Kopi Luwak RI Mulai Dicontek Malaysia

Kesuksesan kopi luwak asli Indonesia yang berhasil menembus pasar dunia rupanya menarik minat Malaysia.

oleh Septian Deny diperbarui 10 Okt 2014, 12:55 WIB
Diterbitkan 10 Okt 2014, 12:55 WIB
Produksi Kopi Fermentasi Luwak Murni
Citizen6, Semarang: Kopi luwak diyakini sebagai kopi termahal di dunia karena prosesnya yang sangat unik dan rumit. Seperti produksi kopi fermentasi luwak murni di lereng kelir wonokasihan, Kabupaten Semarang. (Pengirim: Afif Ahmadin)

Liputan6.com, Jakarta - Kesuksesan kopi luwak asli Indonesia yang berhasil menembus pada dunia rupanya membuat negara lain tertarik untuk juga memproduksi kopi ini.

Chairman Speciality Coffe Association of Indonesia Leman Pahlevi mengatakan, negara yang mulai mengekor Indonesia untuk memproduksi kopi luwak yaitu Malaysia. Namun skala produksi di negara tersebut masih dinilai masih sangat kecil.

"Mereka belum akan menyaingi kita, karena kopi Malaysia juga masih sedikit. Jadi saya rasa dalam waktu dekat tidak akan menyaingi Indonesia," ujarnya di Jakarta International Expo (JIExpo), Kemayoran, Jakarta, Jumat (10/10/2014).

Menurut dia, sebenarnya kopi luwak ini bisa saja diproduksi di negara manapun. Hal tersebut tergantung dari keberadaan habitat hewan luwak itu sendiri.

"Luwak di mana-mana ada, tapi kualitasnya yang paling bagus. Ini karena biji kopi yang diambil menurut naluri luwak, sehingga yang didapat itu yang benar-benar bagus. Sementara kalau kita hanya melihat bahwa biji kopi itu sudah merah makanya dipetik," jelasnya.

Namun produksi kopi luwak negara lain juga dapat menjadi ancaman bagi Indonesia, terutama karena belum adanya hak paten atas nama Indonesia. Jika tidak klaim melalui hal paten, nasib kopi luwak bisa saja sama seperti nasib batik yang sempat diklaim oleh Malaysia.

"Ini harusnya dipatenkan untukkita sendiri. Makanya kita minta pemerintah untuk memproteksi ini," tandasnya.

Saat ini, kopi luwak disebut sebagai kopi paling mahal di dunia. Harga biji kopi luwak ini telah mencapai US$ 200 atau sekitar Rp 2,4 juta per kilogram (kg). (Dny/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya