligus menandakan pemerintahan Trump sangat fokus dalam perkembangan industri teknologi Amerika Serikat.

Terlebih, Amerika Serikat kini tengah menghadapi tantangan dari Tiongkok di ranah teknologi. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Negara Tirai Bambu banyak berinvestasi di bidang teknologi, mulai dari kecerdasan buatan hingga jaringan nirkabel.

Akuisisi Qualcomm oleh Broadcom Terdengar sejak Tahun Lalu

Broadcom
Broadcom

Rencana akuisisi Qualcomm oleh Broadcom sebenarnya sudah terdengar sejak akhir tahun lalu. Broadcom dilaporkan sudah menyiapkan dana lebih dari US$ 100 miliar.

Apabila akuisisi ini benar-benar terjadi, nilai tersebut akan menjadi yang terbesar dalam industri chipset. Menurut prediksi Bloomberg, akuisisi ini dapat menaikkan nilai saham Qualcomm hingga US$ 70 per lembarnya.

Meski sebatas rumor, kabar itu ternyata disambut baik oleh investor. Ketika itu, saham Qualcomm naik hingga 14 persen dan menjadi yang tertinggi dalam sejarah perusahaan tersebut dalam satu dekade terakhir.

Lantas, apa yang mendorong hal tersebut terjadi? Salah satu yang disebut-sebut menjadi faktor penentu adalah krisis hukum yang kini tengah dialami oleh Qualcomm.

Perusahaan itu baru saja mendapat gugatan hukum dari salah satu klien terbesarnya, Apple. Kondisi itu membuat saham perusahaan sempat terjun hingga 16 persen.

(Tom/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya