Google Dituntut Gara-Gara Kumpulkan Data Pribadi Para Siswa

Tuntutan terhadap Google menuding raksasa internet Amerika Serikat ini mengumpulkan informasi terkait lokasi, password, website yang dikunjungi, riwayat pencarian di Google dan YouTube, daftar kontak, dan rekaman suara.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 22 Feb 2020, 16:00 WIB
Diterbitkan 22 Feb 2020, 16:00 WIB
Google
Kantor pusat Google di Mountain View. Liputan6.com/Jeko Iqbal Reza

Liputan6.com, Jakarta - Google menghadapi tuntutan hukum dari Jaksa Umum New Mexico Hector Balderas. Tuntutan ini disebabkan karena Google dikabarkan mengumpulkan data pribadi milik anak-anak sekolah secara ilegal.

Gugatan ini menyebut Google telah mengumpulkan informasi pribadi melalui program perusahaan yang dijalankan di sekolah-sekolah New Mexico. Program ini menyediakan Chromebooks dan akses aplikasi G Suite for Education gratisan.

Aplikasi-aplikasi yang dimaksud antara lain adalah Gmail, Calendar, dan Google Docs.

Mengutip laman Cnet, Sabtu (22/2/2020), praktik ilegal yang dilakukan Google ini melanggar aturan perlindungan privasi online anak-anak atau COPPA. Aturan ini mengatur mengenai pengumpulan data dari website dengan pengguna anak di bawah 13 tahun.

Tuntutan terhadap Google menuding raksasa internet Amerika Serikat ini mengumpulkan informasi terkait lokasi, password, website yang dikunjungi, riwayat pencarian di Google dan YouTube, daftar kontak, dan rekaman suara.

Dalam tuntutannya, Balderas juga mengatakan Google telah "menambang akun milik para siswa dan mengekstrak informasi untuk tujuan iklan, hingga 2014."

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Tanpa Persetujuan Orangtua

Kantor Google Indonesia di SCBD.
Kantor Google Indonesia di SCBD. Dok: Tommy Kurnia/Liputan6.com

"Keamanan para siswa harus menjadi prioritas nomor satu bagi setiap perusahaan yang menyediakan layanan untuk anak-anak, terutama di sekolah," kata Balderas dalam pernyatannya.

"Melacak data para siswa tanpa persetujuan orangtua bukan hanya ilegal tetapi juga berbahaya. Kantor saya akan meminta akuntabilitas dari perusahaan-perusahaan yang mengkompromikan keamanan anak-anak New Mexico," tuturnya.

Pihak Google pun membantah semua tudingan yang dilaporkan di tuntutan.

"Klaim-klaim ini sangatlah salah. G Suite for Education memungkinkan sekolah untuk mengontrol akses akun dan mempersyaratkan sekolah untuk mendapatkan izin orangtua bila diperlukan," kata juru bicara Google Jose Castaneda.

 

Bantahan Google

Kantor Baru Google di Berlin
Seorang teknisi melewati logo mesin pencari internet, Google, pada hari pembukaan kantor baru di Berlin, Selasa (22/1). Google kembali membuka kantor cabang yang baru di ibu kota Jerman tersebut. (Photo by Tobias SCHWARZ / AFP)

Lebih lanjut, dirinya menegaskan, Google tidak menggunakan informasi pribadi pengguna di sekolah dasar dan menengah untuk iklan tertarget.

"Sekolah di distrik bisa memutuskan cara terbaik untuk memakai Google for Education di ruang kelas mereka, kami berkomitmen untuk bermitra dengan mereka," tutur Castaneda.

Komplain dari New Mexico ini terjadi seiring adanya koalisi dari 50 jaksa umum di negara bagian tersebut. Para jaksa umum menginvestigasi operasi periklanan digital Google, juga aspek lain dari bisnis Google.

Sekadar informasi, ini bukan pertama kalinya Google dikritik gara-gara masalah data anak-anak. Pada September lalu, FTC menjatuhkan sanksi denda USD 170 juta, sekaligus persyaratan baru untuk YouTube, seiring dengan pelanggaran mereka terhadap COPPA.

YouTube kemudian mengubah bagaimana mereka memperlakukan video milik anak-anak, termasuk membatasi data yang dikumpulkan dari anak-anak.

(Tin/Ysl)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya