Jalur Gaza Lumpuh, Internet Mati Akibat Serangan Udara Israel

Konektivitas di Jalur Gaza runtuh akibat serangan udara Israel dan penyedia internet terakhir yang tersisa di Gaza kolaps, berdampak pada penyediaan layanan medis darurat karena hilangnya layanan komunikasi.

oleh Mustika Rani Hendriyanti diperbarui 28 Okt 2023, 11:00 WIB
Diterbitkan 28 Okt 2023, 11:00 WIB
Israel Bombardir Gaza Palestina
Perang Hamas-Israel pecah pada akhir pekan lalu. Serangan Hamas dilakukan secara tidak terduga. (MAHMUD HAMS/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Jalur Gaza mengalami pemadaman konektivitas total ketika Pasukan Pertahanan Israel mengumumkan  perluasan operasi darat di wilayah tersebut. 

Pada hari Jumat (27/10/2023), NetBlocks melaporkan runtuhnya konektivitas di Jalur Gaza melalui postingan X. Hal ini berdampak pada salah satu penyedia telekomunikasi Palestina terbesar, Paltel.

"Di tengah laporan pemboman besar-besaran; perusahaan ini adalah operator besar terakhir memasok layanan karena konektivitas menurun di tengah pertempuran  berlangsung dengan Israel," ungkap NetBlocks dalam postingan tersebut.

Tidak hanya Paltel, pada hari Kamis (26/10/2023), layanan penyedia internet lain bernama NetStream juga terdampak serangan udara Israel.

NetBlocks mengonfirmasi melalui postingan X, "NetStream, salah satu penyedia internet terakhir yang tersisa di Gaza , telah kolaps beberapa hari setelah operator memberi tahu pelanggan layanan akan berakhir karena kekurangan pasokan bahan bakar."

Sejak Israel memutus sebagian besar akses listrik ke Gaza awal bulan Oktober 2023, jalur tersebut bergantung pada sumber listrik lain seperti generator untuk mendukung konektivitas. 

Namun, dalam beberapa hari terakhir, bombardir serangan udara telah menghancurkan sebagian besar infrastruktur pendukung.

Akibatnya, organisasi kemanusiaan Palestine Red Crescent Society mengatakan  bahwa mereka mungkin tidak dapat menyediakan layanan medis darurat karena hilangnya layanan komunikasi. 

“Kami benar-benar kehilangan kontak dengan ruang operasi di Jalur Gaza dan semua tim kami yang beroperasi di sana karena otoritas Israel memutus semua komunikasi telepon rumah, seluler, dan internet,” ungkap organisasi tersebut melalui postingan X.

Kondisi Jalur Gaza Palestina
Asap mengepul menyusul serangan udara Israel terhadap Jalur Gaza terlihat dari Israel selatan, Senin (23/10/2023). (AP Photo/Ariel Schalit)

Hacker Hacktivist Lumpuhkan Situs-Situs Israel

Sebelumnya, pada awal Oktober 2023, beberapa kelompok peretas telah menargetkan situs-situs Israel dengan membanjirnya lalu lintas berbahaya menyusul serangan mendadak darat, laut, dan udara yang diluncurkan oleh kelompok militan Hamas pada hari Sabtu, 7 Oktober 2023 lalu.

Serangan ini mendorong Israel untuk menyatakan perang dan membalas tindakan kelompok militan tersebut.

Bahkan, surat kabar Israel The Jerusalem Post melaporkan bahwa Sabtu pagi situs webnya tidak aktif karena adanya serangkaian serangan siber.

Dilansir Tech Crunch, Selasa (10/10/2023), Rob Joyce, direktur keamanan siber Badan Keamanan Nasional, mengatakan telah terjadi serangan penolakan layanan (DDoS) dan perusakan situs web. Namun, ia tidak mengaitkan serangan siber tersebut dengan kelompok tertentu.

Pernyataan Joyce mengkonfirmasi temuan peneliti keamanan Will Thomas bahwa dia telah melihat lebih dari 60 situs web dihapus karena serangan DDoS, dan lebih dari lima situs web dirusak pada hari Senin, 9 Oktober 2023.

Penjahat Siber Manfaatkan Perang Israel-Hamas untuk Penipuan

Duka dan kehancuran pada minggu kedua perang Israel-Hamas
Gambar-gambar tersebut menceritakan kisah tragedi yang tak terkatakan dan ketakutan yang nyata, ketika perang antara Israel dan Hamas bersiap memasuki minggu ketiga. (AP Photo/Avi Roccah)

Berkaitan dengan adanya konflik ini, perusahaan keamanan siber Kaspersky mewanti-wanti pengguna internet untuk waspada terhadap penipuan siber yang menunggangi perang Israel-Hamas yang tengah terjadi.

Menurut mereka, penjahat siber ini berusaha memanfaatkan masyarakat dengan kedok donasi bagi warga yang terdampak perang tersebut. Kaspersky menyebut, lebih dari 500 email penipuan dan situs web palsu sudah disebar dan dibuat penjahat siber.

 Masyarakat pun harus lebih waspada dan dapat mengambil langkah proaktif untuk memverifikasi penerima donasi, sehingga dapat tepat disalurkan ke para korban terdampak seperti di Palestina.

Menurut Kaspersky, seperti dikutip dari siaran pers, Rabu (25/10/2023), konflik Israel-Hamas juga banyak dimanfaatkan oleh penjahat siber, seperti bencana atau keadaan darurat lainnya.

Pakar Kaspersky mengamati adanya lonjakan email penipuan yang ditulis dalam bahasa Inggris, yang secara palsu meminta sumbangan bagi mereka yang terdampak konflik. Selain itu, solusi keamanan Kaspersky juga mendeteksi lebih dari 540 email semacam ini.

Penyerang memakai teknik rekayasa sosial atau social engineering, untuk mengeksploitasi keinginan masyarakat membantu. Mereka juga mencoba memikat calon korban untuk memberikan donasi palsu.

Biasanya, pelaku penipuan siber ini menggunakan kedok sebagai organisasi amal, serta menggunakan bahasa yang emosional untuk membujuk pengguna agar mengklik link ke situs web palsu.

"Dalam email ini, penipu mencoba membuat beberapa variasi teks untuk menghindari filter spam," kata pakar keamanan di Kaspersky, Andrey Kovtun.

"Selain itu, mereka mengubah tautan dan alamat pengirim. Solusi keamanan siber yang kuat dapat mencegah taktik ini," katanya. 

Calon korban pun biasa diarahkan ke situs web palsu, yang berisi konteksi tentang konflik, menampilkan foto, dan mendorongnya untuk memberikan donasi. Di sini, penjahat siber juga mungkin bakal menawarkan berbagai opsi transaksi, termasuk dalam bentuk mata uang kripto.

Tips Salurkan Donasi dengan Aman

Pembuatan Roti Buat Pengungsi Palestina
Lokasi penampungan pengungungsi berada di sebuah sekolah yang dikelola PBB di Rafah, di Jalur Gaza Selatan. (SAID KHATIB/AFP)

Untuk mencegah jadi korban penipuan berkedok donasi semacam ini, ada beberapa hal yang bisa dilakukan pengguna. Menurut Kaspersky, pengguna bisa cek dulu sebuah situs web secara menyeluruh, sebelum berdonasi.

Situs palsu sering kali tidak memiliki informasi utama tentang penyelenggara amal, penerima, dokumentasi legitimasi, atau kurang transparan mengenai penggunaan dana. Selain itu, terapkan langkah-langkah keamanan seperti ini:

  • Periksa situs web dan kredensial badan amal tersebut. Badan amal yang sah akan didaftarkan, periksa ulang kredensial organisasi di basis data yang diketahui untuk memastikan keasliannya.
  • Dekati badan amal secara langsung untuk berdonasi atau menawarkan dukungan. Untuk donasi online, masuklah langsung ke alamat situs amal resmi, sehingga lebih aman daripada mengklik sebuah link.
  • Jika Anda tidak yakin mengenai organisasi yang telah diperiksa, rujuk ke organisasi terkenal yang memberikan dukungan kemanusiaan seperti badan bantuan PBB.
  • Individu yang terkena dampak krisis biasanya tidak akan menghubungi orang lain secara langsung untuk meminta donasi, apalagi jika dia tidak Anda kenal. Jadi, berhati-hatilah dengan permintaan mengirim uang.
  • Situs web palsu mungkin terlihat hampir mirip dengan situs amal asli, hanya detail tempat mengirim donasi yang menjadi satu-satunya perbedaan. Kesalahan ejaan atau tata bahasa sering kali juga menunjukkan halaman palsu.
  • Jangan berasumsi bahwa permintaan donasi di berbagai platform media sosial adalah sah hanya karena ada teman yang menyukai atau membagikannya. Tetap luangkan waktu untuk meneliti sebuah kelompok sebelum berdonasi. 
Infografis Rentetan Konflik Terbaru Israel - Palestina. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Rentetan Konflik Terbaru Israel - Palestina. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya