Liputan6.com, Jakarta - Ubisoft dan Riot Games mengumumkan proyek riset yang diberi nama Zero Harm in Comms. Dalam proyek ini, keduanya menjalin kemitraan strategis untuk memperluas jangkauan solusi berbasis kecerdasan buatan dalam mencegah interaksi menyinggung antar pemain dalam game.
Inisiatif riset ini bertujuan membuat basis data bersama lintas industri dan ekosistem pelabelan yang mengumpulkan data dalam game untuk melatih alat moderasi berbasis kecerdasan buatan yang digunakan dalam mendeteksi maupun menanggulangi perilaku mengganggu.
Baca Juga
"Sebagai perancang ekosistem ini dengan akses langsung ke komunitas, kami mengeksplorasi cara mencegah perilaku toksik dalam game secara lebih baik lewat kemitraan teknologi dengan Riot Games ini," tutur Executive Director Ubisoft La Forge Yves Jacquier dalam keterangan resmi yang diterima, Sabtu (19/11/2022).
Advertisement
Sebagai anggota aktif Fair Play Alliance, Ubisoft dan Riot Games sangat meyakini penciptaan pengalaman bermain game yang aman dan bermakna hanya bisa dicapai lewat aksi kolektif serta berbagi pengetahuan.
Inisiatif ini merupakan kelanjutan perjalanan lebih besar dari kedua perusahaan untuk membuat struktur pengalaman sosial bermain game yang lebih menyenangkan serta jauh dari interaksi saling menyinggung.
Lewat proyek ini, Ubisoft dan Riot Games menulusuri cara peletakkan pondasi teknologi industri di masa depan, sekaligus menciptakan kerangka kerja yang menjamin etika maupun privasi inisiatif ini.
Meski baru tahap awal, proyek ini disebut menjadi langkah pertama dari proyek ambisius lintas industri yang bertujuan menguntungkan seluruh komunitas pemain di masa mendatang. Nantinya, fase awal eksperimen ini ke seluruh industri di tahun depan, apa pun hasilnya.
"Perilaku mengganggu bukan masalah spesifik di game-setiap perusahaan yang memiliki platform sosial online berupaya mengatasi tantangan tersebut. Itulah sebabnya kami berkomitmen bekerja sama dengan rekan di industri ini seperti Ubisoft, yang percaya pada penciptaan komunitas aman dan mengembangkan pengalaman positif dalam ruang online," tutur Head of Technology Riot Games Wesley Kerr.
Riot Games Ambil Alih League of Legends dan TFT dari Garena Mulai 2023
Sebelumnya, Riot Games akan mengambil alih hak penerbit game League of Legends (LoL) dan Teamfight Tactics ("TFT") di Asia Tenggara dan Taiwan dari Garena.
Informasi diumumkan lewat postingan di blog perusahaan, dan akan berlaku mulai Januari 2023, sebagaimana dikutip dari keterangan resminya, Kamis (10/11/2022).
Diketahui, Garena dan Riot Games sudah menjalin kemitraan sejak 12 tahun lalu. Dengan tambahan LoL dan TFT, maka Riot Games telah menerbitkan lima gim di Asia Tenggara dan Taiwan.
Adapun ketiga gim lainnya, antara lain Valorant, League of Legends: Wild Rift, dan Legends of Runeterra.
Selain itu, Riot Games juga menunjuk Taiwan Mobile dan VNGGames sebagai penerbit baru LoL dan TFT masing-masing di Taiwan dan Vietnam.
Walau server baru kedua gim akan online pada Januari 2023 mendatang, perusahaan sudah meminta pemain untuk melakukan backup data mereka.
Advertisement
Proses Migrasi
Garena dan Riot Games saat ini sedang bekerja sama untuk proses migrasi akun kedua gim, dan membuka proses link akun mulai 18 November 2022.
Setelah proses penautan akun pada bulan November, gamer dapat terus bermain LoL melalui client Garena hingga awal Januari 2023.
Namun, mulai bulan Januari, server Riot akan dibuka dan semua pemain dapat mengakses League of Legends di client multi-game Riot.
Pemain akan diminta konfirmasi instruksi dan login melalui client multi-game Riot pada bulan Januari, dan riwayat game sepenuhnya dimigrasikan.
Berhubung akun Garena untuk LoL dan TFT tidak akan akftif lagi setelah migrasi, maka akun gamer yang tidak memindahkan data mereka sebelum 31 December akan dihapus.
Karena akan mengambil alih LoL secara penuh dari Garena, Riot akan mengurus sendiri seluruh kejuaraan lokal dan regional di masing-masing area.
Pendapatan Wild Rift Lampaui Rp 7,48 Triliun
Lebih lanjut, perusahaan riset pasar aplikasi mobile Sensor Tower melaporkan pendapatan League of Legends: Wild Rift sejak game itu pertama kali dirilis.
Tercatat, menurut perkiraan Sensor Tower, pendapatan seumur hidup game itu melampaui USD 500 juta atau sekitar Rp 7,48 triliun, yang berasal dari pembelanjaan pemain global di App Store dan Google Play.
Dirilis secara bertahap di dunia mulai Oktober 2020, game tersebut telah menjadi salah satu mobile MOBA terpopuler.
Menurut Sensor Tower Game Intelligence, League of Legends: Wild Rift menjadi MOBA penghasil pendapatan tertinggi kedua selama paruh pertama 2022. Game garapan Riot Games itu mengumpulkan sekitar USD 218 juta pada periode tersebut.
League of Legends: Wild Rift terpaut di belakang Honor of Kings dari Tencent , yang menghasilkan USD 1,4 miliar atau sekitar Rp 20,9 triliun selama periode tersebut, dan menggunguli Brawl Stars dari Supercell, yang menghasilkan USD 149,5 juta atau sekitar Rp 2,24 trliun.
"Semua titel game itu memiliki tautan ke Tencent, yang telah mengakuisisi Riot Games dan Supercell," kata Sensor Tower dalam laporannya.
Tiongkok menempati peringkat teratas sebagai negara penghasil pendapatan tertinggi. Di pasar tersebut, League of Legends: Wild Rift diterbitkan dan dioperasikan oleh Tencent.
Hingga saat ini, Tiongkok berkontribusi atas pendapatan senilasi USD 364,6 juta (khusus App Store). Itu sekitar 72,2 persen dari total belanja pemain yang menjadi sumber pendapatan game itu.
(Dam/Isk)
Advertisement