Liputan6.com, Jakarta - Kelompok 20 negara ekonomi raksasa dunia atau Group 20 (G20) merasa tak percaya diri atau pesimistis terhadap kondisi perekonomian global pada tahun ini. Termasuk keluhan atas kebijakan beberapa negara sehingga menimbulkan guncangan pada pasar keuangan dunia.
Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro membagikan cerita setelah menghadiri Konferensi Tinggkat Tinggi kelompok G20 di Turki belum lama ini. Dalam acara penting tersebut, hadir 20 Menkeu dan Gubernur Bank Sentral.
Cerita itu dipaparkan dihadapan Badan Anggaran (Banggar) DPR saat Rapat Kerja membahas Rancangan Undang-undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RUU APBN) 2016 di Gedung DPR, Senin (7/9/2015).
"Saya baru kembali dari Turki G20. Dua hari pertemuan kemarin, boleh dibilang bukan mood yang menyenangkan. Tidak ada satu pun negara yang bilang bahwa ada harapan untuk tahun ini," ucap Bambang.
Menurutnya, hampir seluruh negara G20 sepakat pertumbuhan ekonomi dunia 2015 akan lebih rendah dibanding realisasi tahun lalu. Tantangannya, kata Bambang semakin berat dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi 3,2 persen. Sedangkan tahun lalu mencapai 3,4 persen.
Negara G20, sambungnya, menyoroti kebijakan The Federal Reserve yang tidak pasti atau maju mundur soal kenaikan tingkat suku bunga acuan (Fed Fund Rate). "International Moneter Fund atau IMF sudah memberi saran agar kebijakan tersebut dilakukan awal tahun depan dengan kenaikan kecil. Juga mengurangi dampak terhadap negara lain," tegas Bambang.
Terkait China, lanjut dia, kebijakan devaluasi Yuan sangat menimbulkan masalah besar terhadap pertumbuhan ekonominya. Parahnya lagi, diakui Bambang, Eropa dan Jepang mengalami tekanan hebat dan berdampak ke kondisi global secara umum.
"Apalagi harga komoditas sulit sekali kembali ke harga seperti 2011 lalu. Kalaupun membaik, hanya sedikit. Ditambah masalah lain penurunan harga minyak dunia," jelasnya.
Bambang mengatakan, IMF optimistis meramalkan pertumbuhan ekonomi pada tahun depan seiring realisasi kebijakan moneter Bank Sentral AS dan menghentikan kebijakan devaluasi Yuan China karena mata uangnya sudah mencapai level yang diinginkan.
"Tapi sayangnya, G20Â bukan forum mengikat. Maka tidak ada gerakan bersama-sama untuk mengatasi masalah global yang berat di tahun ini," pungkas Bambang. (Fik/Gdn)
Cerita Menkeu Soal Negara G20 yang Tak Percaya Diri
Kebijakan devaluasi Yuan sangat menimbulkan masalah besar terhadap pertumbuhan ekonomi.
Diperbarui 07 Sep 2015, 20:47 WIBDiterbitkan 07 Sep 2015, 20:47 WIB
Advertisement
Video Pilihan Hari Ini
EnamPlus
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Goldman Sachs Pangkas Peringkat Saham Indonesia, Bagaimana Prospeknya?
Istri Eza Gionino Bersuara Setelah Ibu Mertua Dimakamkan: Mama Sekarang Sudah Tidak Sakit Lagi
Jadwal Penggunaan Bahu Jalan Tol Dalam Kota Diubah, Catat Waktunya Agar Tak Kena Tilang
Warganet Puji Won Bin di Tengah Viralnya Kasus Kim Soo Hyun dan Mendiang Kim Sae Ron
VIDEO: Mabes Polri Dituntut Pecat Kapolres Ngada
Hati-hati, Harga Emas Berisiko Turun hingga USD 2.893
Kata Mutiara Sabar dalam Rumah Tangga untuk Keharmonisan Keluarga
Kapan Anak-Anak Diajari Menutup Aurat? Ini Jawaban Tegas Buya Yahya
Jadwal All England 2025, Rabu 12 Maret, Gregoria Mariska Tunjung dan Fajar/Rian Berlaga
Sinergi Ulama dan Pemerintah, Kutai Kartanegara Hadapi Inflasi Jelang Ramadhan-Idulfitri
Raffi Ahmad Panjatkan Doa untuk Kesembuhan Wendi Cagur yang Idap GERD
Cara Mengatasi Cegukan saat Puasa tanpa Minum Air Putih