ASEAN Bakal Buat Protokol Bersama Perkuat Keamanan Siber

Para anggota negara ASEAN sepakat untuk membuat protokol khusus guna memperkuat keamanan siber di masing-masing negara, serta saling melindungi.

oleh Andina Librianty diperbarui 07 Des 2018, 07:30 WIB
Diterbitkan 07 Des 2018, 07:30 WIB
ASEAN TELMIN ke-18
Konferensi pers ASEAN TELMIN ke-18 di Ubud, Bali, Kamis (6/12/2018). Liputan6.com/ Andina Librianty

Liputan6.com, Jakarta - Berdasarkan hasil rapat di ASEAN Telecommunications and Information Technology Ministers Meeting (TELMIN) ke-18, keamanan siber akan menjadi prioritas utama mengingat urgensinya di tengah dunia digital yang kian berkembang.

Oleh sebab itu, para anggota negara ASEAN sepakat untuk membuat protokol khusus guna memperkuat keamanan siber di masing-masing negara, serta saling melindungi.

"Dari sepuluh negara ASEAN, semua setuju itu (keamanan siber) merupakan tantangan yang perlu dicarikan solusinya secepat mungkin," tutur Rudiantara saat ditemui di sela-sela acara ASEAN TELMIN di Ubud, Bali, Kamis (6/12/2018).

"Namun, saat ini belum ada protokol di ASEAN mengenai bagaimana jika suatu negara di ASEAN terkena serangan siber, lalu apa yang harus dilakukan negara lain," lanjutnya.

 

Buat Prosedur Khusus

Ilustrasi security, keamanan siber, kata sandi, password

Diungkapkannya, negara ASEAN dalam hal ini terutama kementerian di sektor Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), akan membuat protokol terkait keamanan siber.

"Prokotol itu harus segera dibuat dan ini menjadi prioritas utama. Saat ini semakin banyak serangan siber, dan kita tidak bisa urus sendiri-sendiri, tapi harus bekerja sama. Oleh sebab itu, setelah rapat ini (ASEAN TELMIN) nanti akan dibuat suatu prosedur untuk mengatasi hal ini," jelasnya.

 

Serangan Siber Jadi Masalah Utama

Ilustrasi Keamanan Siber, Enkripsi. Kredit: Pixabay/geralt-9301

Protokol ini, kata Rudiantara, bisa disebut sebagai single point of context keamanan siber. Misalnya, di suatu negara ASEAN terjadi serangan siber, maka informasinya bisa cepat disampaikan ke negara lain agar bisa memberikan bantuan.

Tujuan lainnya agar nantinya sebisa mungkin anggota ASEAN lain bisa melindungi negaranya agar tidak ikut menjadi korban serangan.

Serangan siber merupakan salah satu masalah utama di dunia digital, terlebih lagi penggunaan internet yang kian tumbuh di berbagai negara.

Namun permasalahannya, tidak semua korban serangan siber bersedia mengakuinya. Hal semacam ini biasanya terjadi pada perusahaan.

"Jadi sekarang ini, ancaman itu sudah terjadi. Hanya permasalahannya barangkali ada sektor yang dapat serangan siber, tapi karena sensitif takut pelanggannya kabur, dia diam saja. Hal ini pernah terjadi," tuturnya.

(Din/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya