Pencabutan Subsidi BBM Bikin RI Naik Kelas

Pencabutan subsidi BBM mendorong pembangunan di Indonesia.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 22 Mei 2015, 14:02 WIB
Diterbitkan 22 Mei 2015, 14:02 WIB
Ilustrasi Minyak Pertamina
Ilustrasi Minyak Pertamina (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta - Lembaga pemeringkat internasional Standard & Poor's (S&P) meningkatkan prospek atau outlook Indonesia menjadi positif dari stabil pada Kamis 21 Mei 2015. Lembaga pemeringkat itu mengafirmasi rating Indonesia di BB+.

Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said menyatakan kenaikan outlook Indonesia disebabkan oleh pencabutan subsidi bahan bakar minyak (BBM).

Sudirman mengatakan, pencabutan subsidi BBM mendorong pembangunan di Indonesia. Pasalnya, subsidi BBM dialihkan untuk menjalankan proyek infrastruktur.

"Kemarin mungkin Bapak Ibu membaca rating ekonomi Indonesia yang mengalami perbaikan versi S&P. Terutama penumbang terbesarnya adalah karena pemerintah berani mengambil terobosan besar dengan mengalihkan subsidi BBM ke sektor yang lebih produktif," kata Sudirman saat menghadiri  The 39 Th IPA Convention & Exebition, di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Jumat (22/5/2015).

Selama ini uang negara sekitar Rp 200 triliun dialokasikan untuk subsidi BBM. Setelah pemerintahan baru memimpin dana tersebut dialihkan. Menurut Sudirman, dampak pengalihan tersebut belum bisa terlihat manfaatnya dalam waktu dekat.

"Sekarang dialihkan untuk pembangunan infrastruktur yang mungkin dalam waktu dekat belum kelihatan manfaatnya tapi di masa depan akan sangat luar biasa," tuturnya.

Sudirman menambahkan, saat ini pemerintah sudah memulai pembangunan infrastruktur untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, pembangunan tersebut akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi.

"Bisa kita lihat beberapa bulan terakhir pemerintah mulai mengerjakan proyek-proyek infrastruktur, ground breaking tol, ground breaking bendungan, jalan perbatasan, pembangkit listrik, pelabuhan, bandara dan sebagainya. Mengarah pada pemenuhan kebutuhan mendasar yang selama ini terlupa," pungkasnya. (Pew/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya