Liputan6.com, Jakarta - Dominannya peran pihak swasta dalam proyek pembangunan pembangkit listrik [35 ribu megawatt (MW)](Saat ini, kapasitas terpasang nasional sebesar 50 MW. Dengan tambahan 35 MW, maka rasio elektrifikasi meningkat "") yang menjadi target pemerintah Presiden Joko Widodo (Jokowi) dikhawatirkan akan merugikan masyarakat. Pasalnya, dengan dominasi swasta tersebut harga listrik akan mengikuti mekanisme pasar.
Sekretaris Jenderal Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra), Yenny Sucipto mengatakan, hal ini lantaran nantinya sebagian besar kepemilikan pembangkit listrik tersebut adalah swasta asing. "Ini berpotensi terjadi komersialisasi sehingga merugikan masyarakat," ujarnya dalam konferensi pers di Kantor Fitra, Minggu (19/4/2015).
Yenny menjelaskan, dengan ada komersialisasi ini tentunya berpotensi mempengaruhi harga listrik menjadi lebih mahal karena kenaikan harga akan disesuaikan dengan pasar. Selain itu, subsidi pemerintah untuk listrik akan dikurangi dan disesuaikan dengan harga pasar.
"Jangan-jangan, saat swasta mendominasi dalam investasinya, kontribusi pada negara hanya pada dividen saja. Kemudian pada tarif dasar listrik, lebih banyak aturan mengarah pada mekanisme pasar dan ikut pada aturan swasta. Kita lihat di APBN 2015, TDL naik dan bebannya tinggi pada rakyat," tandasnya.
Seperti diketahui, pemerintah menetapkan sebanyak 109 proyek yang masuk dalam program pembangunan pembangkit listrik berkapasitas 35 ribu megawatt (MW) untuk periode 2015 hingga 2019.
Dari 109 proyek pembangkit berdaya total 36.858 MW ini, 74 proyek berkapasitas 25.904 MW diantaranya akan dikerjakan dengan skema pengembangan listrik swasta atau independent power producer (IPP) dan 35 proyek lainnya yang berdaya 10.681 MW dikerjakan PLN.
Secara lokasi, Jawa - Bali terdapat proyek pembangkit berkapasitas 18.697 MW, Sumatera 10.090 MW, Sulawesi 3.470 MW, Kalimantan 2.635 MW, Nusa Tenggara 670 MW, Maluku 272 MW dan Papua 220 MW. Total kebutuhan pendanaan selama periode 2015-2019 sekitar Rp 1.127 triliun yang terdiri atas PLN Rp 512 triliun dan swasta (IPP) Rp 615 triliun.
Pendanaan PLN diperuntukkan bagi proyek pembangkitan Rp 199 triliun dan transmisi serta gardu induk Rp 313 triliun. Sementara, kebutuhan pendanaan IPP Rp 615 triliun seluruhnya untuk pembangkitan.
Sesuai RUPTL 2015-2024, pemerintah memproyeksikan beban puncak listrik dengan asumsi pertumbuhan ekonomi 6,1 persen pada 2015 akan mencapai 36.787 MW. Pada 2019, menjadi 50.531 MW dengan pertumbuhan ekonomi 7,1 persen. Dan pada 2024 menjadi 74.536 MW dengan asumsi pertumbuhan 7 persen.
Saat ini, kapasitas terpasang nasional sebesar 50 ribu MW. Dengan tambahan 35 ribu MW, maka rasio elektrifikasi meningkat dari 84 persen pada 2015 menjadi 97 persen pada 2019. (Dny/Gdn)
Didominasi Swasta, Proyek 35 Ribu MW Bisa Bikin TDL Naik
Saat ini, kapasitas terpasang nasional sebesar 50 MW. Dengan tambahan 35 MW, maka rasio elektrifikasi meningkat menjadi 97 persen.
diperbarui 19 Apr 2015, 14:52 WIBDiterbitkan 19 Apr 2015, 14:52 WIB
Sektor pelanggan bisnis akan menjadi andalan perusahaan untuk menggenjot penjualan listrik tahun 2015. Tampak jaringan listrik di kawasan Kota Tua sedang diperbaiki oleh petugas PLN, Jakarta, Selasa (27/1/2015). (Liputan6.com/Faizal Fanani)
Advertisement
Video Pilihan Hari Ini
Video Terkini
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Cuaca Hari Ini Senin 23 Desember 2024: Langit Pagi Jabodetabek Mayoritas Berawan
Cara Agar Kendaraan Tetap Optimal Saat Liburan Nataru, Berikut Tipsnya
Menjajal Konsep All You Can Eat Restoran Autentik Thailand di Jakarta, Bisa Panggang Daging Sesukanya
Benci Sekolah hingga Jualan HP, Ini Kisah Sukses Pendiri Zerodha Nikhil Kamath
Pasar Kripto Koreksi, Arus Keluar ETF Bitcoin Capai Rp 10.9 Triliun dalam Sehari
Rayakan Malam Tahun Baru di Ketinggian, Ini 5 Rekomendasi Gunung bagi Pendaki Pemula
Siapkan Masa Depan Pendidikan Anak dengan Instrumen Investasi Ini
23 Desember 1968: 83 Kru Kapal Intelijen AS Dibebaskan Usai Ditahan Korea Utara selama 11 Bulan
Gempa Magnitudo 5,2 Guncang Kabupaten Sukabumi Senin Dini Hari 23 Desember 2024
Gempa M 5,2 Getarkan Sukabumi pada Senin Dini Hari, BMKG: Tak Berpotensi Tsunami
Polisi: Istri yang Seret Suami Pakai Mobil di Jaktim Baru Merasa Menyesal Usai Ditahan
Kisah Abu Bakar Menolak saat Ditunjuk Nabi jadi Imam Sholat, saat Takbir Selalu Menangis, Kenapa?