Rupiah Melemah, Eksportir Mebel Tersenyum

Bukan hanya mebel saja, namun semua sektor yang berorientasi ekspor merasakan dampak penguatan dollar AS terhadap rupiah tersebut.

oleh Edhie Prayitno Ige diperbarui 05 Des 2014, 09:49 WIB
Diterbitkan 05 Des 2014, 09:49 WIB
ilustrasi mebel

Liputan6.com, Semarang - Menguatnya nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) yang terus menekan nilai tukar rupiah tak dikeluhkan oleh semua orang. Justru, beberapa pengusaha tersenyum dengan pelemahan rupiah tersebut karena memberi dampak positif. Mereka adalah para eksportir mebel. 

Ketua Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Jawa Tengah, Erie Sasmito menjelaskan, pelemahan rupiah tersebut membuat volume ekspor mebel justru mengalami kenaikan hingga 15 persen.

Menurutnya, bukan hanya mebel saja, namun semua sektor yang berorientasi ekspor merasakan dampak penguatan dollar AS terhadap rupiah tersebut.

"Dengan kondisi dolar seperti saat ini, kami bisa bersaing secara harga dan pelayanan," kata Erie, Jumat (5/12/2014).

Ditambahkan, permintaan ekspor industri dari Jawa Tengah semakin diminati pasar mancanegara, salah satunya bentuk ukiran kerajinan kayu. Adapun pasar ekspor terbesar ukiran tersebut adalah Uni Eropa (UE) dan AS.

"Kami memperkirakan permintaan pasar pada 2015 akan naik 20 persen. Kami juga akan menyasar market baru. Tapi, kembali ke pelaku industri mebel bisa tidak memenuhi permintaan tersebut," kata Erie.

Saat ini rata-rata ekspor industri mebel sekitar 15 kontainer hingga 30 kontainer per bulan. (Edhie Prayitno Ige/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya