Twitter Lite Tersedia di 21 Negara Baru, Indonesia?

Twitter menambahkan 21 negara lain yang bisa mencicipi versi Lite dari aplikasinya.

oleh Andina Librianty diperbarui 15 Agu 2018, 08:00 WIB
Diterbitkan 15 Agu 2018, 08:00 WIB
Twitter
Ilustrasi Twitter (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Twitter memperluas kehadiran versi Lite dari layanannya. Kali ini, Twitter Lite dirilis ke lebih banyak wilayah dengan tambahan 21 negara baru.

Dilansir Phone Arena, Selasa (14/8/2018), Twitter Lite telah dirilis di Google Play Store pada tahun lalu. Namun sampai beberapa bulan lalu, belum begitu banyak negara yang bisa menikmati layanan tersebut.

Kini mulai Senin (13/8/2018), semuanya berubah karena Twitter menambahkan 21 negara lain agar lebih banyak pengguna bisa mengunduhnya.

Puluhan negara tersebut antara lain Argentina, Belarus, Republik Dominika, Ghana, Guatemala, Honduras, Lebanon, Maroko, Turki. Urganda, Uruguay, Zimbabwe, dan Indonesia. Total, Twitter Lite sampai saat ini sudah tersedia di Google Play Store di lebih dari 45 negara.

Para pengguna Android di negara-negara tersebut sudah bisa mengunduh Twitter Lite di Play Store secara gratis. Tidak seperti versi standarnya, Twitter Lite lebih cepat dan hemat data.

Aplikasi ini dibuat agar bisa diakses dengan cepat di jaringan 2G dan 3G, serta hanya memakan ruang penyimpanan kurang dari 3MB.

Selain itu, jika pengguna ingin mengurangi konsumsi data menggunakan Twitter Lite, maka bisa mengaktifkan mode hemat data agar hanya mengunduh gambar atau video yang ingin dilihat.

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.

Ramai Polling Twitter Capres-Cawapres, Ini Kata Guru Besar Statistika IPB

Twitter
Ilustrasi Twitter (iStockPhoto)

Terlepas dair Twitter Lite, layanan Twitter sampai saat ini masih banyak digunakan oleh pengguna di Indonesia. Selain mengunggah twit, Twitter juga digunakan untuk melakukan jajak pendapat berkat adanya fitur polling.

Penggunaan fitur ini tampak mengalami peningkatan pesat di tengah-tengah keramaian menjelang Pilpres dan Pileg 2019. Alhasil, akun anonim hingga tokoh berpengaruh ramai-ramai menggelar jajak pendapat terkait pasangan capres dan cawapres yang hendak dipilih warganet.

Tren ini memicu tanggapan dari Khairil Anwar Notodiputro. Di akun Twitter pribadinya, Guru Besar Statistika di Institut Pertanian Bogor (IPB) tersebut menuliskan sebuah thread berjudul "MENGAPA HASIL POLLING TWITTER TIDAK LAYAK UNTUK DIPERCAYA?".

Ia menjelaskan, jajak pendapat merupakan salah satu teknik pengumpulan data dalam survei untuk mengetahui pendapat dari sekelompok orang. Sementara survei pada dasarnya,adalah mengamati sebagian orang untuk memperoleh gambaran dari seluruh pengguna Twiitter yang ada.

Lebih lanjut, survei lazim dilakukan dalam kegiatan riset dan menjadi alat penting mengumpulkan data secara sahih. Ia menekankan, sebagai salah satu teknik pengumpulan data dalam survei, jajak pendapat harus dijamin kesahihannya. Ini karena survei merupakan kegiatan ilmiah dan keasliannya akan membuat akurasi hasil jajak pendapat dapat terukur dan dengan demikian, risiko salahnya pun dapat terukur.

Setidaknya ada dua syarat yang harus terpenuhi, sehingga metode pengumpulan data dinyatakan sahih. Pertama, "sample" harus merepresentasikan "population". Artinya, "sample" harus merupakan miniatur dari "population" dan bagian dari "population" tersebut.

"Bagaimana agar 'sample' itu representatif? 'Sample' bisa representatif jika 'sample' itu ada dalam kendali kita. Jadi 'sample" itu harus terkendali. Pengendalian ini sangatlah penting," jelas Khairil.

Adapun syarat kedua adalah jumlah "sample" harus cukup karena hal ini mencerminkan akurasi dan presisinya.

Lantas, bagaimana status jajak pendapat Twitter? Mengacu pada penjelasan di atas, ia menegaskan masalah utama jajak pendapat Twitter adalah pihak yang menggelarnya tidak bisa mengendalikan "sample" dan "populasi" yang merupakan syarat untuk dapat memperoleh data sahih.

"Sependek pengetahuan saya, pengendalian 'sample' dalam jajak pendapat Twitter sangat sulit dilakukan. Ini Karena kita tidak bisa memilih 'sample'nya, tidak bisa memastikan apakah yang mengisi orang Indonesia, apakah berhak memilih atau tidak, bahkan kita tidak bisa menolak robot," terang Khairil.

Pada penutup thread tersebut, ia menyimpulkan hasil jajak pendapat Twitter tidak layak dipercaya dan oleh sebab itu, kita cukup menganggapnya sebagai hiburan saja.

Layanan untuk Memanipulasi Jajak Pendapat

Twitter
Ilustrasi Twitter (iStockPhoto)

Saat ini tersedia layanan untuk memanipulasi jajak pendapat Twitter, dan salah satunya adalah layanan yang ditawarkan Shopatia. Perusahaan yang berdiri pada 2008 itu mengklaim dapat memenangkan jajak pendapat Twitter sesuai keinginan kliennya.

Latar belakang kliennya pun beragam, mulai dari politikus, artis, profesional hingga perusahaan. Soal tarif, Shopatia mematok mulai dari USD 9 untuk layanan tersebut.

Shopatia sesumbar mampu mengirimkan seribu suara per jam untuk satu jajak pendapat Twitter. Lebih lanjut, Shopatia memiliki layanan khusus untuk pengiriman suara terjadwal dan kampanye tertentu.

(Din/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya