Wikileaks selama ini dikenal sebagai situs yang mengungkap berbagai dokumen rahasia milik Pemerintah Amerika Serikat. Karena isi dokumen rahasia itu banyak yang mengungkap intervensi AS terhadap berbagai negara di dunia, Wikileaks pun dianggap mencoreng citra AS di mata dunia.
Pendiri Wikileaks Julian Assange pun mendapat sorotan dan banyak dianggap sebagai 'musuh' Pemerintah AS. Tak heran jika Julian Assange kemudian mencari suaka, yang kemudian mendapat perlindungan dari Pemerintah Ekuador. Bahkan Assange tinggal di Kedutaan Besar Ekuador di London, Inggris, untuk mendapatkan perlindungan.
Kabar mengejutkan kemudian diungkap Wired, yang Liputan6.com kutip Jumat (28/6/2013). Orang kepercayaan Assange yang juga bekerja untuk Wikileaks diberitakan sebagai informan yang bekerja untuk Biro Penyelidikan Federal AS (FBI). Pemuda yang dianggap sebagai 'agen ganda' FBI dan Wikileaks itu bernama Sigurdur "Siggi" Thodarson, yang berusia 18 tahun saat pertama kali bersedia menjadi informan FBI.
Kevin Poulsen dari Wired menulis secara dramatis mengenai kisah Siggi saat pertama kali memberikan informasi kepada FBI di lead artikelnya. Peristiwa itu terjadi di kantor Kedubes AS di Reykjavic, Islandia, Agustus 2011. Remaja Islandia itu tampak gugup saat masuk ke Kedubes AS.
Di kantong jaketnya tersimpan 'kartu AS' yang menentukan statusnya sebagai informan FBI. Ketika itu Siggi menyimpan fotokopi paspor Australia atas nama Julian Paul Assange. Paspor itulah yang menjadi 'syarat diterimanya' Siggi sebagai informan FBI, bukti bahwa Siggi mengenal pria berambut pirang tersebut.
Siggi telah beberapa bulan menjadi sukarelawan Wikileaks. Kepada AS dia membuktikan memiliki posisi kunci dan dekat dengan Assange. Tak jelas motif yang membuatnya mengkhianati Assange, yang pasti dia mendapatkan uang US$ 5000.
FBI disebut telah memberikan pengarahan sebanyak empat kali. Salah satu pengarahan bahkan dilakukan di Washington. Dalam pertemuan terakhir, Siggi menyerahkan delapan hard drive berisi catatan percahapan (chat logs), video, dan data lain milik Wikileaks.
Cara FBI menangani Wikileaks pun dianggap memperlihatkan apa yang dilakukan AS dalam penyelidikan Wikileaks. "FBI seperti melihat Wikileaks sebagai organisasi tersangka kriminal dan bukan lembaga berita," kata Stephen Aftergood dari Federasi Proyek Peneliti AS dalam Kerahasiaan Pemerintah.
"Wikileaks sepertinya hal yang baru bagi mereka. Jadi saya berpikir FBI jarus membuat pilihan dalam evaluasinya: apakah ini sama seperti New York Times, atau 'hal lain'. Dan sepertinya mereka memilih untuk melakukannya seperti 'hal lain'," ucap Aftergood.
FBI saat ini menolak memberikan komentar terkait aksi Siggi Thordarson dan Wikileaks.
Lalu mengapa Thordarson yang kini berusia 20 tahun mengungkap apa yang dialaminya kepada Wired? Dilansir dari laman Mashable, Siggi memang memilih Kevin Poulsen dengan alasan khusus. Sebab Poulsen adalah "reporter yang tak disukai Assange". Â
Â
(gal/*)
Pendiri Wikileaks Julian Assange pun mendapat sorotan dan banyak dianggap sebagai 'musuh' Pemerintah AS. Tak heran jika Julian Assange kemudian mencari suaka, yang kemudian mendapat perlindungan dari Pemerintah Ekuador. Bahkan Assange tinggal di Kedutaan Besar Ekuador di London, Inggris, untuk mendapatkan perlindungan.
Kabar mengejutkan kemudian diungkap Wired, yang Liputan6.com kutip Jumat (28/6/2013). Orang kepercayaan Assange yang juga bekerja untuk Wikileaks diberitakan sebagai informan yang bekerja untuk Biro Penyelidikan Federal AS (FBI). Pemuda yang dianggap sebagai 'agen ganda' FBI dan Wikileaks itu bernama Sigurdur "Siggi" Thodarson, yang berusia 18 tahun saat pertama kali bersedia menjadi informan FBI.
Kevin Poulsen dari Wired menulis secara dramatis mengenai kisah Siggi saat pertama kali memberikan informasi kepada FBI di lead artikelnya. Peristiwa itu terjadi di kantor Kedubes AS di Reykjavic, Islandia, Agustus 2011. Remaja Islandia itu tampak gugup saat masuk ke Kedubes AS.
Di kantong jaketnya tersimpan 'kartu AS' yang menentukan statusnya sebagai informan FBI. Ketika itu Siggi menyimpan fotokopi paspor Australia atas nama Julian Paul Assange. Paspor itulah yang menjadi 'syarat diterimanya' Siggi sebagai informan FBI, bukti bahwa Siggi mengenal pria berambut pirang tersebut.
Siggi telah beberapa bulan menjadi sukarelawan Wikileaks. Kepada AS dia membuktikan memiliki posisi kunci dan dekat dengan Assange. Tak jelas motif yang membuatnya mengkhianati Assange, yang pasti dia mendapatkan uang US$ 5000.
FBI disebut telah memberikan pengarahan sebanyak empat kali. Salah satu pengarahan bahkan dilakukan di Washington. Dalam pertemuan terakhir, Siggi menyerahkan delapan hard drive berisi catatan percahapan (chat logs), video, dan data lain milik Wikileaks.
Cara FBI menangani Wikileaks pun dianggap memperlihatkan apa yang dilakukan AS dalam penyelidikan Wikileaks. "FBI seperti melihat Wikileaks sebagai organisasi tersangka kriminal dan bukan lembaga berita," kata Stephen Aftergood dari Federasi Proyek Peneliti AS dalam Kerahasiaan Pemerintah.
"Wikileaks sepertinya hal yang baru bagi mereka. Jadi saya berpikir FBI jarus membuat pilihan dalam evaluasinya: apakah ini sama seperti New York Times, atau 'hal lain'. Dan sepertinya mereka memilih untuk melakukannya seperti 'hal lain'," ucap Aftergood.
FBI saat ini menolak memberikan komentar terkait aksi Siggi Thordarson dan Wikileaks.
Lalu mengapa Thordarson yang kini berusia 20 tahun mengungkap apa yang dialaminya kepada Wired? Dilansir dari laman Mashable, Siggi memang memilih Kevin Poulsen dengan alasan khusus. Sebab Poulsen adalah "reporter yang tak disukai Assange". Â
Â
(gal/*)