April, Neraca Perdagangan RI Diperkirakan Masih Surplus

Kinerja ekspor Indonesia terkontraksi negatif 6,4 persen dan impor merosot minus 18,5 persen.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 15 Mei 2015, 08:17 WIB
Diterbitkan 15 Mei 2015, 08:17 WIB
Ekspor Impor 5 (Liputan6.com/M.Iqbal)

Liputan6.com, Jakarta - ‎Neraca perdagangan Indonesia diperkirakan masih akan mencatatkan surplus pada April 2015 meski jauh lebih rendah dibanding realisasi bulan sebelumnya yang tercatat US$ 1,13 miliar. Penyebabnya karena impor secara bulanan naik, sementara kinerja ekspor terus melorot.

Pengamat Ekonomi Universitas Indonesia, Lana Soelistianingsih menjelaskan, secara year on year, kinerja ekspor Indonesia terkontraksi negatif 6,4 persen dan impor merosot minus 18,5 persen.

"Masih ada surplus untuk neraca perdagangan April ini US$ 135,8 juta. Impor bulanan ‎sudah naik, tapi impor tahunan masih turun, sedangkan ekspor turun karena harga CPO anjlok pada April 2015," ucap dia saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, Jumat (15/5/2015).

Dihubungi terpisah, ‎Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Enny Sri Hartati mengatakan hal senada. Dia memproyeksikan Indonesia masih akan mendulang surplus pada neraca perdagangan bulan keempat ini. "Surplusnya lebih rendah dibanding Maret lalu," ‎ ujarnya.

Lebih jauh kata dia, prediksi surplus ini bukan karena peningkatan ekspor, namun karena kinerja impor yang tumbuh terbatas. ‎Ekspor, lanjutnya, sulit mencapai maksimal karena masih didominasi pengiriman komoditas. Sementara harga komoditas terjun bebas dan ekspor produk industri pun bernasib sama lantaran kinerja industri anjlok.

"‎April ini memang sudah ada peningkatan impor tapi masih terbatas barang konsumsi untuk antisipasi kebutuhan lebaran. Sedangkan impor bahan baku dan barang modal belum naik," terangnya.

Dijelaskan Enny, peningkatan impor pada bulan keempat belum tinggi karena daya beli masyarakat menurun. Penyebab penurunan daya beli ini, sambung dia, akibat kenaikan harga bahan pokok, barang-barang lainnya yang terkena imbas pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.

"Mungkin impor naik signifikan mulai Mei 2015 karena sudah ada kepastian proyek-proyek pemerintah sehingga ada kebutuhan impor bahan baku infrastruktur. Utamanya impor dari China pasti melonjak karena ada 24 proyek infrastruktur yang sudah diteken," pungkas Enny.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2015 surplus sebesar US$ 1,13 miliar. Pendorongnya, nilai ekspor bulan ketiga lebih tinggi dibanding realisasi impor.

Kepala BPS, Suryamin menyebut, nilai ekspor sepanjang Maret ini mencapai US$ 13,71 miliar dan kinerja impor di periode yang sama sebesar US$ 12,58 miliar. Sementara kinerja ekspor impor pada Januari-Maret 2015 masing-masing terealisasi US$ 39,13 miliar dan US$ 36,70 miliar.  "Jadi neraca perdagangan Maret surplus US$ 1,13 miliar dan surplus pada periode Januari-Maret ini mencapai US$ 2,43 miliar," ungkapnya.

Suryamin menjelaskan, surplus neraca perdagangan di bulan ketiga ini lebih rendah dibandingkan pencapaian lima tahun lalu, tepatnya di 2011 sebesar US$ 1,79 miliar. Sedangkan realisasi neraca perdagangan di 2012 terjadi surplus sebesar US$ 925,8 juta, senilai US$ 137 juta pada 2013 dan US$ 168 juta pada tahun lalu. (Fik/Gdn)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya