‎Ini Cara Garuda Indonesia Cegah Kerugian Akibat Pelemahan Rupiah

Hingga bulan April 2015, Garuda telah mampu menghemat biaya operasional di luar harga bahan bakar mencapai US$40 juta.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 25 Agu 2015, 19:38 WIB
Diterbitkan 25 Agu 2015, 19:38 WIB
Pesawat Garuda Indonesia
Ilustrasi (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah sampai saat ini masih bergerak di kisaran angka 14.000 per dolar AS. Terus melemahnya rupiah ini ternyata sangat menganggu bagi para pelaku bisnis, terutama bisnis maskapai penerbangan.

PT Garuda Indonesia (Persero) mengaku telah melakukan beberapa langkah antisipasi terkait pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Nilai tukar menjadi hal yang sanget penting mengingat operasional pesawat mayoritas masih menggunakan dolar AS.

Direktur Utama Garuda Indonesia, Arif Wibowo menceritakan salah satu cara yang dilakukan adalah dengan‎ melakukan penghematan biaya-biaya yang kurang maksimal dalam memberikan pendapatan ke perusahaan.

"Ini sudah kita lakukan sejak awal tahun kemarin, dan hasilnya positif, kita akan terus lakukan ini," kata Arif saat berbincang dengan Liputan6.com, Selasa (25/8/2015).

Hingga bulan April 2015, Garuda telah mampu menghemat biaya operasional di luar harga bahan bakar mencapai US$40 juta. Sampai akhir tahun, perseroan mentargetkan mampu menghemat biaya mencapai US$198 juta atau sekitar Rp 2,7 triliun.

Penghematan yang dilakukan adalah, pertama, dalam hal pemakaian pesawat dan beberapa peralatan operasional lainnya. Kedua, perseroan juga mengurangi beberapa aktifitas yang dianggapnya kurang menimbulkan hasil yang signifikan ke perusahaan.

"‎Terutama sponsorship yang tidak create, itu yang kami tahan tidak spending dulu, kalau hanya brand awareness itu tidak, kita mainkan langsung yang selling‎," tegas Arif.

Tak hanya itu, Arif mengaku juga‎ mengaku akan terus bekerjasama dengan bank-bank untuk melakukan hedging dengan mekanisme cross currency swap. Terahir, Garuda telah melakukan kerjasama dengan Bank Internasional Indonesia (BII), Bank Mega, Bank ANZ Indonesia, dan Standard Chartered Bank Indonesia. Adapun total nilai transaksinya mencapai Rp 1 triliun.

"Antisipasi itu, kita ada US$‎20-50 juta per bulan lakukan transaksi forward, sudah kita lakukan dari awal tahun, itu semacam kita beli dolar di awal," terang Arif.

Dijelaskannya, langkah-langkah itu merupakan bagian dari antisipasi Garuda Indonesia dalam menjalankan bisnisnya ke depan agar tidak semakin rugi. Garuda sendiri, dikatakan Arif telah merancang skenario pelemahan rupiah hingga ke level 16.000 per dolar AS dengan apa yang sudah diceritakan tersebut. (Yas)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya