Picu Kontroversi, CEO Disney Sebut Hitler Suka Media Sosial

CEO Disney berpendapat kalau keberadaan media sosial bisa dijadikan alat marketing bagi kalangan ekstrimis.

oleh Jeko I. R. diperbarui 12 Apr 2019, 14:00 WIB
Diterbitkan 12 Apr 2019, 14:00 WIB
Minnie Mouse Dapat Bintang Hollywood Walk of Fame
Bos Walt Disney, Bob Iger memberikan sambutan di samping Minnie Mouse saat menerima penghargaan Hollywood Walk of Fame atas nama Minnie Mouse di Los Angeles, Senin (22/1). (Alberto E. Rodriguez/GETTY IMAGES NORTH AMERICA/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - CEO Disney Bob Iger, melontarkan pernyataan yang cukup kontroversial belum lama ini. Ia berpendapat kalau keberadaan media sosial bisa dijadikan alat marketing bagi kalangan ekstrimis.

Bahkan, ia yakin kalau Adolf Hitler masih hidup sampai sekarang, ia pasti bakal doyan main media sosial.

"Media sosial bisa menjadi alat marketing kuat yang digunakan ekstrimis, karena media sosial itu merefleksikan pandangan dunia sempit dan menyaring hal apapun, sehingga menantang dan meyakinkan orang dengan mudah," kata Bob.

"Saya yakin, kalau Hitler masih hidup sampai sekarang, (dia) pasti suka dengan media sosial," lanjutnya.

 

 

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Konten Kebencian

Media Sosial
Ilustrasi Media Sosial (iStockphoto)

Bob bahkan turut menyalahkan media sosial karena kerap menyebarkan konten kebencian dan memicu kesalahpahaman kalau setiap orang sebetulnya berbagi opini yang sama.

"Media sosial itu memercikkan perasaan keliru kalau setiap orang punya opini yang sama. Mereka memungkinkan ekstrimis memburu pikiran-pikiran yang lemah, karena kita tahu feed media sosial itu punya lebih banyak konten fiksi ketimbang fakta, menciptakan propaganda ideologi buruk, dan masih banyak lagi," tandasnya.

 

Pernyataan Bos Linux

Media Sosial
Ilustrasi Media Sosial. (sumber: Pexels)

Pernyataan kontroversial terkait media sosial sebelumnya juga disampaikan Linus Torvalds.

Sosok pencipta sistem operasi open source Linux ini, juga mengecam terkait keberadaan media sosial yang dianggapnya sebagai penyakit.

"Aku benci dengan media sosial modern, sebutlah Instagram, Facebook, Twitter. Mereka itu semua penyakit yang memicu sikap buruk," ujar Linus.

"Fitur seperti like dan sharing itu sampah, tidak ada upaya dan kontrol kualitas. Mereka malah diarahkan untuk memundurkan kontrol kualitas," jelasnya menambahkan.

Linus juga berpendapat kalau media sosial dirancang untuk memicu respons emosional. Ia pun menyinggung maraknya hoaks, penghinaan, sera konten terorisme lain yang disebabkan anonimitas pengguna.

(Jek/Isk)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya