Tiongkok Bakal Panen Cahaya Matahari Langsung dari Luar Angkasa

Tiongkok memiliki rencana untuk meluncurkan panel surya yang berada di luar angkasa untuk menangkap sinar Matahari.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 20 Feb 2019, 09:00 WIB
Diterbitkan 20 Feb 2019, 09:00 WIB
Ladang panel surya
Ilustrasi ladang panel surya sebagai bagian dari pengadaan energi terbarukan. (Sumber Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Sinar Matahari tak dimungkiri merupakan salah satu energi terbarukan yang sangat berpotensi.

Karenanya, penggunaan panel surya untuk kebutuhan energi saat ini sudah jamak digunakan.

Namun, pemanfaatan sinar Matahari untuk sumber energi kadang terbatas kondisi Bumi, seperti atmosfer atau pergantian siang malam.

Nah, untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah Tiongkok dilaporkan memiliki rencana untuk membuat panel surya di luar angkasa.

Dikutip dari Sidney Morning Herald, Rabu (20/2/2019), panel surya ini akan mengorbit di ketinggian 36.000 km dari permukaan Bumi.

Dengan cara ini, pemerintah Tiongkok berharap dapat mengumpulkan sinar Matahari tanpa gangguan. Pembangunan panel surya luar angkasa ini juga sudah dilakukan di kota Chongqing.

Meski baru dalam pengembangan tahap awal, peneliti China Academy of Space Technology Corporation Pang Zhihao menyebut panel surya daya ini menjanjikan sumber energi bersih yang tidak terkira untuk manusia.

Panel surya luar angkasa dapat memasok listrik hingga enam kali panel surya serupa di Bumi.

Rencananya, ilmuwan Tiongkok akan meluncurkan panel surya daya berukuran kecil hingga sedang antara 2021 hingga 2025.

Menurut laporan, panel surya ini akan diluncurkan di stratosfer untuk mengumpulkan sinar Matahari.

Lalu, pada 2030, Tiongkok akan meluncurkan panel surya untuk menangkap kapasitas lebih besar hingga megawatt.

NASA Luncurkan Pesawat Luar Angkasa untuk Sentuh Matahari

Ilustrasi badai Matahari
Ilustrasi badai Matahari (NASA's Goddard Space Flight Center/Genna Duberstein).

Belum lama ini agensi antariksa Amerika Serikat (NASA) mengumumkan akan meluncurkan sebuah pesawat luar angkasa tercepat guna mendekati bintang paling dekat dengan Bumi, yakni Matahari.

Pesawat luar angkasa yang dimaksud bernama Parker Solar Probe. Mengutip laman NASA, Minggu (12/8/2018), NASA akan meluncurkan pesawat ini pada Sabtu 11 Agustus 2018 pukul 15.33 EDT atau sekitar Minggu 12 Agustus 2018 dini hari waktu Indonesia.

Rencananya, peluncuran pesawat luar angkasa ini akan dilakukan dari landasan peluncuran di Cape Canaveral di Florida, Amerika Serikat.

The Guardians melaporkan, dalam perjalanan menuju Matahari, Parker Solar Probe akan melintasi Venus dan berputar mengelilingi Matahari sebelum akhirnya mendekati lapisan terpanas Matahari, korona.

Misi ini disebut-sebut sebagai misi yang tidak ada duanya. Bagaimana tidak, untuk bisa meluncur ke luar angkasa, Parker Solar Probe membutuhkan energi 55 kali lebih banyak dibandingkan untuk perjalanan ke Mars.

Secara ukuran, Parker Solar Probe tidak lebih besar dari mobil keluarga. Pesawat ini akan bertengger di atas roket Delta IV Heavy yang memiliki tinggi 72 meter, lebar 15 meter, dan bisa menampung lebih dari 600 ton bahan bakar.

Dalam perjalanannya, Parker Solar Probe disebut-sebut bakal jauh lebih cepat dibandingkan objek buatan manusia yang pernah ada selama ini. Sekadar diketahui, pesawat ini akan meluncur ke Matahari dengan kecepatan 430.000 mil per jam (mph).

Setelah melintasi Venus pada akhir September, Parker Solar Probe akan mencapai Matahari sekitar bulan November dan memancarkan data pertamanya pada Desember.

7 Tahun Dekat Matahari

Parker Solar Probe
Foto pesawat luar angkasa yang akan menyentuh matahari, Parker Solar Probe (Foto: NASA)

Misi Parker Solar Probe adalah selama 7 tahun dan sepanjang masa tersebut, pesawat ini akan mengitari Venus sebanyak enam kali dan memanfaatkan gravitasi Venus untuk memasuki orbit Matahari.

Total, Parker Solar Probe akan memutari Matahari sebanyak 24 kali dan berada di jarak terdekat 3,8 juta mil dari permukaan, yakni fotosfer.

Pada jarak yang begitu jauh dari Matahari, pesawat ruang angkasa ini akan terbang menuju korona yang suhunya bisa saja mencapai 3 juta celsius.

Pesawat ini bisa menahan panas karena adanya atmosfer tipis. Agar bisa bertahan, pesawat ini akan berlindung di belakang perisai panas setebal 12cm.

"Tidak ada hal mudah tentang misi ini, apalagi dengan kondisi sekitar yang sangat berat," kata Project Scientist Misi Parker Solar Probe Nicky Fox di John Hopkins University.

Dia menuturkan, "semua orang mengerjakan misi ini akan lega saat Parker Solar Probe keluar dari korona."

(Dam/Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya