Google Salurkan Hibah Jutaan Dolar untuk Bantu Penyelenggaraan PJJ

Teknologi memudahkan proses penyelanggaran pembelajaran jarak jaruh atau PJJ. Namun memang, tidak semua pihak punya akses setara terhadap internet, alat penunjang, dan kemampuan untuk menggunakannya.

oleh M Hidayat diperbarui 30 Sep 2020, 17:33 WIB
Diterbitkan 30 Sep 2020, 17:31 WIB
Ilustrasi e-learning, belajar online, belajar daring
Ilustrasi e-learning, belajar online, belajar daring. Kredit: Geralt via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Teknologi memudahkan proses penyelanggaran pembelajaran jarak jaruh atau PJJ. Namun memang, tidak semua pihak punya akses setara terhadap internet, alat penunjang, dan kemampuan untuk menggunakannya.

Hal ini mendorong Google menggulirkan dana senilai USD 10 juta lewat inisiatif bertajuk "Distance Learning Fund".

Ia merupakan sebuah inisiatif untuk membantu pendidik dan siswa mendapatkan sumber daya yang mereka butuhkan, terutama di komunitas yang kurang terlayani.

"Di Asia Pasifik, kami telah memberikan hibah USD 1 juta kepada INCO, sebuah lembaga nonprofit yang mendukung organisasi pendidikan lokal di Indonesia, Hong Kong, Tiongkok, dan Filipina," ujar Marija Ralic, Google.org Lead, Asia Pacific dikutip dari keterangan perusahaan.

Marjia mengaku telah berbincang dengan beberapa guru dan siswa yang telah dibantu oleh organisasi ini selama mereka beradaptasi melakukan PJJ.

Arnold Chan, guru di Filipina

Arnold Chan, guru politik di SMA Maximo Estrella, Filipina, mengaku sempat ragu apakah dia dapat memberikan pendidikan berkualitas dari jarak jauh secara efisien dan efektif seperti pembelajaran tatap muka.

"Saya menemukan diri saya menjadi mahasiswa lagi, saya mempelajari cara menggunakan alat online dan merancang materi pembelajaran yang menarik melalui Asian Institute of Journalism and Communication," ujar Arnold yang mengajar selama empat tahun terakhir.

Setelah menghadiri beberapa sesi pelatihan, dia pun yakin bahwa dia mampu menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh berkualitas sama seperti tatap muka di kelas.

 

Asih Nurani, guru di Bogor, Indonesia

Sementara itu, Asih Nurani, guru bahasa Inggris di SMP Regina Pacis Bogor, Indonesia mengaku tidak pernah membayangkan menjalankan kelas online selama sembilan tahun terakhir dia menekuni profesi sebagai guru.

"Saya tahu saya harus menemukan cara baru untuk melibatkan siswa saya. Saya juga merasa bertanggung jawab untuk membantu guru lain, terutama guru senior yang tidak terbiasa dengan alat pengajaran jarak jauh," ujar Asih.

Berkat dukungan dan materi dari INCO, yakni "Semua Murid Semua Guru", Asih mengatakan dapat bekerja sama dengan beberapa koleganya untuk mengembangkan materi pelatihan dan teknik pengajaran tambahan untuk membantu guru lain mengatasi transisi ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya