Pengusaha Tersinggung Tak Ada Jamu di Pesawat Garuda

Pengusaha Jamu mengeluhkan sulitnya memasarkan produk jamu di perusahaan-perusahaan dalam negeri.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 26 Nov 2014, 14:15 WIB
Diterbitkan 26 Nov 2014, 14:15 WIB
Ilustrasi Pesawat Terbang
Pesawat Terbang Garuda Indonesia (Liputan6.com/Fahrizal Lubis)

Liputan6.com, Jakarta - Gabungan Pengusaha (GP) Jamu Indonesia mengeluhkan sulitnya memasarkan produk jamu di perusahaan-perusahaan dalam negeri. Padahal jika perusahaan lokal berkontribusi dalam industri ini, maka hasilnya akan mampu mengangkat harkat, martabat dan derajat petani tanaman obat Indonesia.

"Di (pesawat) Garuda, nama jahe atau minuman jamu nggak bisa masuk. Itu kan punya Indonesia. Saya tersinggung," tegas Ketua Umum GP Jamu, Charles Saerang di Jakarta, Rabu (26/11/2014).

Dia mengatakan, apabila ratusan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) punya andil untuk memasarkan, atau membudayakan tradisi minum jamu di perusahaannya, maka industri jamu Tanah Air akan bertumbuh pesat.

"Coba semua BUMN dibiasakan minum jamu, jahe, kunyit dan lainnya akan memberikan potensi luar biasa besar. Nggak usahlah sok-sokan impor," keluh dia.


Charles meminta kepada pemerintah agar tidak menghilangkan atau mengganti nama jamu di masa yang akan datang. Sebab nama jamu sudah melanglang buana hingga mancanegara dan sudah melekat sebagai bagian dari budaya Indonesia.

"Nama jamu jangan dihilangkan dan diganti obat tradisional atau apapun itu karena citra Indonesia bisa jatuh. Jangan sampai kita dilecehkan, dan seluruh Kementerian dan Lembaga terkait perlu terlibat aktif demi kemajuan warisan budaya bangsa ini," harap Charles. (Fik/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya