Pimpin Pertamina, Dwi Soetjipto Diminta Lakukan Hal Ini

Salah satu tugas pertama Dirut Pertamina yang baru yakni membenahi korporasi dalam kesesuaiannya dengan tata kelola migas.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 01 Des 2014, 15:12 WIB
Diterbitkan 01 Des 2014, 15:12 WIB
Ilustrasi Pertamina (2)
Ilustrasi Pertamina

Liputan6.com, Jakarta - Terpilihnya Dwi Soetjipto sebagai Direktur Utama PT Pertamina (Persero) menuai harapan baru. Di bawah kepemimpinannya, dia diharapkan bisa memberantas mafia migas dan pembenahan bisnis minyak.

Anggota Komite Reformasi Tata Kelola Migas sekaligus Pengamat Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi, mengatakan salah satu tugas pertama Dirut Pertamina yang baru yakni membenahi korporasi dalam tata kelola migas.

“Tugas pertama dalam waktu dekat tentu saja membersihkan mafia migas karena ia dari luar tidak punya beban,” ucap dia di Jakarta, Senin (1/12/2014).

Tugas selanjutnya, kata Fahmy, memperbaiki sisi GCG Pertamina, terutama pembenahan skema bisnis yang saat ini sarat mengakomodir para pemburu rente /broker migas yang hanya ongkang-ongkang kaki namun menikmati margin besar.

“Soal broker migas itu juga kritik yang saya sampaikan ke Pertamina. Bukan hanya di sisi Minyak dan elpiji, bahkan anak usahanya yang baru dibentuk pada akhir tahun 2010 pun, seperti Pertagas misalnya, kan selama ini selalu menjual gas kepada para trader dan broker, bukan langsung ke konsumen,” tegasnya.

Untuk itu, Komite Reformasi Migas akan membuat semacam pagar agar pemburu rente, termasuk broker gas, tidak bisa mendekat.

"Tak kalah penting, fokus ke hulu juga harus dilakukan misal capacity building kemampuan Pertamina dan pegawainya, bukan hanya sekedar jadi ndoro dengan skema kontrak kerjasama dengan asing seperti konsep TAC, JOB dan lainnya," tambah dia.

Fokus di hulu dengan cara peningkatan kemampuan lokal seperti itu mempercepat Pertamina bertransformasi menjadi perusahaan kelas dunia.

Fahmy mengingatkan, terjadinya kongkalikong dengan para pemburu rente hingga maraknya broker migas, karena tata kelola migas selama ini memungkinkan untuk itu.

Selain itu, ada dugaan faktor kepentingan tertentu dari pengambil keputusan baik di Pertamina maupun di instansi pemerintah yang memegang otoritas dan kebijakan. “Bisa juga mental si pengambil keputusan,” tandasnya.

Dia pun mengajak masyarakat mendukung pemerintah untuk menjadikan Pertamina sebagai National Oil Company kebanggaan Indonesia, yang fokus dalam peningkatan kinerja di sektor minyak dan penguasaan hulu migas.(Pew/Nrm)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya