Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah operator seluler dan perusahaan infrastruktur telekomunikasi tengah berlomba-lomba mengembangkan 5G. Terkini, Nokia menggandeng 350 orang insinyur demi mempercepat pengembangan 5G.
Perusahaan asal Finlandia itu mengatakan, dari 350 insinyur itu, 240 di antaranya ditempatkan di unit jaringan mobile. Sementara sisanya ditugaskan di unit yang mengerjakan IC untuk SoC yang mendukung 5G.
Advertisement
Baca Juga
"Memang benar bahwa kami telah mempekerjakan personel pengembangan 5G belakangan ini, tidak hanya di Oulu, tetapi juga di Tampere dan Espoo," kata kepala unit jaringan Nokia Tommi Uitto seperti dikutip dari harian Helsingin Sanomat via Reuters, Jumat (1/11/2019).
Untuk diketahui, di sektor infrastruktur telekomunikasi, Nokia merupakan salah satu pemain penting. Namun, belakangan ini performa Nokia sangat kontras dengan kompetitornya, Ericsson.
Perusahaan Swedia itu pada pekan lalu melampaui ekspektasi pendapatan kuartalan dan meningkatkan proyeksi pasar untuk tahun ini dan target penjualannya untuk tahun 2020.
Huawei dan Perusahaan AS Bicara soal Lisensi Teknologi 5G
Huawei saat ini sedang berdiskusi dengan beberapa perusahaan telekomunikasi Amerika Serikat (AS) terkait lisensi teknologi jaringan 5G miliknya. Hal ini disampaikan oleh Senior Vice President Huawei, Vincent Pang.
Dilansir dari Reuters, Kamis (24/10/2019), Pang mengatakan, beberapa perusahaan memperlihatkan ketertarikan untuk perjanjian jangka panjang atau sekali kerja sama (one-off transfer). Namun, ia menolak menyebutkan nama-nama perusahaan tersebut.
"Ada beberapa perusahaan yang berbicara dengan kami, tetapi akan memakan waktu panjang untuk benar-benar menyelesaikannya. Mereka memperlihatkan ketertarikan," ungkap Pang.
Kerja sama Huawei dengan perusahaan-perusahaan AS tidak akan berjalan dengan mulus. Pemerintah AS mengkhawatirkan peralatan Huawei digunakan untuk memata-matai konsumen.
AS juga meyakinkan para sekutunya agar tidak menggunakan teknologi jaringan 5G Huawei. Huawei berulang kali membantah klaim tersebut.
Pemerintah AS pada Mei lalu menempatkan Huawei dalam daftar hitam perdagangan dengan alasan keamanan. Kebijakan tersebut melarang Huawei membeli produk-produk buatan perusahaan AS.
(Why/Ysl)
Advertisement