APSAT 2024 Siap Digelar, Gali Potensi dan Bahas Perkembangan Industri Satelit Terkini

Konferensi internasional tahunan ke-20 Asosiasi Satelit Indonesia (ASSI) hadir kembali dengan tema "Synergistic Ecosystem in Value Creation."

oleh Robinsyah Aliwafa Zain diperbarui 31 Mei 2024, 17:30 WIB
Diterbitkan 31 Mei 2024, 17:30 WIB
APSAT 2024
APSAT 2024 (Dok: Asosiasi Satelit Indonesia (ASSI))

Liputan6.com, Jakarta - Asosiasi Satelit Indonesia (ASSI) akan menggelar acara Asia Pasific Satellite International Conference (APSAT 2024). Ini merupakan kegiatan rutin sekaligus wadah bagi stakeholder serta pengunjung yang memiliki antusias di industri satelit.

APSAT 2024 merupakan rangkaian konferensi internasional tahunan ke-20 dari ASSI yang akan membahas aspek seputar satelit. Acara ini diharapkan bisa memberikan wawasan tentang perkembangan teknologi satelit, serta menjaring generasai muda yang memiliki bakat di dunia luar angkasa.

Untuk tahun ini, tema dari APSAT International Conference adalah 'Synergistic Ecosystem in Value Creation'. APSAT 2024 akan diadakan pada 4-5 Juni 2024 di Fairmont Hotel, Jakarta.

Mohamad Saiful Hidayat, Ketua Asia Pasific Satellite International Conference (APSAT), menuturkan APSAT 2024 akan mengundang berbagai pihak, baik nasional dan internasional yang terlibat dalam pengembangan maupun pengelolaan satelit.

"Acara APSAT 2024 akan diisi oleh pemain bisnis satelit nasional dan regional. Tak hanya itu, di acara ini akan hadir pihak dibalik manufaktur satelit, di mana kita akan melihat bagaimana perkembangan teknologi satelit," ujar Saiful saat ditemui di Jakarta, Jumat (31/5/2024).

Tak hanya itu, di acara ini nantinya pengunjung juga bisa berbincang-bincang dengan para pihak dibalik perancangan teknologi satelit.

"Di acara ini juga pengunjung dapat berdiskusi dengan manufaktur satelit tentang bagaimana perkembangan satelit, khususnya teknologi Starlink yang jadi perbincangan banyak khalayak," ucap Saiful.

"APSAT 2024 juga akan menghadirkan beberapa regulator dan institusi yang terkait, yakni Kementerian Kominfo (Komunikasi dan Informatika), Kemenko Marves (Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia)," tutur Saiful menambahkan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


APSAT 2024 Gelar Sesi Hackathon

Ilustrasi hacker (Ilustrasi dari AI)
Ilustrasi hacker (Ilustrasi dari AI/ Fotor)

Untuk menarik perhatian generasi muda terutama mereka  yang tertarik di dunia teknologi, ASSI juga akan menggelar sesi Hackathon.

Sebagai informasi, Hackathon merupakan acara yang diikuti oleh programmer maupun developer. Dalam acara itu, mereka akan membentuk tim untuk membuat suatu solusi berupa software.

Saiful menyebut, sesi Hackathon digelar untuk menyampaikan ide baru yang dapat memberikan dampak positif bagi Indonesia.

"Hackathon di acara ini akan menjadi wadah untuk menyampaikan ide baru, dan disampaikan langsung oleh stakeholder industri satelit di Asia Pasifik," ucap Saiful.

"Diharapkan ide yang muncul dari sesi Hackathon akan bisa memberikan dampak bagi bangsa Indonesia," pungkas Saiful.


Starlink Jadi Polemik, Usik ISP dan Penyedia Jaringan Seluler?

Biaya Berlangganan Starlink
Sumber: https://www.starlink.com/id

Terlepas dari acara itu, kemunculan Starlink di Indonesia banyak menuai polemik di masyarakat, terutama para pengamat yang khawatir layanan internet satelit ini bisa mengusik industri internet kabel (fiber optic) dan layanan seluler dalam negeri.

Sekjen Asosiasi Satelit Indonesia (ASSI), Sigit Jatiputro, mengungkapkan bahwa penggunaan Starlink di daerah 3T bisa mengurungkan niat perusahaan internet fiber optic dan penyedia jaringan seluler untuk membangun infrastruktur di daerah tersebut.

"Takunya jika Starlink terlalu powerful, dampaknya operator seluler dan perusahaan fiber optic tidak jadi membangun infrastruktur di daerah itu," ucap Sigit saat ditemui pada Jumat (31/5/2024).

"Hal tersebut menyebabkan APJII, serta ATSI mengeluh karena mereka merasa kalah saing," ujar Sigit menambahkan.

Sigit beranggapan bahwa kedua asosiasi tersebut merasa tidak adil karena perusahaan penyedia internet berbasis kabel (fiber optic) dan penyedia jaringan seluler perlu menggelontorkan dana besar hanya untuk memberikan koneksi internet ke daerah 3T.

"Mereka harus membuat BTS di daerah 3T, yang mana biaya pembangunan tersebut tidak murah, belum lagi beberapa ketentuan lain yang harus disetujui, sedangkan Starlink tidak memerlukan hal tersebut," kata Sigit.


Starlink Masuk Karena Urusan Politik?

Elon Musk Tanda Tangani Mou Peluncuran Starlink
Di Puskesmas pembantu Sumerta Kelod, Elon Musk juga menandatangani Memorandum of Understandings (MoU) bersama dengan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. (AP Photo/Firdia Lisnawati)

Tak hanya itu, ia juga mengungkapkan Starlink dapat berpotensi mengancam sistem keamanan negara. Ia curiga jika layanan internet dari Elon Musk ini dapat ditanamkan suatu sensor yang dapat mengintai secara diam-diam.

"Kami khawatir di masa depan, Starlink akan menanamkan sensor khusus yang ditanamkan di peralatannya yang berpotensi untuk memantau setiap traffic yang lewat," ujarnya.

Sigit melihat bahwa masuknya Starlink ke Indonesia merupakan keputusan politik, sehingga ia mengingatkan kecanggihan Starlink di masa depan dapat berdampak besar.

"Saya tahu, keputusan Starlink merupakan keputusan politik, cuma, tolong perhatikan apa yang bisa dilakukan Starlink di masa depan, jangan sampai menyesal saja," ujar Sigit.

 

Infografis 10 Negara Pertama dan 10 Pengguna Terbaru Starlink

Infografis 10 Negara Pertama dan 10 Pengguna Terbaru Starlink. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 10 Negara Pertama dan 10 Pengguna Terbaru Starlink. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya