Smartphone 5G Sumbang 5 Persen untuk Segmen Premium Per Q3 2019

Pangsa pasar mengalami penurunan 7 persen year-over-year (YoY) pada Q3 2019, tetapi kehadiran 5G dinilai sedikit membantu.

oleh Andina Librianty diperbarui 06 Des 2019, 12:30 WIB
Diterbitkan 06 Des 2019, 12:30 WIB
Jaringan HP 4G dan 5G
Ilustrasi 5G (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan riset pasar Counterpoint merilis data pangsa pasar smartphone premium global berdasarkan pengiriman per kuartal (Q3) 2019. Pangsa pasar mengalami penurunan 7 persen year-over-year (YoY) pada Q3 2019, tapi kehadiran 5G dinilai sedikit membantu.

Dikutip dari GSM Arena, Jumat (6/12/2019), Counterpoint mengungkapkan 5G sedikit membantu mengontrol penurunan pengapalan smartphone premium global. Smartphone 5G menyumbang 5 persen dari total produk premium yang dikirim pada periode Juli hingga September 2019.

Samsung saat ini memimpin segmen smartphone 5G dengan 74 persen, diikuti LG 11 persen, dan Vivo dengan 5 persen pangsa pasar. Menurut analisis, adopsi awal 5G di Tiongkok, Korea Selatan, dan Amerika Utara sangat membantu.

Secara keseluruhan, pangsa pasar smartphone premium dunia masih dipimpin oleh Apple. Perusahaan yang dipimpin oleh Tim Cook itu menguasai 52 persen pangsa pasar.

Samsung berada di peringkat kedua dengan 25 persen dan Huawei dengan 12 persen pangsa pasar. Peringkat lima besar lain ditempati oleh OnePlus dan LG dengan pangsa pasar yang sama yakni 2 persen. Sisanya sebesar 8 persen berasal dari gabungan vendor lain.

Apple dan Huawei

Minat awal yang besar terhadap iPhone 11 semakin menguatkan posisi Apple di pasar smartphone premium. Keputusan untuk tidak menghentikan iPhone XR dinilai juga berdampak baik.

Huawei berhasil bertahan berkat penjualan di tanah kelahirannya, Tiongkok. Sebanyak 80 persen penjualan smartphone premium Huawei terjadi di negara tersebut.

Kontribusi pasar Tiongkok untuk penjualan smartphone premium Huawei setahun lalu 73 persen. Counterpoint menilai Tiongkok akan terus menjadi kontributor penting bagi Huawei, mengingkat perusahaan sulit bersaing di luar negeri tanpa Google Mobile Services (GMS).

Seperti diketahui, pemerintah Amerika Serikat (AS) melarang Huawei menggunakan produk-produk buatan negara tersebut, termasuk layanan Google. Kebijakan ini membuat flagship Huawei Mate 30 tidak meluncur dengan GMS, termasuk Maps, YouTube, dan Chrome.

(Din/Why)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya