Liputan6.com, Jakarta - Guna mendukung pembiayaan program pembangunan nasional, pemerintah berencana melakukan pinjaman utang luar negeri yang nilainya diperkirakan mencapai Rp 40 triliun.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) atau Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Andrinof Chaniago mengatakan, dari jumlah pinjaman tersebut nantinya akan dialokasikan untuk proyek infrastruktur dan program sosial pemerintah.
"Iya, potensi sekitar Rp 40 triliun. Separuhnya untuk infrastruktur, yang lainnya program pembangunan sosial," ujarnya di Kantor PPN/Bappenas, Jakarta, Rabu (4/3/2015).
Dia menjelaskan, dalam rapat yang digelar di Kantor Wakil Presiden awal pekan ini, dibahas mengenai potensi sumber dana untuk melaksanakan program-program pembangunan nasional.
"Sumber pembiayaan kan ada dua, yaitu pinjaman swasta dan pinjaman dari pemerintah atau negara. Ini kami matangkan bagaimana cara memanfaatkan," lanjut dia.
Andrianof mengungkapkan, dari pihak swasta, pemerintah mengandalkan pembiayaan dari Surat Berharga Negara (SBN). Namun pembiayaan dari sektor ini dinilai semakin memiliki risiko.
"Yang dari swasta mengalir dalam bentuk SBN. SBN kan makin besar. Kalau makin besar makin besar risikonya, makanya sekarang kami lihat masih ada peluang untuk manfaatkan pinjaman luar negeri," katanya.
Menurutnya, pinjam luar negeri memiliki benefit yaitu memberikan keleluasaan bagi negara dalam proses pengembaliannya.
"Itu kan bunganya rendah, jangka pengembalian yang panjang, ada grace periode juga. Jadi bagaimana mengefektifkan peluang itu," jelasnya.
Nantinya pinjaman luar negeri tersebut, akan dialokasikan ke beberapa kementerian yang menjalankan program pembangunan nasional pemerintah.
"Alokasi terbesar seperti Kementerian PU-Pera, (Kementerian) Pendidikan, Kesehatan, KKP. Karena kita banyak diminati negara yang ingin membantu untuk program poros maritim," tandasnya.
Bank Indonesia mencatat, Posisi Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada akhir triwulan IV 2014 tercatat sebesar US$ 292,6 miliar, turun 0,4 persen dibandingkan dengan posisi akhir triwulan III 2014 yang sebesar US$ 293,7 miliar. Penurunan posisi ULN tersebut terutama dipengaruhi oleh menurunnya posisi ULN sektor publik atau utang milik pemeirntah dan Bank Indonesia, baik dalam bentuk pinjaman maupun kewajiban luar negeri lainnya, masing-masing sebesar US$ 1,9 miliar dan US$ 1,7 miliar.
Dengan perkembangan tersebut, rasio ULN terhadap produk domestik bruto (PDB) dan debt service ratio (DSR) mengalami penurunan masing-masing dari 33,3 persen dan 46,4 persen pada triwulan III 2014 menjadi 32,9 persen dan 46,2 persen pada triwulan IV 2014. (Dny/Gdn)
Pemerintah Cari Utangan Rp 40 Triliun
Andrianof mengungkapkan, dari pihak swasta, pemerintah mengandalkan pembiayaan dari Surat Berharga Negara (SBN).
diperbarui 04 Mar 2015, 14:18 WIBDiterbitkan 04 Mar 2015, 14:18 WIB
Advertisement
Video Pilihan Hari Ini
Video Terkini
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Jika Hidup Kembali, Inilah Amalan yang Ingin Orang Mati Lakukan Kata Syekh Ali Jaber
Isra Mikraj, Sejarah dan Keistimewaannya
Megawati Heran Ganjar Dibully Saat Tolak Israel
4 Fakta Menarik SWIM Robot Perenang di Lautan Luar Angkasa
Jadwal Sholat DKI Jakarta, Jawa dan Seluruh Indonesia Hari Ini Sabtu 11 Januari 2025
Rekam Aksi Cabul, Guru Penyuka Sesama Jenis Tawarkan Korban ke Rekannya
Audiensi, Kapolri Siap Dukung Program 3 Juta Rumah
Selain Kecubung, Ini 4 Jenis Buah yang Mengandung Alkohol
Lisa BLACKPINK Rilis Kolaborasi dengan Brand Minuman Mahal yang Pernah Diminum Kakak Erina Gudono
Korban dan Tersangka Kekerasan Seksual Guru Seni Bertambah, Polda NTT Buka Helpdesk
Rezeki Terkadang Tak Sesuai Logika, Simak Penjelasan Mendalam Gus Baha
Respons Disdikbud Medan soal Siswa SD Dihukum Duduk di Lantai, Sudah Meminta Klarifikasi